Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 22423 | 26 Oct 2025
Klinis : Wawancara : 1.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan demonstrasi cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada anak-anak. 2.Kader mengatakan penyuluhan penyakit tidak menular pernah dilakukan di puskesmas tetapi belum pernah di wilayah atau RW 21. 3.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan kegiatan penyuluhan (cuci tangan dengan baik dan benar) pada warga terkhusus pada anak-anak. 4.Kader mengatakan pelatihan kader tidak rutin dilakukan hanya 1 tahun sekali yaitu pelatihan POSBINDU. 5.Warga mengatakan tidak pernah dilakukan penyuluhan kesehatan. 6.Kegiatan POSBINDU ada tetapi jarang dilakukan. 7.Pak RW mengatakan bahwa warga RW 21 pada usia remaja banyak ditemukan dengan masalah kesehatan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan DM, dan perlu adanya deteksi dini. 8.Pak RW mengatakan belum mengetahui terkait penggunaan alat BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan penanggulangan bencana dan belum ada penyuluhan terkait hal tersebut. 9.Warga mengatakan jarang mengikuti senam kesehatan. 10.Beberapa warga mengatakan jika ada keluhan yang dirasakan tidak langsung pergi ke fasilitas kesehatan tetapi hanya mengobati keluhan yang dirasakan di rumah. Observasi : 1. Warga jarang melakukan aktivitas fisik yaitu olahraga. 2. Terdapat warga tidak melakukan kebiasaan cuci tangan. 3. Tampak belum ada terpasang poster - poster kesehatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Defisit Kesehatan Komunitas
Kode SDKI: D.0110
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Defisit Kesehatan Komunitas, dengan kode D.0110 dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih masalah kesehatan atau faktor risiko yang mengganggu kesejahteraan pada suatu kelompok atau komunitas. Diagnosis ini tidak berfokus pada individu, melainkan pada agregat atau populasi dalam suatu wilayah geografis tertentu, seperti Rukun Warga (RW), desa, atau kelompok dengan karakteristik serupa. Masalah yang diidentifikasi bersifat sistemik dan memerlukan intervensi yang terkoordinasi di tingkat komunitas untuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan. Kondisi ini muncul ketika sebuah komunitas gagal mengidentifikasi, mengatasi, atau mengelola masalah kesehatan yang ada, baik karena kurangnya pengetahuan, sumber daya yang tidak memadai, program yang tidak efektif, maupun partisipasi warga yang rendah.
Berdasarkan data yang disajikan dari RW 21, diagnosis Defisit Kesehatan Komunitas sangat relevan dan dapat ditegakkan. Gejala mayor dari diagnosis ini, yaitu "Komunitas mengungkapkan adanya masalah kesehatan," terpenuhi secara eksplisit. Pernyataan dari Pak RW mengenai tingginya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes melitus pada kalangan remaja, serta kebutuhan mendesak akan deteksi dini, merupakan indikator kuat adanya masalah kesehatan yang diakui oleh pimpinan komunitas. Selain itu, keluhan warga yang menyatakan tidak pernah menerima penyuluhan kesehatan dan kader yang mengakui kurangnya demonstrasi praktik kesehatan dasar (menggosok gigi, cuci tangan) semakin memperkuat adanya defisit ini.
Gejala minor juga sangat menonjol dalam kasus ini. Pertama, "Komunitas mengungkapkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi kesehatannya," yang tercermin dari pernyataan Pak RW tentang perlunya deteksi dini PTM dan penyuluhan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Kedua, "Komunitas mengungkapkan kelemahan dalam penanganan masalah kesehatan," yang terlihat dari pengakuan kader bahwa pelatihan hanya dilakukan setahun sekali dan kegiatan POSBINDU jarang dilaksanakan. Ketiga, "Program untuk mengatasi masalah tidak ada atau tidak efektif," terbukti dari tidak adanya penyuluhan spesifik di tingkat RW, tidak adanya demonstrasi cara hidup sehat, dan jarangnya kegiatan POSBINDU. Keempat, "Sumber daya komunitas tidak tersedia," yang diindikasikan oleh tidak adanya media promosi kesehatan seperti poster dan kader yang kurang terlatih secara rutin. Kelima, "Angka partisipasi dalam program kesehatan rendah," yang dikonfirmasi oleh pernyataan warga yang jarang mengikuti senam kesehatan dan hasil observasi yang menunjukkan warga jarang berolahraga.
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap Defisit Kesehatan Komunitas di RW 21 bersifat multifaktorial. Terdapat hambatan akses ke pemberdayaan, di mana program-program seperti POSBINDU dan pelatihan kader tidak berjalan optimal, sehingga komunitas tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk mengelola kesehatannya secara mandiri. Program promosi kesehatan yang tidak adekuat menjadi inti masalah, di mana informasi esensial mengenai pencegahan PTM, kebersihan diri, dan kesiapsiagaan darurat tidak sampai ke warga. Perilaku kesehatan yang cenderung berisiko, seperti jarang berolahraga dan kebiasaan tidak mencuci tangan, menjadi manifestasi dari kurangnya pengetahuan dan motivasi. Terakhir, perilaku mencari bantuan kesehatan yang tidak efektif, di mana warga lebih memilih mengobati keluhan di rumah daripada mengunjungi fasilitas kesehatan, menunjukkan adanya kesenjangan kepercayaan atau akses terhadap layanan kesehatan formal. Secara keseluruhan, data wawancara dan observasi melukiskan gambaran sebuah komunitas yang memiliki masalah kesehatan signifikan namun tidak memiliki sistem, program, dan pengetahuan yang memadai untuk mengatasinya, sehingga diagnosis Defisit Kesehatan Komunitas menjadi landasan yang tepat untuk merencanakan intervensi keperawatan.Kode SLKI: L.10096
Luaran yang Diharapkan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan Status Kesehatan Komunitas meningkat dengan kriteria hasil:
1. Partisipasi dalam program kesehatan komunitas meningkat: Warga secara aktif mengikuti kegiatan seperti POSBINDU, senam bersama, dan penyuluhan kesehatan.
2. Ketersediaan program promosi kesehatan meningkat: Adanya jadwal rutin dan pelaksanaan penyuluhan mengenai PTM,Article No. 22424 | 26 Oct 2025
Klinis : Wawancara : 1.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan demonstrasi cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada anak-anak. 2.Kader mengatakan penyuluhan penyakit tidak menular pernah dilakukan di puskesmas tetapi belum pernah di wilayah atau RW 21. 3.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan kegiatan penyuluhan (cuci tangan dengan baik dan benar) pada warga terkhusus pada anak-anak. 4.Kader mengatakan pelatihan kader tidak rutin dilakukan hanya 1 tahun sekali yaitu pelatihan POSBINDU. 5.Warga mengatakan tidak pernah dilakukan penyuluhan kesehatan. 6.Kegiatan POSBINDU ada tetapi jarang dilakukan. 7.Pak RW mengatakan bahwa warga RW 21 pada usia remaja banyak ditemukan dengan masalah kesehatan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan DM, dan perlu adanya deteksi dini. 8.Pak RW mengatakan belum mengetahui terkait penggunaan alat BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan penanggulangan bencana dan belum ada penyuluhan terkait hal tersebut. 9.Warga mengatakan jarang mengikuti senam kesehatan. 10.Beberapa warga mengatakan jika ada keluhan yang dirasakan tidak langsung pergi ke fasilitas kesehatan tetapi hanya mengobati keluhan yang dirasakan di rumah. Observasi : 1. Warga jarang melakukan aktivitas fisik yaitu olahraga. 2. Terdapat warga tidak melakukan kebiasaan cuci tangan. 3. Tampak belum ada terpasang poster - poster kesehatan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Gagal mendapatkan konten dari API. Cek log server atau API Key.
Article No. 22425 | 26 Oct 2025
Klinis : Wawancara : 1.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan demonstrasi cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada anak-anak. 2.Kader mengatakan penyuluhan penyakit tidak menular pernah dilakukan di puskesmas tetapi belum pernah di wilayah atau RW 21. 3.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan kegiatan penyuluhan (cuci tangan dengan baik dan benar) pada warga terkhusus pada anak-anak. 4.Kader mengatakan pelatihan kader tidak rutin dilakukan hanya 1 tahun sekali yaitu pelatihan POSBINDU. 5.Warga mengatakan tidak pernah dilakukan penyuluhan kesehatan. 6.Kegiatan POSBINDU ada tetapi jarang dilakukan. 7.Pak RW mengatakan bahwa warga RW 21 pada usia remaja banyak ditemukan dengan masalah kesehatan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan DM, dan perlu adanya deteksi dini. 8.Pak RW mengatakan belum mengetahui terkait penggunaan alat BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan penanggulangan bencana dan belum ada penyuluhan terkait hal tersebut. 9.Warga mengatakan jarang mengikuti senam kesehatan. 10.Beberapa warga mengatakan jika ada keluhan yang dirasakan tidak langsung pergi ke fasilitas kesehatan tetapi hanya mengobati keluhan yang dirasakan di rumah. Observasi : 1. Warga jarang melakukan aktivitas fisik yaitu olahraga. 2. Terdapat warga tidak melakukan kebiasaan cuci tangan. 3. Tampak belum ada terpasang poster - poster kesehatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Defisit Kesehatan Komunitas
Kode SDKI: D.0110
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Defisit Kesehatan Komunitas adalah kondisi dimana terdapat satu atau lebih masalah kesehatan atau faktor risiko yang mengganggu kesejahteraan pada suatu kelompok atau komunitas. Diagnosis ini tidak berfokus pada individu, melainkan pada agregat atau populasi dalam suatu wilayah geografis tertentu, dalam kasus ini adalah warga di RW 21. Berdasarkan data yang terkumpul melalui wawancara dan observasi, komunitas di RW 21 menunjukkan adanya masalah kesehatan yang signifikan serta berbagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap penurunan status kesehatan secara kolektif.
Masalah kesehatan yang telah teridentifikasi secara eksplisit adalah tingginya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes melitus (DM) pada kalangan usia remaja. Pernyataan dari Ketua RW mengenai hal ini menandakan adanya masalah kesehatan yang sudah terjadi dan dirasakan dampaknya oleh komunitas. Kondisi ini menjadi alarm bahwa faktor risiko PTM telah ada dan berkembang di komunitas ini sejak usia dini, yang jika tidak ditangani akan menjadi beban kesehatan yang berat di masa depan.
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap defisit kesehatan di komunitas ini bersifat multifaktorial dan saling terkait. Pertama, terdapat defisit pengetahuan kesehatan yang masif di berbagai tingkatan. Warga dan kader menyatakan tidak pernah menerima penyuluhan atau demonstrasi praktis mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dasar, seperti cara menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar. Kurangnya pengetahuan ini secara langsung tercermin dalam observasi dimana beberapa warga tidak mempraktikkan cuci tangan. Lebih lanjut, pengetahuan mengenai deteksi dini dan manajemen PTM juga rendah, terbukti dari belum pernah dilakukannya penyuluhan PTM di tingkat RW. Kesenjangan pengetahuan ini diperparah dengan kurangnya kesiapsiagaan darurat, dimana Ketua RWArticle No. 22426 | 26 Oct 2025
Klinis : Wawancara : 1.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan demonstrasi cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada anak-anak. 2.Kader mengatakan penyuluhan penyakit tidak menular pernah dilakukan di puskesmas tetapi belum pernah di wilayah atau RW 21. 3.Kader mengatakan tidak pernah dilakukan kegiatan penyuluhan (cuci tangan dengan baik dan benar) pada warga terkhusus pada anak-anak. 4.Kader mengatakan pelatihan kader tidak rutin dilakukan hanya 1 tahun sekali yaitu pelatihan POSBINDU. 5.Warga mengatakan tidak pernah dilakukan penyuluhan kesehatan. 6.Kegiatan POSBINDU ada tetapi jarang dilakukan. 7.Pak RW mengatakan bahwa warga RW 21 pada usia remaja banyak ditemukan dengan masalah kesehatan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan DM, dan perlu adanya deteksi dini. 8.Pak RW mengatakan belum mengetahui terkait penggunaan alat BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan penanggulangan bencana dan belum ada penyuluhan terkait hal tersebut. 9.Warga mengatakan jarang mengikuti senam kesehatan. 10.Beberapa warga mengatakan jika ada keluhan yang dirasakan tidak langsung pergi ke fasilitas kesehatan tetapi hanya mengobati keluhan yang dirasakan di rumah. Observasi : 1. Warga jarang melakukan aktivitas fisik yaitu olahraga. 2. Terdapat warga tidak melakukan kebiasaan cuci tangan. 3. Tampak belum ada terpasang poster - poster kesehatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Defisit Kesehatan Komunitas
Kode SDKI: D.0110
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Defisit Kesehatan Komunitas didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih masalah kesehatan atau faktor risiko yang mengganggu kesejahteraan pada suatu kelompok atau komunitas. Diagnosis ini tidak berfokus pada individu, melainkan pada agregat atau populasi yang berbagi karakteristik geografis, demografis, atau kepentingan bersama, seperti warga di RW 21 dalam kasus ini. Kondisi ini mencerminkan kegagalan kolektif dalam mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengatasi masalah kesehatan yang ada, yang sering kali disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal komunitas.
Berdasarkan data yang disajikan, komunitas RW 21 menunjukkan berbagai penyebab yang mengarah pada diagnosis ini. Terdapat keterbatasan pengetahuan yang signifikan di kalangan warga dan kader, yang terbukti dari tidak adanya penyuluhan dan demonstrasi mengenai praktik kesehatan dasar seperti cara menggosok gigi dan cuci tangan yang benar. Selain itu, informasi mengenai penyakit tidak menular (PTM), bantuan hidup dasar (BHD), dan penanggulangan bencana belum pernah tersosialisasikan secara efektif di tingkat komunitas. Hal ini menunjukkan adanya hambatan dalam diseminasi informasi kesehatan yang krusial.
Selanjutnya, program kesehatan yang ada tampaknya tidak berjalan optimal. Kegiatan POSBINArticle No. 22427 | 26 Oct 2025
Klinis : Tuan E datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdahak yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Batuk sering disertai dengan dahak berwarna kuning kehijauan, dan kadang-kadang berdarah. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang signifikan (sekitar 7 kg dalam satu bulan), demam ringan yang hilang timbul, terutama pada malam hari, serta keringat malam yang berlebihan. Pasien merasa sangat lemah dan cepat lelah, sehingga sulit untuk bekerja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: D.0001
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang paten. Kondisi ini merupakan salah satu masalah keperawatan yang paling fundamental dan sering ditemui, terutama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan seperti yang dialami oleh Tuan E. Gejala yang ditunjukkan, seperti batuk berdahak kronis lebih dari tiga minggu, produksi dahak kental berwarna kuning kehijauan, dan adanya darah, secara langsung mengindikasikan adanya akumulasi sekret yang signifikan dan kemungkinan iritasi atau kerusakan pada mukosa jalan napas. Patofisiologi di balik kondisi ini pada kasus yang dicurigai sebagai tuberkulosis (TB) paru, seperti pada Tuan E, melibatkan respons inflamasi tubuh terhadap infeksi bakteri *Mycobacterium tuberculosis*. Bakteri ini menyebabkan peradangan pada jaringan paru, yang memicu peningkatan produksi mukus (dahak) oleh sel-sel goblet di saluran napas. Mukus ini menjadi lebih kental dan lengket, sehingga sulit untuk dikeluarkan melalui mekanisme batuk normal. Selain itu, peradangan dan kerusakan jaringan dapat menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokonstriksi) dan penurunan fungsi silia, yaitu rambut-rambut halus yang bertugas mendorong sekret keluar dari paru-paru. Kombinasi dari produksi sekret berlebih, viskositas sekret yang tinggi, dan gangguan mekanisme pembersihan alami inilah yang menyebabkan jalan napas menjadi tidak efektif. Gejala dan tanda mayor yang dapat diobservasi pada pasien dengan diagnosis ini meliputi batuk yang tidak efektif atau tidak mampu batuk, produksi sputum yang berlebihan, adanya suara napas tambahan seperti mengi (wheezing) dan/atau ronki kering, serta kesulitan bernapas (dispnea). Pada Tuan E, keluhan batuk berdahak yang persisten dan karakteristik dahaknya merupakan tanda objektif utama. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, kemungkinan besar saat auskultasi akan terdengar suara ronki akibat adanya sekret di saluran napas besar. Gejala dan tanda minor yang mungkin menyertai antara lain gelisah, sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa akibat kekurangan oksigen), frekuensi napas yang berubah, dan pola napas yang tidak normal. Kelemahan ekstrem dan kelelahan yang dialami Tuan E juga dapat memperburuk kondisi ini, karena ia mungkin tidak memiliki energi yang cukup untuk melakukan batuk yang kuat dan efektif. Penurunan berat badan dan demam malam hari adalah gejala sistemik dari penyakit dasarnya (kemungkinan TB), namun kelemahan yang diakibatkannya secara langsung berdampak pada kemampuan fisiologis untuk membersihkan jalan napas. Dampak dari bersihan jalan napas yang tidak efektif sangat signifikan. Akumulasi sekret dapat menjadi media yang subur bagi pertumbuhan bakteri sekunder, meningkatkan risiko pneumonia. Obstruksi jalan napas juga dapat menyebabkan atelektasis, yaitu kolapsnya sebagian atau seluruh paru-paru, yang akan semakin memperburuk fungsi pernapasan dan pertukaran gas. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berujung pada gagal napas, suatu kondisi medis darurat yang mengancam jiwa. Oleh karena itu, penegakan diagnosis keperawatan ini menjadi krusial untuk merencanakan intervensi yang tepat. Fokus utama asuhan keperawatan adalah membantu pasien mengeluarkan sekret, mengurangi obstruksi, dan memulihkan patensi jalan napas untuk memastikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
Kode SLKI: L.01001
Luaran yang Diharapkan: Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan Bersihan Jalan Napas pasien meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut:
- Kemampuan batuk efektif meningkat.
- Produksi sputum menurun.
- Dahak yang keluar lebih encer dan mudah dikeluarkan.
- Suara napas tambahan (mengi, wheezing, ronki) menurun atau hilang.
- Keluhan sulit bernapas (dispnea) menurun.
- Gelisah akibat kesulitan bernapas menurun.
- Frekuensi napas membaik dalam rentang normal (16-20 kali/menit).
- Pola napas membaik menjadi teratur dan tidak dangkal.
Kode SIKI: I.01006
Intervensi Utama: Latihan Batuk Efektif
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi kemampuan pasien untuk batuk.
- Monitor adanya retensi sputum (dahak yang tertahan).
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas (misalnya, demam, peningkatan produksi sputum, perubahan warna sputum).
- Monitor input dan output cairan untuk menilai status hidrasi.
Terapeutik
- Atur posisi pasien semi-Fowler atau Fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat yang cukup (sekitar 2 liter/hari, jika tidak ada kontraindikasi) untuk membantu mengencerkan dahak.
- Ajarkan teknik napas dalam:
-
Article No. 22404 | 25 Oct 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 53 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas berat dan batuk berdahak, serta penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas ronkhi bilateral, rr 29x/menit, ada riwayat pembengkakan jantung dan hipertensi. hasil rontgen menunjukkan adanya kardiomegali, hasil ct scan menunjukkan adanya edema cerebri. Diagnosis awal adalah penurunan kesadaran, syok kardiogenik, dan dispnea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Hipervolemia
Kode SDKI: D.0022
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Hipervolemia, menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), didefinisikan sebagai peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler. Kondisi ini merupakan manifestasi dari ketidakseimbangan cairan dan elektrolit di mana tubuh menahan lebih banyak cairan daripada yang diekskresikan. Pada kasus pasien ini, seorang wanita berusia 53 tahun dengan riwayat pembengkakan jantung (kardiomegali) dan hipertensi, hipervolemia menjadi diagnosis keperawatan sentral yang menjelaskan konstelasi gejala berat yang dialaminya, termasuk sesak napas berat (dispnea), batuk berdahak, suara napas ronkhi, penurunan kesadaran, dan edema serebri.
Patofisiologi hipervolemia pada pasien dengan latar belakang penyakit jantung, seperti kardiomegali dan hipertensi, sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi pompa jantung. Jantung yang membengkak dan telah lama bekerja melawan tekanan darah tinggi (hipertensi) mengalami penurunan kontraktilitas. Akibatnya, curah jantung (cardiac output)—volume darah yang dipompa oleh jantung setiap menit—menurun secara signifikan. Kondisi ini memicu serangkaian mekanisme kompensasi yang justru memperburuk keadaan. Penurunan aliran darah ke ginjal diinterpretasikan oleh tubuh sebagai kondisi hipovolemia (kekurangan volume), sehingga mengaktifkan Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS). Aktivasi RAAS menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal dalam upaya untuk meningkatkan volume sirkulasi. Namun, karena jantung sudah gagal memompa secara efektif, cairan tambahan ini tidak dapat didistribusikan dengan baik dan malah menumpuk di berbagai kompartemen tubuh.
Penumpukan cairan ini bermanifestasi secara klinis dalam berbagai cara yang terlihat pada pasien. Pertama, cairan kembali ke sirkulasi paru-paru (kongesti paru) karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah ke sirkulasi sistemik. Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler paru menyebabkan cairan merembes ke dalam ruang interstisial dan alveoli, suatu kondisi yang dikenal sebagai edema paru. Secara klinis, ini menyebabkan gejala pernapasan yang dominan: sesak napas berat (dispnea), takipnea (frekuensi napas 29x/menit), dan suara napas tambahan berupa ronkhi bilateral, yang menandakan adanya cairan di saluran napas. Batuk berdahak juga merupakan respons tubuh untuk mencoba membersihkan cairan tersebut.
Kedua, kelebihan volume cairan sistemik dan tekanan yang tinggi di sisi kanan jantung (akibat kegagalan sisi kiri) menyebabkan penumpukan cairan di sirkulasi vena sistemik. Hal ini dapat menyebabkan edema perifer, asites, dan dalam kasus yang parah seperti ini, berkontribusi pada edema serebri (pembengkakan otak). Edema serebri, yang terdeteksi melalui CT scan, bersama dengan penurunan perfusi otak akibat syok kardiogenik (kondisi di mana jantung sangat lemah sehingga tidak dapat memasok darah dan oksigen yang cukup ke otak dan organ vital lainnya), menjadi penyebab utama penurunan kesadaran pada pasien.
Diagnosis keperawatan Hipervolemia dalam konteks ini didukung oleh data mayor dan minor. Data mayor objektif yang sangat jelas adalah adanya suara napas tambahan (ronkhi) dan edema (dalam bentuk edema serebri). Dispnea yang dialami pasien adalah data mayor subjektif. Kondisi syok kardiogenik dan kardiomegali adalah kondisi klinis terkait yang secara langsung menyebabkan hipervolemia. Oleh karena itu, penatalaksanaan keperawatan harus berfokus pada pengurangan kelebihan volume cairan untuk meringankan beban kerja jantung, memperbaiki pertukaran gas di paru-paru, dan mengurangi tekanan intrakranial. Mengatasi hipervolemia adalah langkah krusial untuk menstabilkan hemodinamik pasien, memperbaiki status pernapasan, dan memulihkan kesadaran.Kode SLKI: L.03020
Luaran yang Diharapkan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan,
Article No. 22405 | 25 Oct 2025
Klinis : Keluhan : kejang tadi malam Riwayat: Pasien rujukan dari RS Elizabeth dengan keluhan kejang 1 kali tadi malam, seluruh tubuh, 5-10 menit dengan sebelumnya dirawat karena demam, muntah (+) bab cair (+)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Risiko Cedera
Kode SDKI: D.0136
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Risiko Cedera didefinisikan sebagai kondisi di mana seorang individu berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik. Diagnosis ini bersifat risiko, yang berarti cedera belum terjadi, namun terdapat faktor-faktor risiko yang signifikan yang membuat pasien sangat rentan mengalaminya. Dalam konteks pasien dengan riwayat kejang, demam, muntah, dan diare, diagnosis ini menjadi prioritas utama karena aktivitas kejang itu sendiri secara inheren menempatkan pasien pada bahaya fisik yang serius dan tak terkendali.
Kejang adalah manifestasi klinis dari aktivitas listrik abnormal yang berlebihan dan sinkron di otak. Selama episode kejang tonik-klonik umum (seperti yang digambarkan "seluruh tubuh"), pasien kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, diikuti oleh fase tonik (kekakuan otot) dan fase klonik (gerakan menyentak ritmis pada ekstremitas). Kombinasi dari hilangnya kesadaran dan gerakan motorik yang tidak terkendali ini menciptakan "badai sempurna" untuk terjadinya cedera. Pasien dapat jatuh secara tiba-tiba jika sedang berdiri atau duduk, menyebabkan trauma kepala (cedera kepala ringan hingga berat), fraktur tulang (terutama klavikula, humerus, atau panggul), dislokasi sendi, serta laserasi atau memar akibat benturan dengan benda-benda di sekitarnya. Selama fase klonik, gerakan yang kuat dan berulang dapat menyebabkan cedera tambahan, seperti gigitan pada lidah atau bagian dalam pipi, serta ketegangan otot yang ekstrem.
Faktor risiko internal pada pasien ini sangat menonjol. Riwayat demam, muntah, dan buang air besar cair menunjukkan kemungkinan adanya infeksi sistemik atau gastroenteritis akut. Kondisi ini dapat memicu kejang melalui beberapa mekanisme. Pertama, demam tinggi itu sendiri, terutama pada anak-anak, dapat menurunkan ambang kejang dan menyebabkan kejang demam. Kedua, muntah dan diare yang persisten dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang signifikan (misalnya, hiponatremia, hipokalsemia, atau hipomagnesemia). Elektrolit sangat penting untuk menjaga potensial membran sel saraf yang stabil. Gangguan pada konsentrasi elektrolit ini dapat mengganggu stabilitas listrik neuron, membuatnya lebih mudah terdepolarisasi dan memicu aktivitas kejang. Dengan demikian, kondisi klinis yang mendasari (infeksi, dehidrasi, gangguan elektrolit) secara langsung meningkatkan risiko berulangnya kejang, yang pada gilirannya meningkatkan risiko cedera.
Selain risiko trauma fisik langsung, ada juga risiko cedera sekunder yang signifikan. Selama kejang, kontrol terhadap jalan napas dan refleks menelan dapat terganggu. Jika pasien muntah sebelum atau selama kejang, ada risiko tinggi terjadi aspirasi, di mana isi lambung masuk ke dalam paru-paru. Aspirasi dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, suatu komplikasi serius yang dapat mengancam jiwa. Selain itu, kontraksi otot pernapasan yang terus-menerus selama fase tonik dapat menyebabkan apnea (henti napas) sementara, yang jika berlangsung lama, dapat mengakibatkan hipoksia serebral (kekurangan oksigen ke otak) dan kerusakan neurologis lebih lanjut.
Peran perawat dalam mengelola diagnosis Risiko Cedera pada pasien kejang bersifat proaktif dan multifaset. Penilaian keperawatan harus mencakup identifikasi faktor risiko spesifik, baik internal (status neurologis, tingkat kesadaran, frekuensi kejang, status hidrasi, hasil laboratorium elektrolit) maupun eksternal (lingkungan sekitar pasien). Lingkungan pasien harus dimodifikasi untuk meminimalkan potensi bahaya. Ini termasuk memastikan tempat tidur berada pada posisi terendah, memasang dan melapisi pagar pengaman tempat tidur (seizure pads), menyingkirkan perabotan atau benda tajam dari sekitar pasien, dan memastikan peralatan suction dan oksigen siap sedia di sisi tempat tidur.
Manajemen selama episode kejang akut juga krusial. Perawat harus tetap bersama pasien, tidak menahan gerakan pasien secara paksa (karena dapat menyebabkan fraktur), tetapi melindunginya dari benturan. Pakaian di sekitar leher harus dilonggarkan, dan setelah fase klonik mereda, pasien harus diposisikan miring (posisi pemulihan) untuk memfasilitasi drainase sekret dari mulut dan mencegah aspirasi. Penting untuk tidak memasukkan benda apa pun ke dalam mulut pasien, karena ini dapat menyebabkan patah gigi atau obstruksi jalan napas. Observasi yang cermat terhadap durasi, karakteristik, dan manifestasi kejang sangat penting untuk dilapArticle No. 22407 | 25 Oct 2025
Klinis : Mual muntah, Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Gagal mendapatkan konten dari API. Cek log server atau API Key.
Article No. 22408 | 25 Oct 2025
Klinis : Pasien wanita usia 62 tahun, mengeluh lemas, kepala berkunang, mual, bab cair terus menerus tidak terhitung, feses cair dan berwarna kuning, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Diare
Kode SDKI: D.0020
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Diare, menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk. Kondisi ini merupakan salah satu masalah gastrointestinal yang paling umum ditemui dan dapat menyerang individu dari segala usia, namun memiliki dampak yang lebih signifikan pada populasi rentan seperti anak-anak dan lansia. Pada kasus pasien wanita usia 62 tahun ini, keluhan BAB cair terus-menerus yang tidak terhitung, disertai lemas, kepala berkunang, mual, dan nafsu makan menurun, merupakan manifestasi klinis yang khas dari diare akut beserta komplikasinya.
Secara patofisiologis, diare dapat diklasifikasikan menjadi empat mekanisme utama: osmotik, sekretorik, inflamasi (eksudatif), dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi ketika zat yang tidak dapat diserap (seperti laktosa pada individu dengan intoleransi laktosa) tertahan di dalam lumen usus, menarik air secara osmosis dan meningkatkan volume feses. Diare sekretorik, yang kemungkinan besar terjadi pada pasien ini mengingat volume feses yang sangat cair dan sering, disebabkan oleh peningkatan sekresi aktif elektrolit (terutama klorida) dan air ke dalam lumen usus. Hal ini sering kali dipicu oleh toksin bakteri (misalnya, Vibrio cholerae, E. coli enterotoksigenik). Diare inflamasi terjadi akibat kerusakan pada mukosa usus, seperti pada penyakit radang usus atau infeksi disentri, yang menyebabkan keluarnya lendir, darah, dan protein ke dalam feses. Terakhir, diare akibat gangguan motilitas terjadi karena waktu transit di usus yang terlalu cepat (hipermotilitas), sehingga tidak cukup waktu bagi usus untuk menyerap air dan elektrolit secara adekuat.
Penyebab (etiologi) diare sangat beragam, mencakup faktor fisiologis, psikologis, dan situasional. Penyebab fisiologis yang paling umum adalah proses infeksi oleh virus (Rotavirus, Norovirus), bakteri (Salmonella, Shigella, Campylobacter, E. coli), atau parasit (Giardia lamblia, Entamoeba histolytica). Selain itu, kondisi malabsorpsi dan inflamasi pada saluran cerna juga dapat menjadi pemicu. Faktor psikologis seperti kecemasan dan stres berat dapat meningkatkan motilitas usus dan menyebabkan diare. Faktor situasional meliputi efek samping obat-obatan (terutama antibiotik yang mengganggu flora normal usus, laksatif, dan antasida yang mengandung magnesium), kontaminasi makanan atau air, paparan toksin, serta penyalahgunaan alkohol.
Gejala dan tanda yang menyertai diare dibagi menjadi mayor dan minor. Gejala mayor yang menjadi kriteria utama penegakan diagnosis adalah defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam dengan konsistensi feses lunak atau cair. Gejala minor yang sering menyertai meliputi urgensi (dorongan kuat untuk buang air besar), nyeri atau kram abdomen, peningkatan frekuensi peristaltik, dan bising usus yang hiperaktif.
Komplikasi utama dari diare, terutama yang berat dan berkelanjutan seperti yang dialami pasien, adalah dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Kehilangan cairan yang masif melalui feses menyebabkan penurunan volume cairan intravaskular (hipovolemia). Tanda-tanda klinisnya termasuk lemas (kelemahan umum), kepala berkunang atau pusing (hipotensi ortostatik), membran mukosa kering, turgor kulit menurun, dan pada kasus berat, penurunan kesadaran dan syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium, dan bikarbonat juga sangat berbahaya. Hipokalemia (kekurangan kalium) dapat menyebabkan kelemahan otot, aritmia jantung, dan ileus paralitik. Kehilangan bikarbonat dapat menyebabkan asidosis metabolik. Keluhan mual dan penurunan nafsu makan yang dialami pasien semakin memperburuk status hidrasi dan nutrisinya, menciptakan lingkaran setan yang dapat mempercepat perburukan kondisi klinis. Pada lansia, respons kompensasi tubuh terhadap dehidrasi seringkali tidak seefektif pada individu yang lebih muda, sehingga mereka berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi berat seperti gagal ginjal akut. Oleh karena itu, penatalaksanaan yang cepat dan tepat, berfokus pada rehidrasi dan identifikasi penyebab, menjadi sangat krusial.
Kode SLKI: L.04033
Luaran yang Diharapkan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan Eliminasi Fekal membaik dengan kriteria hasil:
- Kontrol pengeluaran feses meningkat
- Konsistensi feses membaik (dari cair menjadi lunak/pad
-
Article No. 22409 | 25 Oct 2025
Klinis : Pasien wanita usia 62 tahun, mengeluh lemas, kepala berkunang, mual, bab cair terus menerus tidak terhitung, feses cair dan berwarna kuning, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Hipovolemia
Kode SDKI: D.0023
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Hipovolemia, yang didefinisikan sebagai penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular, merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang paling krusial dalam praktik klinis. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang signifikan, melebihi kemampuan tubuh untuk mengompensasinya. Cairan tubuh, yang terdistribusi di dalam sel (intraselular) dan di luar sel (ekstraselular, yang terdiri dari cairan interstisial dan plasma darah/intravaskular), sangat vital untuk menjaga fungsi organ, tekanan darah, dan homeostasis secara keseluruhan. Kehilangan cairan ini dapat terjadi secara akut maupun kronis, dan jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dapat berujung pada kondisi yang mengancam jiwa, seperti syok hipovolemik.
Penyebab hipovolemia sangat bervariasi, namun secara umum dapat dikategorikan menjadi empat mekanisme utama. Pertama, kehilangan cairan aktif, yang merupakan penyebab paling umum. Ini termasuk kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal seperti pada kasus diare berat (seperti yang dialami pasien ini), muntah-muntah, atau perdarahan masif akibat trauma atau pembedahan. Kedua, asupan cairan yang tidak adekuat, di mana individu tidak mampu minum cukup cairan untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh, sering terjadi pada lansia, pasien dengan gangguan kesadaran, atau pasien dengan mual berat. Ketiga, kegagalan mekanisme regulasi, seperti pada penyakit diabetes insipidus atau penyakit Addison, di mana tubuh tidak dapat meregulasi retensi air dan natrium secara efektif. Keempat, perpindahan cairan dari intravaskular ke ruang ketiga (ekstravaskular), seperti yang terjadi pada kondisi luka bakar luas, sepsis, atau pankreatitis, di mana permeabilitas kapiler meningkat dan menyebabkan cairan 'bocor' dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya.
Secara patofisiologis, ketika volume cairan intravaskular menurun, terjadi penurunan aliran balik vena ke jantung (venous return), yang selanjutnya mengurangi volume sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output). Akibatnya, tekanan darah arteri menurun. Tubuh memiliki mekanisme kompensasi yang canggih untuk mengatasi penurunan ini. Sistem saraf simpatis akan teraktivasi, menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung (takikardia) dan vasokonstriksi perifer untuk mencoba mempertahankan tekanan darah dan aliran darah ke organ-organ vital seperti otak dan jantung. Sistem Renin-Angiotensin1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752 753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775 776 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836 837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 867 868 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919 920 921 922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949 950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960 961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977 978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988 989 990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084 1085 1086 1087 1088 1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096 1097 1098 1099 1100 1101 1102 1103 1104 1105 1106 1107 1108 1109 1110 1111 1112 1113 1114 1115 1116 1117 1118 1119 1120 1121 1122 1123 1124 1125 1126 1127 1128 1129 1130 1131 1132 1133 1134 1135 1136 1137 1138 1139 1140 1141 1142 1143 1144 1145 1146 1147 1148 1149 1150 1151 1152 1153 1154 1155 1156 1157 1158 1159 1160 1161 1162 1163 1164 1165 1166 1167 1168 1169 1170 1171 1172 1173 1174 1175 1176 1177 1178 1179 1180 1181 1182 1183 1184 1185 1186 1187 1188 1189 1190 1191 1192 1193 1194 1195 1196 1197 1198 1199 1200 1201 1202 1203 1204 1205 1206 1207 1208 1209 1210 1211 1212 1213 1214 1215 1216 1217 1218 1219 1220 1221 1222 1223 1224 1225 1226 1227 1228 1229 1230 1231 1232 1233 1234 1235 1236 1237 1238 1239 1240 1241 1242 1243 1244 1245 1246 1247 1248 1249 1250 1251 1252 1253 1254 1255 1256 1257 1258 1259 1260 1261 1262 1263 1264 1265 1266 1267 1268 1269 1270 1271 1272 1273 1274 1275 1276 1277 1278 1279 1280 1281 1282 1283 1284 1285 1286 1287 1288 1289 1290 1291 1292 1293 1294 1295 1296 1297 1298 1299 1300 1301 1302 1303 1304 1305 1306 1307 1308 1309 1310 1311 1312 1313 1314 1315 1316 1317 1318 1319 1320 1321 1322 1323 1324 1325 1326 1327 1328 1329 1330 1331 1332 1333 1334 1335 1336 1337 1338 1339 1340 1341 1342 1343 1344 1345 1346 1347 1348 1349 1350 1351 1352 1353 1354 1355 1356 1357 1358 1359 1360 1361 1362 1363 1364 1365 1366 1367 1368 1369 1370 1371 1372 1373 1374 1375 1376 1377 1378 1379 1380 1381 1382 1383 1384 1385 1386 1387 1388 1389 1390 1391 1392 1393 1394 1395 1396 1397 1398 1399 1400 1401 1402 1403 1404 1405 1406 1407 1408 1409 1410 1411 1412 1413 1414 1415 1416 1417 1418 1419 1420 1421 1422 1423 1424 1425 1426 1427 1428 1429 1430 1431 1432 1433 1434 1435 1436 1437 1438 1439 1440 1441 1442 1443 1444 1445 1446 1447 1448 1449 1450 1451 1452 1453 1454 1455 1456 1457 1458 1459 1460 1461 1462 1463 1464 1465 1466 1467 1468 1469 1470 1471 1472 1473 1474 1475 1476 1477 1478 1479 1480 1481 1482 1483 1484 1485 1486 1487 1488 1489 1490 1491 1492 1493 1494 1495 1496 1497 1498 1499 1500 1501 1502 1503 1504 1505 1506 1507 1508 1509 1510 1511 1512 1513 1514 1515 1516 1517 1518 1519 1520 1521 1522 1523 1524 1525 1526 1527 1528 1529 1530 1531 1532 1533 1534 1535 1536 1537 1538 1539 1540 1541 1542 1543 1544 1545 1546 1547 1548 1549 1550 1551 1552 1553 1554 1555 1556 1557 1558 1559 1560 1561 1562 1563 1564 1565 1566 1567 1568 1569 1570 1571 1572 1573 1574 1575 1576 1577 1578 1579 1580 1581 1582 1583 1584 1585 1586 1587 1588 1589 1590 1591 1592 1593 1594 1595 1596 1597 1598 1599 1600 1601 1602 1603 1604 1605 1606 1607 1608 1609 1610 1611 1612 1613 1614 1615 1616 1617 1618 1619 1620 1621 1622 1623 1624 1625 1626 1627 1628 1629 1630 1631 1632 1633 1634 1635 1636 1637 1638 1639 1640 1641 1642 1643 1644 1645 1646 1647 1648 1649 1650 1651 1652 1653 1654 1655 1656 1657 1658 1659 1660 1661 1662 1663 1664 1665 1666 1667 1668 1669 1670 1671 1672 1673 1674 1675 1676 1677 1678 1679 1680 1681 1682 1683 1684 1685 1686 1687 1688 1689 1690 1691 1692 1693 1694 1695 1696 1697 1698 1699 1700 1701 1702 1703 1704 1705 1706 1707 1708 1709 1710 1711 1712 1713 1714 1715 1716 1717 1718 1719 1720 1721 1722 1723 1724 1725 1726 1727 1728 1729 1730 1731 1732 1733 1734 1735 1736 1737 1738 1739 1740 1741 1742 1743 1744 1745 1746 1747 1748 1749 1750 1751 1752 1753 1754 1755 1756 1757 1758 1759 1760 1761 1762 1763 1764 1765 1766 1767 1768 1769 1770 1771 1772 1773 1774 1775 1776 1777 1778 1779 1780 1781 1782 1783 1784 1785 1786 1787 1788 1789 1790 1791 1792 1793 1794 1795 1796 1797 1798 1799 1800 1801 1802 1803 1804 1805 1806 1807 1808 1809 1810 1811 1812 1813 1814 1815 1816 1817 1818 1819 1820 1821 1822 1823 1824 1825 1826 1827 1828 1829 1830 1831 1832 1833 1834 1835 1836 1837 1838 1839 1840 1841 1842 1843 1844 1845 1846 1847 1848 1849 1850 1851 1852 1853 1854 1855 1856 1857 1858 1859 1860 1861 1862 1863 1864 1865 1866 1867 1868 1869 1870 1871 1872 1873 1874 1875 1876 1877 1878 1879 1880 1881 1882 1883 1884 1885 1886 1887 1888 1889 1890 1891 1892 1893 1894 1895 1896 1897 1898 1899 1900 1901 1902 1903 1904 1905 1906 1907 1908 1909 1910 1911 1912 1913 1914 1915 1916 1917 1918 1919 1920 1921 1922 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929 1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 1938 1939 1940 1941 1942 1943 1944 1945 1946 1947 1948 1949 1950 1951 1952 1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 1960 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045 2046 2047 2048 2049 2050 2051 2052 2053 2054 2055 2056 2057 2058 2059 2060 2061 2062 2063 2064 2065 2066 2067 2068 2069 2070 2071 2072 2073 2074 2075 2076 2077 2078 2079 2080 2081 2082 2083 2084 2085 2086 2087 2088 2089 2090 2091 2092 2093 2094 2095 2096 2097 2098 2099 2100 2101 2102 2103 2104 2105 2106 2107 2108 2109 2110 2111 2112 2113 2114 2115 2116 2117 2118 2119 2120 2121 2122 2123 2124 2125 2126 2127 2128 2129 2130 2131 2132 2133 2134 2135 2136 2137 2138 2139 2140 2141 2142 2143 2144 2145 2146 2147 2148 2149 2150 2151 2152 2153 2154 2155 2156 2157 2158 2159 2160 2161 2162 2163 2164 2165 2166 2167 2168 2169 2170 2171 2172 2173 2174 2175 2176 2177 2178 2179