Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14391 | 18 Mar 2025
Klinis : slki dari defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit pengetahuan. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan dalam nada akademis.
Diagnosis Keperawatan SDKI untuk Kondisi Defisit Pengetahuan:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit pengetahuan adalah "Defisit Pengetahuan" (SDKI 2018). Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Kurangnya atau terbatasnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu". Dalam kondisi ini, pasien menunjukkan keterbatasan pengetahuan tentang suatu topik atau kondisi kesehatan tertentu, yang dapat memengaruhi kemampuannya dalam perawatan diri, pengambilan keputusan, dan pencegahan komplikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran berikut:
1. Peningkatan Pengetahuan (SLKI 2019): Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman yang optimal tentang topik atau kondisi kesehatannya.
2. Keterlibatan dalam Pembelajaran (SLKI 2019): Pasien terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan strategi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuannya.
3. Kemampuan Mengingat (SLKI 2019): Pasien mampu mengingat dan menjelaskan kembali informasi yang diberikan terkait topik atau kondisi kesehatannya.
4. Kepuasan terhadap Edukasi (SLKI 2019): Pasien menunjukkan kepuasan terhadap proses edukasi yang diberikan dan merasa bahwa informasi yang diterima bermanfaat bagi dirinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
1. Asesmen Pengetahuan (SIKI 2018): Melakukan asesmen komprehensif untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien terkait topik atau kondisi kesehatannya saat ini.
2. Edukasi Kesehatan (SIKI 2018): Memberikan edukasi kesehatan yang terstruktur dan terperinci mengenai topik atau kondisi kesehatan yang dialami pasien, dengan menggunakan media edukasi yang sesuai.
3. Fasilitasi Pembelajaran (SIKI 2018): Memfasilitasi proses pembelajaran pasien dengan cara mendorong keterlibatan aktif, memberikan umpan balik, dan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif.
4. Manajemen Memori (SIKI 2018): Memberikan dukungan dan rekomendasi untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengingat informasi penting terkait topik atau kondisi kesehatannya.
5. Evaluasi Edukasi (SIKI 2018): Melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas proses edukasi yang telah diberikan dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan pengetahuan, keterlibatan dalam pembelajaran, kemampuan mengingat, dan kepuasan terhadap edukasi yang diberikan. -
Article No. 14392 | 18 Mar 2025
Klinis : M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan kolesistitis akut. Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, ia dirawat di lantai bedah. Dia memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus menerus, infus oneperifer, dan balutan perut yang besar. M.N berkata ia merasakan nyeri skala 7 (dari 1-10), dibagian post operasi rasanya seperti ditusuk tusuk. Intruksi dokter adalah sebagai berikut: Diet rendah lemak sesuai toleransi, D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada 125 mL/jam. Tekanan darah 148/82 mmHg, Denyut jantung 118 kali/menit, Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 101° F (38,3°C), SaO2 88%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut (NYRIA) berhubungan dengan prosedur pembedahan (kolesistektomi terbuka)
- Ditandai dengan pernyataan pasien mengenai nyeri skala 7 (dari 1-10) di area post operasi yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
2. Intoleransi aktivitas (INTAKT) berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis akibat pembedahan
- Ditandai dengan adanya selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus-menerus, infus one-perifer, dan balutan perut yang besar.
3. Risiko perfusi jaringan tidak efektif (RPJTE) berhubungan dengan efek anestesi dan prosedur pembedahan
- Ditandai dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, yaitu tekanan darah 148/82 mmHg, denyut jantung 118 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu 101°F (38,3°C), dan SaO2 88%.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut (NYRIA)
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 atau kurang.
- Pasien mendemonstrasikan teknik-teknik pengendalian nyeri yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas (INTAKT)
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara bertahap dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan toleransi aktivitas tanpa tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
3. Perfusi Jaringan Tidak Efektif (RPJTE)
- Tanda-tanda vital pasien stabil dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen (SaO2) dan perbaikan status hemodinamik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut (NYRIA)
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk optimalisasi penanganan nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas (INTAKT)
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Buat rencana peningkatan aktivitas secara bertahap.
- Berikan bantuan dan alat bantu sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai.
3. Perfusi Jaringan Tidak Efektif (RPJTE)
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai instruksi dokter.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk optimalisasi pengobatan dan pemantauan status hemodinamik.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14393 | 18 Mar 2025
Klinis : SEORANG PEREMPUAN BERUSIA 18 TAHUN, MAHASISWI KEPERAWATAN, SUDAH HAMPIR 30 HARI (SEBULAN) TIDAK BISA, TIDAK SUKA MAKAN, SELALU MERASA CEMAS, KETIKA KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING IA SELALU KARENA SEPERTI BUNTUH PIKIRANNYA, SEHINGGA DOSENNYA MARAHA-MARAH SEHINGGA PULANG DARI KAMPUS. IA MALAS UNTUK MELAKUKAN SEGALA AKTIFITAS MISALNYA MAKAN, DETAK JANTUNG DAN TEKANAN DARAH MENINGKAT, MULUT KERING, GELISAH, SUSAH BAB. SAAT INI IA SUDAH BERADA DI KAMPUS IA NAMPAK MONDAR-MANDIR DI KAMPUS PERUT MULES, SUDAH BANYAK BUKU IA BACA, IA BERTANYA "APAKAH SAYA BISA MENJAWAB PERTANYAAN PEMBIMBING NANTI?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Cemas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah.
2. Anoreksia (00002)
Definisi: Kurangnya minat untuk makan yang mengarah ke penurunan berat badan yang signifikan.
3. Gangguan Tidur (00198)
Definisi: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1402)
- Indikator: Ekspresi wajah tenang, Nada suara tenang, Mampu mengidentifikasi pemicu kecemasan, Melaporkan perasaan cemas menurun.
2. Intake Nutrisi Adekuat (1008)
- Indikator: Berat badan meningkat, Asupan makanan meningkat, Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Pola Tidur Terjaga (0004)
- Indikator: Durasi tidur meningkat, Kualitas tidur membaik, Merasa segar setelah bangun tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus kecemasan
- Kembangkan hubungan saling percaya
- Berikan informasi yang realistis untuk mengurangi ketakutan
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dsb.)
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Kaji kebutuhan nutrisi dan preferensi makanan
- Monitor asupan makanan dan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet
- Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk makan
3. Manajemen Tidur (1850)
- Kaji pola tidur dan faktor yang mempengaruhi
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Monitor kualitas dan kuantitas tidur
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami gangguan cemas, anoreksia, dan gangguan tidur yang berdampak pada aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk manajemen kecemasan, manajemen nutrisi, dan manajemen tidur. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan kecemasan, meningkatkan asupan nutrisi, dan memperoleh pola tidur yang baik. Perawat harus melakukan pengkajian yang mendalam, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan memantau kemajuan pasien secara berkala untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14394 | 18 Mar 2025
Klinis : • Seorang perempuan berusia 18 tahun, mahasiswi keperawatan, sudah hamper 30 hari (sebulan) tidak bisa , tidak suka makan, selalu merasa cemas, Ketika konsultassi dengan dosen pembimbing ia selalau diam krn seperti buntu pikirannya, sehingga dosennya marah- marah.sehingga pulang dari kampus,, ia malas untuk melakukan segala aktifitas misalnya makan, detak jantung dan tekanan darah yang meningkat, mulut kering, gelisah, serta sulit buang air besar dll, • Saat ini: ia sudah berada di kampus, ia nampak mondar-mandir di kampus, perut mules, sudah banyak buku yang ia baca. Ia bertanya, “Apakah saya biasa menjawab pertanyaan pembimbing nanti?”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber kecemasan yang dirasakan, yang dapat mempengaruhi fisiologis, kognitif, perilaku, dan aspek spiritual/eksistensial.
- Karakteristik Definisi: Gelisah, merasa terancam, sulit konsentrasi, detak jantung meningkat, mulut kering, susah tidur, dll.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan Keperawatan: Klien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan.
- Kriteria Hasil: Klien menunjukkan tanda-tanda vital normal, dapat berpartisipasi dalam aktivitas harian, dan mampu mengungkapkan perasaan cemas.
Penjelasan SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi penyebab kecemasan, berikan informasi yang akurat, anjurkan klien mengemukakan perasaan, ajarkan teknik relaksasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, klien mengalami kecemasan yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan, seperti tidak nafsu makan, sulit buang air besar, dan masalah pada interaksi dengan dosen pembimbing. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan, memberikan informasi yang akurat, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, mengajarkan teknik relaksasi, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 14395 | 18 Mar 2025
Klinis : D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif.
Diagnosa Keperawatan:
D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif
Definisi:
Kegagalan untuk mengakui atau menerima informasi atau realitas yang jelas.
Karakteristik Definisi:
1. Menolak menerima informasi yang jelas.
2. Tidak mau mengakui adanya masalah kesehatan.
3. Menolak melakukan tindakan yang dianjurkan.
4. Mencari penjelasan atau alasan untuk membenarkan perilaku negatif.
Faktor yang Berhubungan:
1. Adanya ancaman terhadap konsep diri.
2. Kurangnya pemahaman tentang kondisi kesehatan.
3. Ketidaksiapan menerima perubahan.
4. Upaya mempertahankan kontrol.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Bangun hubungan terapeutik yang saling percaya.
2. Identifikasi alasan penyangkalan klien.
3. Berikan informasi secara bertahap dan berulang.
4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsinya.
5. Libatkan keluarga dalam proses penerimaan.
6. Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk perubahan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan standar diagnosis keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Diagnosa D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif termasuk dalam domain Fungsi Kognitif, dengan kelas Pemrosesan Informasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan standar luaran keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Luaran yang diharapkan untuk kasus Penyangkalan Tidak Efektif antara lain Penerimaan Kondisi Kesehatan, Manajemen Diri, dan Perilaku Patuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan standar intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Penyangkalan Tidak Efektif antara lain Bina Hubungan Saling Percaya, Edukasi Kesehatan, Terapi Kognitif, dan Dukungan Emosional.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, SIKI untuk kasus Penyangkalan Tidak Efektif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 14396 | 18 Mar 2025
Klinis : Mrs. Clara, a 60-year-old female with type 2 diabetes, presents to the clinic for a follow-up visit. She reports feeling more thirsty than usual and urinating frequently. She admits that she has not been checking her blood glucose levels regularly. She is fatigued after meals and has difficulty controlling cravings for sweets. Her current blood glucose level is 240 mg/dL, and her A1C is 9.2%. She has not been following her prescribed diet and exercise plan. She has also noted that her weight has increased over the past few months.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Mrs. Clara.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam mengikuti rencana diet.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan setelah makan.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pemantauan kadar glukosa darah.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Diagnosa keperawatan yang saya berikan sesuai dengan SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Misalnya, untuk diagnosa "Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh", luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Contoh intervensi untuk diagnosa "Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri" adalah edukasi tentang pentingnya pemantauan kadar glukosa darah secara rutin.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. -
Article No. 14397 | 18 Mar 2025
Klinis : Mrs. Clara, a 60-year-old female with type 2 diabetes, presents to the clinic for a follow-up visit. She reports feeling more thirsty than usual and urinating frequently. She admits that she has not been checking her blood glucose levels regularly. She is fatigued after meals and has difficulty controlling cravings for sweets. Her current blood glucose level is 240 mg/dL, and her A1C is 9.2%. She has not been following her prescribed diet and exercise plan. She has also noted that her weight has increased over the past few months.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari kita bahas mengenai kondisi Mrs. Clara berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, dan Luaran Keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Peningkatan/penurunan berat badan, kesulitan mengontrol nafsu makan, dan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan setelah aktivitas, dan peningkatan kebutuhan istirahat.
3. Kekurangan Pengetahuan
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan suatu masalah kesehatan tertentu.
- Karakteristik Definisi: Pernyataan pasien tentang kurangnya pengetahuan terkait pengelolaan diabetes, dan ketidakteraturan pemantauan glukosa darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Nutrisi: Menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Toleransi Aktivitas: Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih.
3. Manajemen Diri Diabetes: Mampu mengelola diabetes secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan nutrisi yang adekuat.
- Intervensi: Asesmen nutrisi, Edukasi diet diabetes, Konseling diet, Monitoring intake nutrisi.
2. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Tujuan: Mempertahankan toleransi aktivitas yang optimal.
- Intervensi: Asesmen toleransi aktivitas, Pengaturan aktivitas dan istirahat, Edukasi manajemen energi.
3. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien dalam mengelola diabetes.
- Intervensi: Asesmen pengetahuan, Edukasi patofisiologi diabetes, Edukasi pemantauan glukosa darah, Edukasi manajemen diabetes.
Dalam kasus Mrs. Clara, pendekatan keperawatan yang komprehensif mencakup manajemen nutrisi, aktivitas, dan edukasi kesehatan diharapkan dapat membantu meningkatkan kontrol glukosa darah, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola diabetes secara mandiri. -
Article No. 14398 | 18 Mar 2025
Klinis : ketidak setabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang tidak terkendali, baik hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) maupun hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah). Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak teratur, aktivitas fisik yang tidak seimbang, penggunaan obat-obatan, dan gangguan metabolisme.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah adalah stabilnya kadar glukosa darah pasien dalam rentang normal, kemampuan pasien dalam memantau dan mengendalikan kadar glukosa darah, serta tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia atau hipoglikemia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah meliputi:
a. Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur
b. Pemberian edukasi tentang diet dan pola makan yang sesuai
c. Pengaturan aktivitas fisik yang seimbang
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk menentukan terapi yang tepat
e. Monitoring dan manajemen efek samping obat-obatan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan perawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada pasien. -
Article No. 14399 | 18 Mar 2025
Klinis : L.09076r-Kontrol Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kontrol Diri Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kontrol Diri Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengatur dan/atau mengelola dorongan, keinginan, atau perilaku yang mengganggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah individu dapat menunjukkan kontrol diri yang efektif, ditandai dengan kemampuan mengendalikan emosi, perilaku, dan proses kognitif sesuai dengan situasi dan standar yang dapat diterima secara sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Asesmen faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri, seperti latar belakang, riwayat, serta kondisi fisik dan psikologis.
2. Identifikasi perilaku yang membutuhkan kontrol diri dan pengembangan strategi pengelolaan.
3. Latihan teknik relaksasi, manajemen stres, dan pengaturan emosi.
4. Edukasi tentang pentingnya kontrol diri dan dampak dari kurangnya kontrol diri.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikolog atau psikiater, jika diperlukan.
Tujuan akhir dari intervensi ini adalah individu dapat menerapkan kontrol diri secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. -
Article No. 14400 | 18 Mar 2025
Klinis : Menurut SDKI (2017) berikut adalah beberapa penyebab hipoterma: Kerusakan pada hipotalamus Konsumsi alkohol Berat badan ekstrim Kekurangan lemak subkutan Terpapar suhu lingkungan rendah Malnutrisi Pemakain pakaian tipis Penurunan laju metabolisme Tidak beraktivitas Transfer panas (misalnya konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi) Trauma Proses penuaan Efek agen farmakologis Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia Bagaimana mekanisme tiap penyebab hingga menyebabkan hipotermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipotermi berdasarkan informasi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipotermia berhubungan dengan penurunan suhu tubuh akibat terpapar suhu lingkungan yang rendah, malnutrisi, penggunaan pakaian yang tipis, dan proses penuaan.
Penjelasan Singkat:
1. Kerusakan pada hipotalamus: Hipotalamus berperan dalam mengatur suhu tubuh. Kerusakan pada hipotalamus dapat menyebabkan gangguan dalam mengontrol suhu tubuh, sehingga dapat memicu terjadinya hipotermia.
2. Konsumsi alkohol: Alkohol dapat menyebabkan vasodilatasi dan menghambat mekanisme vasokonstriksi, sehingga hilangnya panas tubuh menjadi lebih cepat.
3. Berat badan ekstrim: Individu dengan berat badan ekstrim (sangat rendah atau sangat tinggi) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotermia karena ketidakefisienan dalam mempertahankan suhu tubuh.
4. Kekurangan lemak subkutan: Lemak subkutan berfungsi sebagai isolator yang membantu mempertahankan suhu tubuh. Kekurangan lemak subkutan dapat meningkatkan risiko hipotermia.
5. Terpapar suhu lingkungan rendah: Terpapar suhu lingkungan yang rendah dapat menyebabkan hilangnya panas tubuh secara berlebihan, sehingga menyebabkan penurunan suhu tubuh.
6. Malnutrisi: Malnutrisi dapat menyebabkan penurunan produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
7. Penggunaan pakaian tipis: Pakaian yang tipis tidak dapat melindungi tubuh dari kehilangan panas, sehingga dapat menyebabkan hipotermia.
8. Penurunan laju metabolisme: Penurunan laju metabolisme dapat mengurangi produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
9. Tidak beraktivitas: Aktivitas fisik dapat membantu memproduksi panas tubuh. Ketidakaktifan dapat menyebabkan penurunan produksi panas, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
10. Transfer panas: Berbagai mekanisme transfer panas, seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi, dapat menyebabkan hilangnya panas tubuh secara berlebihan, sehingga menyebabkan hipotermia.
11. Trauma: Trauma dapat menyebabkan peningkatan kehilangan panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
12. Proses penuaan: Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam mempertahankan suhu tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.
13. Efek agen farmakologis: Beberapa agen farmakologis dapat memengaruhi mekanisme termoregulasi tubuh, sehingga dapat menyebabkan hipotermia.
14. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia: Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pencegahan hipotermia dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas. Melalui pemahaman terhadap standar-standar ini, perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengelola kondisi hipotermia secara komprehensif.