Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12685 | 22 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki diagnosa intracerebral hemoragik, memiliki gangguan menelan dan memiliki kelemahan pada tubuh sebelah kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Gangguan Menelan
2. Mobilitas Fisik Terganggu Berhubungan dengan Kelemahan Tubuh Sebelah Kanan
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Gangguan Menelan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko aspirasi adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama adalah mencegah terjadinya aspirasi dan mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status pernapasan, pengaturan posisi menelan, pemberian nutrisi dan cairan yang tepat, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
2. Mobilitas Fisik Terganggu Berhubungan dengan Kelemahan Tubuh Sebelah Kanan
- SDKI: Mobilitas fisik terganggu adalah keterbatasan dalam gerakan yang disengaja dan terarah dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Tujuan utama adalah meningkatkan mobilitas fisik pasien secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain latihan rentang gerak, latihan aktivitas kehidupan sehari-hari, pemberian alat bantu mobilisasi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam pengelolaan pasien dengan intracerbral hemoragik. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, terapis okupasi, dan ahli gizi, sangat diperlukan untuk menjamin kualitas perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 12686 | 22 Feb 2025
Klinis : konstipasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat pakar.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi konstipasi:
- Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi konstipasi berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah "Konstipasi".
- Konstipasi didefinisikan sebagai penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman saat defekasi yang berlangsung lebih dari 3 hari.
- Karakteristik definisi konstipasi meliputi: frekuensi defekasi kurang dari 3 kali per minggu, defekasi sulit, konsistensi feses keras, defekasi tidak tuntas, dan perasaan tidak nyaman saat defekasi.
- Faktor-faktor yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain: kurang asupan cairan, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, penyakit kronis, perubahan pola makan, dan faktor psikologis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan konstipasi adalah:
- Elimination: Pola Defekasi Membaik
- Kriteria hasil yang diharapkan:
a. Frekuensi defekasi meningkat menjadi 3-4 kali per minggu.
b. Konsistensi feses menjadi lunak.
c. Pasien dapat mengeluarkan feses dengan mudah.
d. Pasien tidak merasakan ketidaknyamanan saat defekasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan konstipasi adalah:
- Manajemen Konstipasi
a. Kaji pola defekasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan kemudahan defekasi.
b. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi, seperti diet, asupan cairan, aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan dan serat dalam diet.
d. Sarankan pasien untuk melakukan latihan fisik secara teratur.
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen konstipasi.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian laksatif atau obat-obatan, jika diperlukan.
g. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk membantu pasien mengatasi kondisi konstipasi. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan mendukung proses pemulihan secara keseluruhan. -
Article No. 12687 | 22 Feb 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, datang ke klinik dengan keluhan berat badan yang berlebihan dan kesulitan berjalan serta berlari. Ibu anak laki- laki tersebut mengeluhkan bahwa anaknya memiliki kebiasaan makan yang tidak seimbang, seperti suka makan makanan yang tinggi kalori seperti pizza, burger, dan es krim. Selain itu, anak laki-laki tersebut juga memiliki kebiasaan bermain game dan menonton TV selama berjam-jam setiap hari. Pada pemeriksaan fisik, anak laki-laki tersebut memiliki berat badan 45 kg, tinggi badan 120 cm, dan lingkar pinggang 80 cm. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 100 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, dan suhu 36,5°C. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan gula darah 100 mg/dL, kolesterol 180 mg/dL, trigliserida 150 mg/dL, dan asam urat 6 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Obesitas Anak Berhubungan dengan Pola Makan yang Tidak Seimbang dan Aktivitas Fisik yang Kurang
Penjelasan:
Kondisi yang dipaparkan menunjukkan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dengan berat badan berlebih dan lingkar pinggang yang tinggi, serta pola makan yang tidak seimbang dan aktivitas fisik yang kurang. Hal ini meningkatkan risiko anak mengalami obesitas, yang dapat berdampak pada masalah kesehatan lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Berat badan anak menurun hingga mencapai berat badan yang ideal berdasarkan usia dan tinggi badan.
2. Indeks Massa Tubuh (IMT): IMT anak berada dalam rentang normal berdasarkan usia.
3. Lingkar Pinggang: Lingkar pinggang anak berada dalam rentang normal berdasarkan usia dan jenis kelamin.
4. Pengetahuan tentang Gizi Seimbang: Anak dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang konsep gizi seimbang.
5. Perilaku Makan Sehat: Anak menunjukkan perilaku makan yang sehat, seperti memilih makanan bergizi dan porsi yang sesuai kebutuhan.
6. Aktivitas Fisik Adekuat: Anak melakukan aktivitas fisik yang adekuat sesuai usia dan kemampuan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Asesmen Gizi
- Mengkaji pola makan, riwayat berat badan, dan aktivitas fisik anak.
- Menghitung IMT dan status gizi anak.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola makan dan aktivitas fisik anak.
2. Edukasi Gizi Seimbang
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang konsep gizi seimbang, pentingnya asupan nutrisi yang seimbang, dan pemilihan makanan yang sehat.
- Membantu anak dan keluarga menyusun rencana makanan sehat sesuai kebutuhan.
3. Promosi Aktivitas Fisik
- Mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan usianya, seperti bermain aktif, olahraga, dan kegiatan di luar ruangan.
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang manfaat aktivitas fisik yang teratur.
- Membantu anak dan keluarga menyusun rencana aktivitas fisik yang dapat dilakukan secara rutin.
4. Monitoring dan Evaluasi
- Memantau perkembangan berat badan, IMT, dan lingkar pinggang anak secara berkala.
- Mengevaluasi kepatuhan anak dan keluarga dalam menerapkan pola makan sehat dan aktivitas fisik yang adekuat.
- Melakukan penyesuaian intervensi berdasarkan hasil evaluasi.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Risiko Obesitas Anak Berhubungan dengan Pola Makan yang Tidak Seimbang dan Aktivitas Fisik yang Kurang
Kondisi yang dipaparkan menunjukkan bahwa anak laki-laki berusia 8 tahun memiliki berat badan berlebih, lingkar pinggang yang tinggi, pola makan yang tidak seimbang (suka makanan tinggi kalori), dan aktivitas fisik yang kurang (banyak bermain game dan menonton TV). Hal ini meningkatkan risiko anak mengalami obesitas, yang dapat berdampak pada masalah kesehatan lainnya, seperti peningkatan kadar gula darah, kolesterol, trigliserida, dan asam urat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Berat badan anak menurun hingga mencapai berat badan yang ideal berdasarkan usia dan tinggi badan. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi terkait obesitas.
2. Indeks Massa Tubuh (IMT): IMT anak berada dalam rentang normal berdasarkan usia. IMT yang normal menunjukkan keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan.
3. Lingkar Pinggang: Lingkar pinggang anak berada dalam rentang normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Lingkar pinggang yang normal menunjukkan distribusi lemak tubuh yang sehat.
4. Pengetahuan tentang Gizi Seimbang: Anak dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang konsep gizi seimbang, termasuk pentingnya asupan nutrisi yang seimbang dan pemilihan makanan yang sehat. Hal ini akan mendukung perubahan pola makan yang lebih sehat.
5. Perilaku Makan Sehat: Anak menunjukkan perilaku makan yang sehat, seperti memilih makanan bergizi dan porsi yang sesuai kebutuhan. Perilaku makan yang sehat akan membantu mencapai berat badan ideal.
6. Aktivitas Fisik Adekuat: Anak melakukan aktivitas fisik yang adekuat sesuai usia dan kemampuan. Aktivitas fisik yang teratur akan membantu mencapai berat badan ideal dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Asesmen Gizi
- Mengkaji pola makan, riwayat berat badan, dan aktivitas fisik anak untuk memperoleh informasi yang komprehensif.
- Menghitung IMT dan status gizi anak untuk mengidentifikasi kondisi saat ini.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola makan dan aktivitas fisik anak, seperti kebiasaan keluarga, lingkungan, dan preferensi anak.
2. Edukasi Gizi Seimbang
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang konsep gizi seimbang, pentingnya asupan nutrisi yang seimbang, dan pemilihan makanan yang sehat.
- Membantu anak dan keluarga menyusun rencana makanan sehat sesuai kebutuhan anak, termasuk pengaturan porsi, frekuensi makan, dan jenis makanan yang sehat.
3. Promosi Aktivitas Fisik
- Mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan usianya, seperti bermain aktif, olahraga, dan kegiatan di luar ruangan.
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang manfaat aktivitas fisik yang teratur, seperti meningkatkan kebugaran, mencegah penyakit, dan meningkatkan kesehatan mental.
- Membantu anak dan keluarga menyusun rencana aktivitas fisik yang dapat dilakukan secara rutin, disesuaikan dengan kemampuan dan preferensi anak.
4. Monitoring dan Evaluasi
- Memantau perkembangan berat badan, IMT, dan lingkar pinggang anak secara berkala untuk menilai kemajuan dan efektivitas intervensi.
- Mengevaluasi kepatuhan anak dan -
Article No. 12688 | 22 Feb 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, datang ke klinik dengan keluhan berat badan yang berlebihan dan kesulitan berjalan serta berlari. Ibu anak laki- laki tersebut mengeluhkan bahwa anaknya memiliki kebiasaan makan yang tidak seimbang, seperti suka makan makanan yang tinggi kalori seperti pizza, burger, dan es krim. Selain itu, anak laki-laki tersebut juga memiliki kebiasaan bermain game dan menonton TV selama berjam-jam setiap hari. Pada pemeriksaan fisik, anak laki-laki tersebut memiliki berat badan 45 kg, tinggi badan 120 cm, dan lingkar pinggang 80 cm. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 100 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, dan suhu 36,5°C. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan gula darah 100 mg/dL, kolesterol 180 mg/dL, trigliserida 150 mg/dL, dan asam urat 6 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Kelebihan berat badan berhubungan dengan pola makan yang tidak seimbang dan aktivitas fisik yang kurang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan dimana individu memiliki berat badan melebihi normal.
- Faktor yang berhubungan: Pola makan tidak seimbang, aktivitas fisik kurang.
- Karakteristik: Berat badan berlebih, lingkar pinggang meningkat, persentase lemak tubuh tinggi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Berat badan normal, lingkar pinggang menurun, persentase lemak tubuh normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Edukasi gizi seimbang, pengaturan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, konseling gaya hidup sehat.
Tujuan intervensi adalah untuk membantu pasien mencapai berat badan yang ideal, menurunkan risiko komplikasi, dan memperbaiki pola makan serta aktivitas fisik. -
Article No. 12689 | 22 Feb 2025
Klinis : , berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lam nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam. Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini dapat didiagnosis dengan Rheumatoid Arthritis (RA). Berikut adalah penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik
2. Mobilitas Fisik Terganggu
3. Ketidakefektifan Pola Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronik
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan jaringan yang menetap atau berpotensi merusak.
- Tanda dan Gejala: Nyeri pada sendi tangan, kaki, dan sendi lainnya yang berlangsung lama, terutama di pagi hari.
- Faktor yang Mempengaruhi: Aktivitas, istirahat, dan peradangan sendi.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh adanya penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- Tanda dan Gejala: Kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat nyeri dan kekakuan sendi.
- Faktor yang Mempengaruhi: Nyeri, peradangan, dan penurunan fungsi sendi.
3. Ketidakefektifan Pola Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin pada tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan dan kelemahan yang menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Faktor yang Mempengaruhi: Nyeri, peradangan, dan penurunan fungsi sendi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri
2. Mobilitas Sendi
3. Kemandirian Aktivitas Sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Aktivitas
3. Perawatan Sendi
Kesimpulan, pasien ini membutuhkan penanganan komprehensif yang meliputi manajemen nyeri, peningkatan mobilitas sendi, dan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus berfokus pada pengurangan nyeri, pengelolaan peradangan sendi, dan rehabilitasi fisik untuk memaksimalkan fungsi dan kemandirian pasien. -
Article No. 12690 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan dan kondisi yang dialami oleh Ny. W, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana keperawatan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, nyeri sendi, dan penurunan berat badan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan efek penyakit Lupus.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan, kesulitan menelan, dan penurunan berat badan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit Lupus.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan pada tingkat yang diharapkan.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi toleransi aktivitas fisik pasien.
- SIKI: Aktivitas yang mengelola dan memantau toleransi aktivitas fisik pasien.
2. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri akut yang dialami pasien.
- SIKI: Aktivitas yang mengelola dan memantau nyeri akut pasien.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan:
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- SIKI: Aktivitas yang mengelola dan memantau intake nutrisi pasien.
4. Risiko infeksi:
- SDKI: Meningkatnya rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada pasien.
- SIKI: Aktivitas yang mengelola dan memantau risiko infeksi pada pasien.
5. Gangguan pola tidur:
- SDKI: Perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat dan istirahat.
- SIKI: Aktivitas yang mengelola dan memantau pola tidur pasien.
Rencana Keperawatan Standar PPNI:
1. Intoleransi aktivitas:
- Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Ajarkan teknik manajemen energi.
2. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan:
- Timbang berat badan pasien secara berkala.
- Berikan diet tinggi kalori dan protein sesuai kebutuhan.
- Pantau asupan dan keluaran cairan pasien.
4. Risiko infeksi:
- Lakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan setelah kontak dengan pasien.
- Pantau tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik.
5. Gangguan pola tidur:
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur.
- Pantau kualitas dan kuantitas tidur pasien. -
Article No. 12691 | 22 Feb 2025
Klinis : Batuk tidak efektif Tidak mampu batuk Sputum berlebih Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering Mekonium dijalan napas (pada neonatus)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau obstruksi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi, melakukan suction, pemberian bronkodilator, fisioterapi dada, dan kolaborasi dengan pemberian oksigen atau ventilasi mekanik jika diperlukan.
Kondisi yang Anda sebutkan, seperti batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, ronkhi kering, dan mekonium di jalan napas (pada neonatus) mengarah pada diagnosa keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah upaya untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau obstruksi. -
Article No. 12692 | 22 Feb 2025
Klinis : Penurunan tingkat kesadaran Penurunan refleks muntah dan/atau batuk Gangguan menelan Disfagia Kerusakan mobilitas fisik Peningkatan residu lambung Peningkatan tekanan intragastric Penurunan motilitas gastrointestinal Sfingter esofagus bawah inkompeten Perlambatan pengosongan lambung Terpasang selang nasogastric Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube Trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah Efek agen farmakologis Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Menelan (Disfagia)
Penjelasan:
- Gangguan menelan atau disfagia adalah ketidakmampuan untuk menelan makanan, cairan, atau saliva dengan aman dan efektif.
- Faktor penyebab dapat meliputi penurunan tingkat kesadaran, gangguan refleks menelan, trauma/pembedahan di area kepala dan leher, serta efek agen farmakologis.
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
- Evaluasi kemampuan menelan
- Posisi makan yang aman
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet dan teknik menelan yang aman
- Pemberian nutrisi enteral melalui selang nasogastrik atau feeding tube
2. Risiko Aspirasi
Penjelasan:
- Risiko aspirasi adalah kondisi di mana makanan, cairan, atau sekret dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia.
- Faktor risiko meliputi penurunan tingkat kesadaran, gangguan refleks batuk dan muntah, serta gangguan menelan.
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda aspirasi
- Pengaturan posisi tubuh yang aman saat makan dan minum
- Pemberian nutrisi enteral melalui feeding tube
- Suction saluran napas jika diperlukan
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan:
- Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
- Faktor penyebab dapat meliputi trauma, pembedahan, efek agen farmakologis, dan ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, dan bernapas.
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
- Pengkajian kemampuan mobilitas fisik
- Latihan pergerakan dan mobilisasi yang aman
- Penggunaan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk terapi fisik
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi yang digunakan di Indonesia untuk memandu proses keperawatan. Penerapan standar ini membantu perawat dalam menentukan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 12693 | 22 Feb 2025
Klinis : Penurunan tingkat kesadaran Penurunan refleks muntah dan/atau batuk Gangguan menelan Disfagia Kerusakan mobilitas fisik Peningkatan residu lambung Peningkatan tekanan intragastric Penurunan motilitas gastrointestinal Sfingter esofagus bawah inkompeten Perlambatan pengosongan lambung Terpasang selang nasogastric Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube Trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah Efek agen farmakologis Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan refleks muntah dan/atau batuk, gangguan menelan, disfagia, peningkatan residu lambung, peningkatan tekanan intragastrik, perlambatan pengosongan lambung.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan gangguan menelan, disfagia, penurunan motilitas gastrointestinal, terpasang trakeostomi atau endotracheal tube.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik, trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah.
4. Gangguan fungsi saluran pencernaan berhubungan dengan sfingter esofagus bawah inkompeten, terpasang selang nasogastrik, efek agen farmakologis.
5. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas berhubungan dengan ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko aspirasi: Tidak terjadi aspirasi, Tidak terjadi komplikasi akibat aspirasi, Mampu melakukan teknik menelan dengan aman.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas: Jalan napas bebas dari sekret, Mampu batuk efektif, Tidak terjadi infeksi saluran pernapasan.
3. Gangguan mobilitas fisik: Mampu melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri, Tidak terjadi kontraktur/deformitas, Tidak terjadi komplikasi akibat imobilisasi.
4. Gangguan fungsi saluran pencernaan: Tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi/dehidrasi, Mampu menerima dan mencerna nutrisi/cairan dengan adekuat.
5. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas: Mampu melakukan koordinasi menghisap, menelan, bernapas secara efektif, Tidak terjadi komplikasi akibat ketidakmatangan koordinasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko aspirasi:
- Observasi tanda-tanda aspirasi
- Manajemen jalan napas
- Manajemen nutrisi
- Teknik menelan yang aman
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas:
- Manajemen jalan napas
- Manajemen sekret
- Terapi oksigen
- Fisioterapi dada
3. Gangguan mobilitas fisik:
- Manajemen imobilisasi
- Terapi latihan
- Perawatan kulit dan mencegah komplikasi imobilisasi
4. Gangguan fungsi saluran pencernaan:
- Manajemen nutrisi enteral
- Manajemen cairan dan elektrolit
- Manajemen pemberian obat
- Manajemen disfagia
5. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas:
- Stimulasi oral
- Latihan koordinasi menghisap, menelan, bernapas
- Manajemen nutrisi dan cairan
- Edukasi dan pelatihan keluarga
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan didasarkan pada kondisi yang diuraikan, dengan mengacu pada standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Setiap poin dijelaskan secara rinci dan terperinci untuk memberikan panduan yang komprehensif bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. -
Article No. 12694 | 22 Feb 2025
Klinis : gangguan pernafasan pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pernapasan pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah: Bayi dapat mempertahankan jalan napas yang paten, menunjukkan pola napas yang efektif, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau pola napas, mengatur posisi bayi, memberikan oksigen sesuai kebutuhan, melakukan suction untuk membersihkan jalan napas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap bayi dengan gangguan pernapasan, memantau tanda-tanda vital, dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan jalan napas yang efektif dan mencegah komplikasi. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, sangat penting dalam penanganan kondisi ini.