Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13357 | 05 Mar 2025
Klinis : pasien cva trombosis GCS 4xx afasia global bedrest paraplegi tensi 155/80 mmHg RR 22 kali per menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien dengan CVA trombosis, GCS 4xx, afasia global, bedrest, paraplegia, tekanan darah 155/80 mmHg, dan laju napas 22 kali per menit, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hambatan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Kerusakan Otak
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hambatan Komunikasi Verbal adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan verbal secara efektif.
- Penyebabnya dapat berupa gangguan neurologis, seperti afasia atau dysarthria.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan pasien dalam berkomunikasi verbal.
- Indikator keberhasilan dapat mencakup peningkatan kemampuan berbicara, pemahaman terhadap pembicaraan, dan efektivitas komunikasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah terapi wicara, stimulasi komunikasi, penggunaan alat bantu komunikasi, dan pengaturan lingkungan yang mendukung komunikasi.
- Tujuannya adalah untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan pasien dalam berkomunikasi verbal.
Catatan:
- Tone=akademis dan persona=pakar,nurse menunjukkan bahwa saya memberikan penjelasan dengan gaya formal dan profesional, sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI.
- Pasien juga mengalami kondisi lain, seperti GCS 4xx, bedrest, dan paraplegia, yang dapat membutuhkan diagnosa keperawatan dan intervensi tambahan. -
Article No. 13358 | 05 Mar 2025
Klinis : Kulit muka kemerahan, terasa perih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemerahan dan rasa perih pada kulit muka.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
- Penyebab: Faktor fisik, seperti kemerahan dan rasa perih pada kulit muka, dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari seiring dengan pengurangan kemerahan dan rasa perih pada kulit muka.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen aktivitas: Membantu pasien untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas sehari-hari yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Intervensi yang dapat dilakukan: Identifikasi aktivitas yang memicu atau memperberat kemerahan dan rasa perih pada kulit muka, modifikasi aktivitas sesuai dengan kemampuan, dan edukasi pasien tentang manajemen aktivitas.
Dalam konteks akademis dan persona pakar/perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasannya diuraikan secara rinci dan ilmiah, namun tetap mudah dipahami oleh pembaca. -
Article No. 13359 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana intervensi keperawatan untuk Tn. D:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi akibat peningkatan kadar glukosa darah dan kolesterol.
2. Ketidakpatuhan pengobatan berhubungan dengan efek samping obat yang dirasakan.
3. Kesiapan meningkatkan manajemen diri berhubungan dengan keinginan Tn. D untuk mencoba terapi bekam.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Penurunan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari pada tingkat yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
2. Ketidakpatuhan pengobatan:
- SDKI: Perilaku tidak mengikuti regimen pengobatan yang disarankan oleh penyedia layanan kesehatan.
- SLKI: Perilaku mengikuti regimen pengobatan yang disarankan oleh penyedia layanan kesehatan.
- SIKI: Meningkatkan kepatuhan pengobatan.
3. Kesiapan meningkatkan manajemen diri:
- SDKI: Suatu keadaan di mana individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan pengelolaan kondisi kesehatan mereka.
- SLKI: Perilaku yang menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola kondisi kesehatan mereka.
- SIKI: Meningkatkan manajemen diri.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat energi dan aktivitas sehari-hari Tn. D.
- Berikan edukasi tentang manajemen diabetes dan dislipidemia.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
- Bantu Tn. D merencanakan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisinya.
2. Ketidakpatuhan pengobatan:
- Kaji pemahaman Tn. D tentang regimen pengobatan yang disarankan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya kepatuhan pengobatan dan cara mengatasi efek samping.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
- Pantau kepatuhan Tn. D dalam mengonsumsi obat-obatan.
3. Kesiapan meningkatkan manajemen diri:
- Kaji kesiapan dan motivasi Tn. D untuk mengelola kondisi kesehatannya.
- Berikan edukasi tentang manajemen diabetes, dislipidemia, dan terapi bekam.
- Bantu Tn. D menyusun rencana perawatan diri yang realistis, termasuk penggunaan terapi bekam.
- Kolaborasi dengan dokter untuk memantau kondisi Tn. D dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
- Evaluasi kemajuan Tn. D dalam mengelola kondisi kesehatannya.
Semua kegiatan asuhan keperawatan ini harus terdokumentasi dengan baik dalam catatan keperawatan yang terintegrasi. -
Article No. 13360 | 05 Mar 2025
Klinis : bisul di lutut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bisul di lutut.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Bisul di Lutut
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), risiko infeksi terkait bisul di lutut merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai. Bisul adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan berisiko mengalami komplikasi infeksi jika tidak ditangani dengan tepat.
Menurut SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
1. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada area bisul
2. Tidak ada peningkatan suhu tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda peradangan seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri
Sementara itu, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyarankan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Perawatan luka: Membersihkan area bisul dengan antiseptik, menutup luka dengan balutan steril, dan menjaga kelembaban luka.
2. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik yang sesuai untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Edukasi pasien: Mengajarkan pasien cara merawat luka, mengenali tanda-tanda infeksi, dan menjaga kebersihan.
4. Pemantauan tanda-tanda vital: Memantau suhu tubuh, denyut nadi, dan tanda-tanda infeksi lainnya.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut dan mempercepat proses penyembuhan bisul di lutut. -
Article No. 13361 | 05 Mar 2025
Klinis : cacar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cacar, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Menyebar (SDKI)
Penjelasan: Pasien dengan cacar memiliki risiko tinggi untuk terjadinya penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain atau kepada orang lain. Hal ini dikarenakan cacar disebabkan oleh virus varicella-zoster yang dapat menular melalui kontak langsung atau droplet.
2. Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
Penjelasan: Cacar menyebabkan timbulnya lesi kulit berupa bintil-bintil merah yang berkembang menjadi lepuhan dan kemudian mengering, sehingga dapat mengganggu integritas kulit pasien.
3. Risiko Komplikasi (SDKI)
Penjelasan: Pasien dengan cacar memiliki risiko mengalami komplikasi, seperti pneumonia, ensefalitis, dan komplikasi lainnya, terutama pada kelompok usia ekstrem (anak-anak dan lansia) atau individu dengan sistem imun yang lemah.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Infeksi (SLKI)
Tujuan: Pasien bebas dari penularan infeksi selama perawatan.
Intervensi: Isolasi pasien, penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga kesehatan, edukasi tentang pencegahan penularan, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Perawatan Luka (SLKI)
Tujuan: Lesi kulit pada pasien sembuh dengan baik.
Intervensi: Perawatan luka, penggunaan salep/krim anti-inflamasi, dan perawatan kulit.
3. Pemantauan Komplikasi (SLKI)
Tujuan: Pasien bebas dari komplikasi selama perawatan.
Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, dan intervensi cepat jika terjadi komplikasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Isolasi (SIKI)
2. Perawatan Luka: Debridemen (SIKI)
3. Pemantauan Tanda Vital (SIKI)
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cacar, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, perawatan luka, dan pemantauan komplikasi yang mungkin terjadi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 13362 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien mengatakan mengeluh dada kiru nyeri teritama saat aktivitas,batuk,TD 90 /69 nadi 110 rr 29x/mnt nadi 110 Rochi +/+ Ef. 28
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu pasien mengeluh nyeri dada kiri terutama saat aktivitas, batuk, tekanan darah 90/69 mmHg, nadi 110 kali per menit, respirasi 29 kali per menit, dan adanya suara napas rochi positif (+/+), serta ejeksi fraksi 28%, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Tanda dan gejala: Pasien mengeluh nyeri dada kiri terutama saat aktivitas dan batuk, dengan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya gangguan hemodinamik.
2. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Tanda dan gejala: Tekanan darah rendah (90/69 mmHg), nadi cepat (110 kali per menit), respirasi cepat (29 kali per menit), dan adanya suara napas rochi yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif
c. Vital sign stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
2. Penurunan Curah Jantung:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suara napas)
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda gagal jantung (edema, ortopnea, distensi vena leher)
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus)
b. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter
c. Ajarkan teknik non-farmakologis pengelolaan nyeri (relaksasi, terapi dingin/hangat, distraksi)
d. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
2. Penurunan Curah Jantung:
a. Pantau tanda-tanda vital secara ketat (tekanan darah, nadi, respirasi)
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Batasi aktivitas pasien dan ajarkan teknik penghemat energi
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi sesuai kondisi pasien (misalnya diuretik, vasodilator, atau inotropik)
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengenali tanda-tanda penurunan perfusi jaringan dan tindakan yang harus dilakukan
Penjelasan yang lebih rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas dapat disampaikan secara lebih spesifik jika diperlukan. -
Article No. 13363 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien di bawa oleh orang tua dengan keluhan sejak kemarin sore hingga saat ini anak muntah +- 9-10 kali, keluhan disertai demam naik turun 2 hari, BAB cair disangkal, batuk – flu -, anak tampak lemas, minumn ASI mau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan Muntah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi: Keadaan peningkatan kehilangan cairan dari tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Outcome yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan status cairan dan elektrolit dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah)
- Pantau intake dan output cairan
- Periksa membran mukosa, turgor kulit, dan berat badan
2. Terapeutik:
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Berikan antiemetik (obat anti mual-muntah) sesuai indikasi
3. Edukasi:
- Ajarkan tanda-tanda dehidrasi dan pentingnya intake cairan yang cukup
- Anjurkan untuk minum sedikit tapi sering
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan muntah secara terus-menerus berisiko mengalami dehidrasi karena kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh. Intervensi keperawatan yang utama adalah memonitor tanda-tanda vital, intake-output cairan, serta memberikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan status cairan dan elektrolit dalam rentang normal. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi lebih lanjut. -
Article No. 13364 | 05 Mar 2025
Klinis : keluhan disertai demam naik turun 2 hari, BAB cair disangkal, batuk – flu -, anak tampak lemas, minumn ASI mau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun
Penjelasan:
Kondisi klien dengan keluhan demam naik turun, BAB cair, dan tampak lemas mengindikasikan adanya risiko infeksi. Penurunan sistem imun dapat terjadi akibat kondisi yang sedang dialami klien, sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada komplikasi akibat infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen infeksi
- Pemantauan tanda vital
- Perawatan demam
- Edukasi pencegahan infeksi
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia
Penjelasan:
Klien menunjukkan tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi, yaitu minum ASI yang sedikit. Hal ini dapat berhubungan dengan anoreksia atau penurunan nafsu makan yang dialami klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Berat badan dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Asupan nutrisi adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nutrisi
- Pemberian makanan/asupan nutrisi
- Edukasi tentang nutrisi yang adekuat
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi yang Anda deskripsikan. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 13365 | 05 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan perut sakit,muntah munta
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan perut sakit dan muntah-muntah adalah "Nyeri Akut" (SDKI, 2017). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (NANDA-I, 2018). Dalam kasus ini, keluhan perut sakit dan muntah-muntah mengindikasikan adanya nyeri akut pada area perut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi skala 3 atau kurang.
2. Status Nutrisi: Pasien menunjukkan asupan nutrisi adekuat, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan berat badan stabil.
3. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang baik, seperti turgor kulit normal, membran mukosa lembab, dan intake-output cairan seimbang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang mempengaruhi.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Pantau efektivitas penatalaksanaan nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk asupan makanan dan cairan serta tanda-tanda dehidrasi.
b. Berikan diet yang sesuai dengan kondisi gastrointestinal pasien, seperti makanan lunak atau diet BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast).
c. Berikan antiemetik (obat antimuntah) sesuai resep dokter untuk mengurangi episode muntah.
d. Pantau berat badan dan asupan nutrisi pasien, serta lakukan intervensi nutrisi tambahan jika diperlukan.
3. Manajemen Cairan
a. Kaji keseimbangan cairan pasien, termasuk intake dan output, tanda-tanda dehidrasi, dan parameter laboratorium.
b. Berikan cairan intravena (IV) sesuai dengan kebutuhan dan resep dokter untuk mengganti cairan yang hilang akibat muntah.
c. Pantau tanda-tanda vital, output urin, dan parameter laboratorium untuk memantau status keseimbangan cairan.
d. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya intake cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol nyeri yang memadai, status nutrisi yang stabil, dan keseimbangan cairan yang terjaga. -
Article No. 13366 | 05 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan muntah muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang mengeluhkan muntah-muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kondisi pasien yang mengeluhkan muntah-muntah adalah "Mual" (Nausea). Mual didefinisikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan dan mendesak untuk muntah. Gejala utama yang dialami pasien adalah muntah, yang merupakan komponen utama dari diagnosis ini.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual: Pasien dapat menunjukkan strategi yang efektif untuk mengendalikan mual.
2. Integritas Jaringan: Jaringan mukosa dan kulit pasien tetap utuh dan tidak terjadi kerusakan.
3. Status Cairan: Cairan tubuh pasien terpelihara dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual
- Kaji faktor penyebab dan pemicu mual (misalnya, obat-obatan, riwayat penyakit, stres, dll.)
- Identifikasi dan batasi faktor penyebab yang dapat dimodifikasi
- Berikan antiemetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan teknik kognitif untuk mengatasi mual
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab mual
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi dan cairan pasien
- Berikan makanan dan cairan sesuai toleransi pasien (misalnya, sedikit tapi sering)
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
3. Manajemen Integritas Kulit dan Mukosa
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau kerusakan pada kulit dan membran mukosa
- Berikan perawatan mulut dan bibir untuk menjaga kelembaban
- Lakukan tindakan pencegahan luka akibat muntah (misalnya, penggunaan pelindung mulut)
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mengendalikan mual, mempertahankan status cairan dan integritas jaringan yang baik, sehingga dapat memulihkan kondisinya secara optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum.