Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12765 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. P, 65 tahun datang ke poli bedah tanggal 20 Mei 2023 dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kanan terdapat benjolan leher sebelah kanan. Kesadaran komposmentis, keadaan umum sedang, tidak ada mual muntah, klien tampak meringis kesakitan, , setelah dilakukan pemeriksaaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmhg, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 36 C. Tampak ada benjolan besar dibagian leher sebelah kanan, klien tampak pucat. Klien kemudian dirujuk untuk di rawat dalam persiapan operasi. Klien menyatakan cemas dengan kondisinya dan menanyakan kepada perawat apakah setelah operasi, dia akan baik baik saja dan bisa pulang. Saat ini klien terpasang infus RL 20 Tpm di tangan kiri, hasil Lab: HB : 11,3 g/dl, Hematokrit : 30%, Eritrosit : 3,8 juta /ul, Leukosit : 9.200/ul , Trombosit 200.000/ul.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Faktor Pencetus: Adanya benjolan di leher yang menyebabkan rasa nyeri.
- Gejala/Tanda: Klien tampak meringis kesakitan, vital signs menunjukkan adanya peningkatan.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber penyebab kecemasan yang tidak jelas dan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
- Faktor Pencetus: Klien merasa cemas dengan kondisi kesehatannya dan proses operasi yang akan dilakukan.
- Gejala/Tanda: Klien menanyakan apakah ia akan baik-baik saja setelah operasi dan dapat pulang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kriteria Hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang, tampak rileks, dan vital signs dalam batas normal.
2. Kontrol Kecemasan
- Kriteria Hasil: Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas, dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan menunjukkan strategi untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Observasi: Monitor tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku nyeri.
- Terapeutik: Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres dingin, distraksi, relaksasi).
- Edukasi: Ajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri.
- Kolaborasi: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian analgetik jika diperlukan.
2. Manajemen Kecemasan
- Observasi: Monitor tanda-tanda kecemasan klien, seperti gelisah, menggigit kuku, dan vital signs.
- Terapeutik: Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, libatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
- Edukasi: Berikan informasi tentang proses operasi dan recovery yang realistis, ajarkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian obat antiansietas jika diperlukan.
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi klien adalah Nyeri Akut dan Kecemasan. Nyeri Akut disebabkan oleh adanya benjolan di leher yang menyebabkan rasa sakit, sedangkan Kecemasan timbul karena klien merasa cemas dengan kondisi kesehatannya dan proses operasi yang akan dilakukan.
Luaran/output yang diharapkan adalah Manajemen Nyeri dan Kontrol Kecemasan. Klien diharapkan dapat melaporkan nyeri yang berkurang, tampak rileks, dan vital signs dalam batas normal. Selain itu, klien juga diharapkan dapat mengungkapkan perasaan cemas, mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan menunjukkan strategi untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Perawat perlu melakukan observasi terhadap tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku nyeri, serta tanda-tanda kecemasan klien. Terapeutik yang dapat dilakukan adalah memberikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri dan menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengatasi kecemasan. Edukasi juga perlu dilakukan, seperti mengajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri serta memberikan informasi tentang proses operasi dan recovery yang realistis. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan, terutama untuk pemberian analgetik dan obat antiansietas jika diperlukan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mengatasi nyeri akut dan kecemasan yang dialaminya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalani proses operasi. -
Article No. 12766 | 22 Feb 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 65 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas, lemas, dan bengkak pada kedua tungkai sejak 3 hari terakhir. Pasien memiliki riwayat gagal jantung kongestif (CHF) dan hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan: Frekuensi napas: 28x/menit SpO₂: 90% tanpa oksigen Tekanan darah: 160/95 mmHg Nadi: 110x/menit Edema pitting (+2) pada kedua tungkai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak adalah penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan jantung.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan menunjukkan tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan jantung, seperti penurunan sesak napas, edema, dan takhikardi.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian oksigen untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Pemberian diuretik untuk mengurangi edema
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam penatalaksanaan gagal jantung kongestif
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk meningkatkan perfusi jaringan jantung pada pasien dengan gagal jantung kongestif. -
Article No. 12619 | 21 Feb 2025
Klinis : Kasus pemicu Kekurangan Kalori Protein (KKP): Di sebuah klinik kesehatan, seorang ibu membawa anaknya, Aisyah (2 tahun), karena tampak semakin kurus dan sering sakit. Ibu mengeluhkan bahwa Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang dalam dua minggu terakhir. Saat diperiksa, Aisyah terlihat sangat kurus dengan wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, serta edema ringan di kaki. Berat Badan: 7,5 kg (di bawah persentil ke-3 untuk usianya). Tinggi Badan: 78 cm. Lingkar Lengan Atas: 11 cm (indikasi malnutrisi). Status Imunisasi: Tidak lengkap. Riwayat Penyakit: Sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare. Anak tampak lemas dan kurang responsif. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan suhu 36,5°C, nadi 105 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, dan tekanan darah 85/55 mmHg. Kondisi ini menunjukkan Aisyah mengalami kurang kalori protein (KKP) yang membutuhkan intervensi segera untuk memperbaiki status gizinya. carikan 3 diagnosa untuk anak beserta do ds dan panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kasus Kekurangan Kalori Protein (KKP) pada Aisyah (2 tahun):
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
- D: Penurunan berat badan, lingkar lengan atas rendah, wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, edema ringan di kaki
- S: Ibu mengeluhkan Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang
- E: Asupan nutrisi tidak adekuat, riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare berulang
2. Gangguan Pertumbuhan Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
- D: Berat badan di bawah persentil ke-3 untuk usia, tinggi badan <80 cm
- S: Ibu mengeluhkan Aisyah tampak semakin kurus
- E: Asupan nutrisi tidak adekuat, riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare berulang
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
- D: Anak tampak lemas dan kurang responsif, tanda vital menunjukkan nadi cepat, pernapasan cepat
- S: Ibu mengeluhkan Aisyah sering rewel dan tampak kurang energik
- E: Malnutrisi, riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare berulang
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Status Gizi
- Indikator: Berat badan normal untuk usia, lingkar lengan atas meningkat, tidak ada edema, rambut dan kulit sehat
- Target: Berat badan mencapai persentil ke-10, lingkar lengan atas ≥12,5 cm, tidak ada edema, rambut dan kulit sehat
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Anak tampak lebih aktif dan responsif, tanda vital stabil
- Target: Anak dapat beraktivitas sesuai usia, tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi dan regimen diet yang tepat
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan dengan frekuensi dan porsi yang sesuai
- Pantau asupan dan output nutrisi pasien
- Edukasi kepada ibu tentang pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Manajemen Infeksi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik jika ada infeksi aktif
- Pantau tanda-tanda infeksi dan berikan penanganan yang tepat
- Edukasi kepada ibu tentang pentingnya imunisasi lengkap dan sanitasi yang baik
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi anak, disertai istirahat yang cukup
- Ajarkan teknik latihan aktivitas untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan
- Edukasi kepada ibu tentang pentingnya aktivitas dan istirahat yang seimbang untuk pemulihan anak
Pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat memperbaiki status gizi, toleransi aktivitas, dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada Aisyah. -
Article No. 12620 | 21 Feb 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lam nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam. Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi berdasarkan kasus yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan peradangan sendi, ditandai dengan keluhan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan pada sendi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi, ditandai dengan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan, ditandai dengan keluhan lemas dan lelah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronik Teratasi:
- Pasien dapat mengenali faktor pencetus nyeri
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri
2. Mobilitas Fisik Meningkat:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Pasien dapat melakukan rentang gerak sendi tanpa keterbatasan
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
3. Toleransi Aktivitas Membaik:
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami kelemahan dan kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat mempertahankan aktivitas tanpa merasa terganggu
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang adekuat
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi)
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam menurunkan intensitas nyeri
2. Peningkatan Mobilitas:
- Lakukan pengkajian fungsi dan rentang gerak sendi
- Berikan latihan rentang gerak sendi dan latihan fisik yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik latihan yang benar
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari secara bertahap
- Berikan alat bantu mobilitas jika diperlukan
3. Manajemen Kelelahan:
- Lakukan pengkajian faktor-faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan pengaturan aktivitas
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan
- Bantu pasien merencanakan aktivitas harian dengan mempertimbangkan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam meningkatkan toleransi aktivitas
Tujuan utama dari asuhan keperawatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memaksimalkan manajemen gejala, fungsi fisik, dan toleransi aktivitas. Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12621 | 21 Feb 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lam nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam. Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Ny. S mengalami kondisi Rheumatoid Arthritis (RA). Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan proses penyakit Rheumatoid Arthritis
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang potensial atau aktual, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Kemampuan pasien dan/atau keluarga dalam mengontrol atau mengurangi nyeri.
2. Mobilitas Sendi: Kemampuan pasien dalam menggerakkan sendi secara optimal.
3. Integritas Jaringan Muskuloskeletal: Kemampuan pasien dalam mempertahankan struktur dan fungsi jaringan muskuloskeletal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan dalam membantu pasien mengurangi atau mengontrol nyeri.
2. Terapi Gerak: Tindakan dalam mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi dan otot.
3. Perawatan Muskuloskeletal: Tindakan dalam mempertahankan integritas jaringan muskuloskeletal.
Penjelasan singkat:
Pasien Ny. S mengalami nyeri, bengkak, dan kekakuan pada sendi-sendi tangan dan kaki, yang merupakan manifestasi klinis dari Rheumatoid Arthritis (RA). RA adalah penyakit autoimun yang menyerang sendi dan dapat menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional sendi. Diagnosis RA ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium (RF, ACPA, LED, CRP), dan pemeriksaan radiologi (erosi tulang, penyempitan celah sendi). Penatalaksanaan farmakologis yang diberikan sesuai dengan standar penatalaksanaan RA. -
Article No. 12622 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien post op tumor mammae 3 hari lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien post op tumor mammae 3 hari lalu dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Luka Operasi (SDKI)
- Penjelasan: Pasien pasca operasi tumor mammae memiliki risiko tinggi mengalami infeksi pada luka operasi, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Jaringan (SLKI)
- Penjelasan: Luaran yang diharapkan adalah penyembuhan luka operasi secara optimal, dengan indikator seperti tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada dehiscence (terpisahnya tepi luka), dan penyembuhan luka yang progresif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka Operasi (SIKI)
- Penjelasan: Intervensi yang dilakukan untuk merawat luka operasi, seperti membersihkan luka, mengganti balutan, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka.
2. Manajemen Risiko Infeksi (SIKI)
- Penjelasan: Intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi, seperti memastikan kebersihan lingkungan, cuci tangan, dan penggunaan alat pelindung diri yang tepat oleh perawat.
Catatan:
Diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan di atas adalah contoh berdasarkan kondisi pasien post op tumor mammae 3 hari lalu dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. Perlu pengkajian lebih lanjut dan penyesuaian dengan kondisi spesifik pasien. -
Article No. 12623 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien post op tumor mammae 3 hari lalu dengan pqrst nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien post-op tumor mammae 3 hari lalu dengan PQRST nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Prosedur pembedahan
- Tanda dan Gejala: Pasien mengeluh nyeri, skala nyeri 4-6, pasien mengeluh nyeri saat bergerak, tampak meringis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, kompres hangat/dingin.
Penjelasan Singkat:
Pasien post-op tumor mammae 3 hari lalu mengalami nyeri akut sebagai akibat dari prosedur pembedahan yang dilakukan. Pasien mengeluh nyeri dengan skala 4-6, dan nyeri semakin terasa saat bergerak. Tujuan keperawatan adalah menurunkan nyeri yang dirasakan pasien, dengan menggunakan intervensi seperti manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan kompres hangat/dingin. Pasien diharapkan dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat mengenali serta menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif. -
Article No. 12624 | 21 Feb 2025
Klinis : Diagnosa Keperawatan Pasien post-op tumor mammae ( 3 hari lalu ) yang memuat PES
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Pasien Post-op Tumor Mammae (3 Hari Lalu)
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
PES (Problem, Etiologi, Symptom):
Problem: Risiko Infeksi
Etiologi: Prosedur pembedahan tumor mammae
Symptom: Luka operasi belum sembuh sempurna, adanya kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri pada area luka
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah kerentanan untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Kondisi luka operasi membaik
2. Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan
3. Pasien menunjukkan perilaku pencegahan infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan luka: Membersihkan dan mengganti balutan luka secara aseptik
2. Manajemen infeksi: Memantau tanda-tanda infeksi, memberikan obat antibiotik sesuai anjuran dokter
3. Edukasi: Mengajarkan pasien dan keluarga tentang cara perawatan luka dan gejala infeksi
Dengan tone akademis, persona sebagai pakar dan perawat, diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi pasien post-op tumor mammae dengan risiko infeksi yang perlu mendapatkan perawatan dan pengawasan yang ketat untuk mencegah komplikasi infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. -
Article No. 12625 | 21 Feb 2025
Klinis : Diagnosa Keperawatan nyeri Pasien post-op tumor mammae ( 3 hari lalu ) yang memuat PES
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nyeri Pasien Post-op Tumor Mammae (3 hari lalu):
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pasca operasi tumor mammae) sebagaimana ditandai dengan keluhan nyeri, ekspresi wajah yang meringis, dan peningkatan tanda-tanda vital.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri terkendali
2. Strategi pengelolaan nyeri efektif
3. Tingkat kecemasan terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pengkajian nyeri
2. Manajemen nyeri farmakologis
3. Manajemen nyeri non-farmakologis
4. Pemberian kenyamanan
Dalam konteks ini, pasien post-op tumor mammae (3 hari lalu) mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan prosedur pembedahan. Perawat perlu melakukan pengkajian nyeri, manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, serta pemberian kenyamanan untuk membantu pasien mengelola nyerinya secara efektif. -
Article No. 12626 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sesak. sesak dirasakan sudah 2 hari smrs. keluhan disertai mual muntah dan nyeri perut. makan minum tidak dapat masuk sama sekali. penurunan berat badan selama 1 bulan terakhir - rpd : pasien rutin poli di RSI oli paru denganobat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Penurunan Volume Cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, dan muntah.
b. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Penurunan Volume Cairan:
- Pasien akan mempertahankan volume cairan dalam batas normal.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- Pasien akan melaporkan tidak ada keluhan mual dan muntah.
b. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
c. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien akan melaporkan peningkatan energi dan tidak merasa kelelahan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Penurunan Volume Cairan:
- Pantau intake dan output cairan.
- Berikan terapi cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Ajarkan pasien teknik penanganan mual dan muntah.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antiemetik.
b. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik.
- Ajarkan pasien teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis.
- Monitoring tanda-tanda vital.
c. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Berikan perawatan yang dapat meningkatkan energi pasien.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik aktivitas yang aman dan sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi rehabilitasi.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Penurunan Volume Cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, dan muntah:
Pasien mengalami keluhan sesak, mual, muntah, dan tidak dapat makan minum, yang mengindikasikan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh intake cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan melalui muntah.
b. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit:
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut, yang dapat disebabkan oleh proses penyakit yang sedang dialaminya. Nyeri akut perlu ditangani dengan baik untuk mencapai kenyamanan pasien.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik:
Penurunan berat badan selama 1 bulan terakhir dan keluhan sesak yang dirasakan dapat menyebabkan kelemahan fisik pada pasien, sehingga pasien mengalami intoleransi terhadap aktivitas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Penurunan Volume Cairan:
- Mempertahankan volume cairan dalam batas normal akan memastikan pasien tetap terhidrasi dengan baik dan tidak mengalami komplikasi terkait dehidrasi.
- Stabilnya tanda-tanda vital menunjukkan bahwa keseimbangan cairan tubuh telah tercapai.
- Tidak adanya keluhan mual dan muntah akan memfasilitasi asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.
b. Nyeri Akut:
- Penurunan nyeri akan meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi pemulihan.
- Kemampuan pasien dalam mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif akan meningkatkan kontrol pasien terhadap nyerinya.
- Stabilnya tanda-tanda vital menunjukkan penanganan nyeri yang tepat.
c. Intoleransi Aktivitas:
- Peningkatan toleransi terhadap aktivitas akan memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Peningkatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menunjukkan perbaikan kondisi fisik pasien.
- Pelaporan peningkatan energi dan tidak merasa kelelahan mengindikasikan bahwa pasien telah mampu beradaptasi dengan baik terhadap aktivitas.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Penurunan Volume Cairan:
- Pemantauan intake dan output cairan diperlukan untuk mengevaluasi keseimbangan cairan pasien.
- Pemberian terapi cairan intravena sesuai kebutuhan akan membantu mengembalikan volume cairan yang hilang.
- Edukasi pasien tentang teknik penanganan mual dan muntah akan membantu pasien mengatasi keluhan tersebut.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antiemetik dapat membantu mengendalikan mual dan muntah.
b. Nyeri Akut:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif diperlukan untuk menentukan penanganan yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik sesuai indikasi akan membantu mengurangi nyeri.
- Edukasi pasien tentang teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis akan memfasilitasi partisipasi aktif pasien dalam mengatasi nyerinya.
- Pemantauan tanda-tanda vital diperlukan untuk memastikan efektivitas penanganan nyeri.
c. Intoleransi Aktivitas:
- Pengkajian toleransi aktivitas pasien diperlukan untuk menentukan intervensi yang sesuai.
- Pemberian perawatan yang dapat meningkatkan energi pasien, seperti nutrisi dan terapi oksigen, akan membantu memulihkan kondisi fisik.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik aktivitas yang aman dan sesuai kemampuan akan memfasilitasi partisipasi aktif pasien dalam rehabilitasi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi rehabilitasi akan membantu meningkatkan toleransi aktivitas pasien.