Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14684 | 23 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman di tenggorokan dan sedikit mual. Keluarga pasien mengatakan khawatir dengan pemasangan NGT dan bertanya apakah bisa dilepas. Pasien tampak gelisah dan sering berusaha melepas selang NGT. ✅ Data Objektif (DO): Terpasang NGT ukuran 16 Fr. Ditemukan aspirasi residu lambung berwarna merah tua dalam jumlah banyak. Pasien mengalami hematemesis sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Dokter merencanakan tindakan bilas lambung untuk evaluasi perdarahan lebih lanjut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana tindakan keperawatan berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi lambung dan iritasi mukosa akibat perdarahan saluran cerna.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi dan gesekan akibat pemasangan NGT.
3. Kecemasan berhubungan dengan pemasangan NGT dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Gangguan Integritas Kulit: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Kecemasan: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol.
- Integritas Kulit Terpelihara: Pasien menunjukkan kulit yang utuh dan sehat.
- Kecemasan Terkontrol: Pasien dapat mengendalikan kecemasan yang dialami.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri yang dialami pasien.
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi.
- Terapi Relaksasi: Tindakan untuk membantu pasien mengurangi kecemasan melalui teknik relaksasi.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, dll.)
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter
- Latih pasien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
2. Perawatan Luka:
- Bersihkan dan rawat area kulit di sekitar NGT secara rutin
- Gunakan bahan pelindung kulit untuk mencegah iritasi
3. Terapi Relaksasi:
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan visualisasi untuk mengurangi kecemasan
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional
Perawat akan bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi pasien dan mengevaluasi rencana tindakan yang tepat, termasuk kemungkinan pelepasan NGT jika kondisi memungkinkan. -
Article No. 14685 | 23 Mar 2025
Klinis : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Mayor: Berat badan di bawah rentang normal, Keterbatasan dalam mengkonsumsi makanan, Tidak ada nafsu makan.
- Faktor Risiko: Gangguan psikologis, Faktor ekonomi, Penyakit kronis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari, Pasien dapat menunjukkan peningkatan nafsu makan.
- Kriteria Hasil: Berat badan stabil atau meningkat, Asupan makanan sesuai kebutuhan, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian status nutrisi, Pemberian konseling gizi, Pemberian suplemen nutrisi, Pemantauan asupan dan output nutrisi, Kolaborasi dengan ahli gizi.
- Tujuan Intervensi: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, Mencegah komplikasi akibat malnutrisi, Meningkatkan berat badan pasien.
Kesimpulannya, Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada pengkajian status nutrisi, pemberian konseling gizi, suplemen nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. -
Article No. 14686 | 23 Mar 2025
Klinis : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai keadaan di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, yang ditandai dengan peningkatan berat badan, kadar albumin, dan mikronutrien yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengkajian nutrisi dan faktor yang mempengaruhi
2. Pemberian informasi tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
4. Pemantauan asupan dan output nutrisi
5. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai indikasi
6. Edukasi dan konseling gizi untuk pasien dan keluarga
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. -
Article No. 14687 | 23 Mar 2025
Klinis : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai "Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik". Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, dan peningkatan kebutuhan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah tercapainya keseimbangan nutrisi yang adekuat, yang ditandai dengan stabilnya berat badan, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh antara lain: Manajemen Nutrisi, Peningkatan Intake Nutrisi, Monitoring Nutrisi, serta Edukasi Gizi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat dan mencegah komplikasi akibat kekurangan nutrisi.
Dalam konteks akademis dan sebagai seorang pakar/perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 14688 | 23 Mar 2025
Klinis : Intervensi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi ini adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan, dan tidak mengalami komplikasi akibat kekurangan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh antara lain:
1. Monitor asupan dan output nutrisi
2. Fasilitasi pemberian nutrisi sesuai kebutuhan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat
5. Pantau tanda-tanda komplikasi kekurangan nutrisi
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang seimbang dan mencukupi kebutuhannya. Pemantauan yang ketat, pemberian edukasi, serta kolaborasi dengan ahli gizi akan membantu mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi pada pasien. -
Article No. 14689 | 23 Mar 2025
Klinis : Kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Kekurangan Volume Cairan:
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Definisi (SDKI):
Ketidakcukupan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Penyebab (SDKI):
1. Kehilangan cairan yang berlebihan (misalnya melalui diare, muntah, perdarahan, luka, demam)
2. Asupan cairan yang tidak adekuat
3. Gangguan mekanisme regulasi cairan (misalnya pada penyakit renal, diabetes insipidus)
Gejala dan Tanda (SDKI):
1. Perubahan tanda-tanda vital (misalnya penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi)
2. Penurunan turgor kulit
3. Mukosa kering
4. Oliguria
5. Peningkatan berat jenis urin
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat.
2. Pasien dapat mengenali tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
3. Pasien dapat melakukan intervensi mandiri untuk mengatasi kekurangan volume cairan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor status cairan
2. Berikan cairan sesuai kebutuhan
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen kekurangan volume cairan
Dalam pendekatan akademis, sebagai perawat yang berpengalaman, saya dapat menjelaskan bahwa diagnosa keperawatan Kekurangan Volume Cairan merupakan salah satu kondisi yang sering ditemui di praktik keperawatan. Pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan intervensi yang tepat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien. -
Article No. 14690 | 23 Mar 2025
Klinis : SLKI Kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai pengurangan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular yang menyebabkan dehidrasi dan gangguan fungsi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Kekurangan Volume Cairan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda adekuasi volume cairan.
2. Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang memadai.
3. Pasien menunjukkan fungsi organ yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kekurangan Volume Cairan meliputi:
1. Pemantauan status cairan dan elektrolit
2. Manajemen cairan
3. Terapi cairan intravena
4. Edukasi tentang peningkatan asupan cairan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kekurangan volume cairan
Secara akademis, standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan acuan baku bagi praktik keperawatan di Indonesia. Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya penerapan standar ini dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. -
Article No. 14691 | 23 Mar 2025
Klinis : slki Kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi kekurangan volume cairan sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan tubuh yang melebihi jumlah yang diganti, sehingga terjadi defisit cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Kekurangan Volume Cairan adalah:
1. Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat.
2. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda cairan yang cukup.
3. Pasien dapat menunjukkan eliminasi urin yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Kekurangan Volume Cairan meliputi:
1. Pantau status cairan (intake, output, tanda-tanda vital, dan karakteristik urin).
2. Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan.
3. Identifikasi penyebab dan faktor risiko kehilangan cairan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang tepat.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
Semoga penjelasan singkat ini dapat membantu Anda dalam memahami Diagnosa Keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI terkait Kekurangan Volume Cairan. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 14692 | 23 Mar 2025
Klinis : Seorang Anak laki laki An D usia 9 tahun datang ke IGD RS Ahmad Yani Metro 30 Agustus 2024 diantar keluarganya dengan keluhan deman dan gelisah yang dirasakan dari 2 hari sebelumnya, sejak tadi pagi sebelum di bawa ke IGD gusi berdarah, kedua kaki merah, nafsu makan tambah menurun, tampak semakin lemah. Saat dilakukan anamnesa ibu klien mengatakan masih demam, tidak mau makan dan anak mengeluh sakit di bagian perut disertai sesak, anak mengeluh sakit dan menangis saat BAK. Perawat selanjutnya memeriksa TTV, TD : 89/71, Suhu, 37,6 C, Nadi 132x/mnit tidak teratur, RR ; 34 x per menit, GCS : 15, SP02 : 95%. Ibu mengatakan anak tidak ada riwayat sakit sebelumnya dan tidak pernah di rawat di rs sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada obat obatan yang di minum sebelum ke rumah sakit. Sebelum sakit ini juga anak tidak ada riwayat operasi. Ibu mengatakan anak tidak ada alergi dan tidak pernah ada kecelakan. Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sama sebelumnya di keluarga. An D merupakan anak kedua dari 3 bersaudara laki laki. Ibu mengatakan An. D memiliki riwayat imunisasi lengkap. Ibu mengatakan sebelum sakit An D meruapana anak yang seperti anak lainnya yang dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman teman sebayanya namun setelah sakit anak hanya lemas tidur di kasur. Ibu mengatakan sebelum sakit anak makan 3 kali sehari dengan nasi sekitar 2 centongdan lauk bias telur, tempe atau ayam namun jarang. Setelah sakit naka hanya makan 1-2 sendok makan. Ibu mengatakan sebelum sakit anak bisa minum 6-8 gelas ukuran sedang setiap harinya. Setelah sakit anak hanya menghabiskan 1 gelas/hari. Ibu mengatakan anak sebelum sakit biasa tidur jam 21.00 wib dan bagun jam 06.30 Wib tanpa tidur siang. Namun setelah sakit anak hanya tidur malam hanya 4-5 jam/hari sering terbangun malam hari dan siang hanya tidur 1-2 jam sehari dans ering terbangun karena anak mengeluh sakit perutnya. Ibu mengatakan sebelum sakit anak mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas setiap hari. Setelah sakit anak hanya di lap saja dengan air hangat. Ibu mengatakan sebelum sakit anak biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Setelah sakit, bab wana kecoklatan bercampur darah. Ibu mengatakan sebelum sakit anak D BAK 5-6 kali sehari bewarna kuning, setelah frekuesni BAK semakin berkurang dan setiap BAK menangis karena sakit. Perawat memeriksa TB : 103 cm, BB : 16 Kg, sebelum sakit 23Kg. urin 2000 cc, feses 350 cc, muntah 273 cc. pemeriksaan fisik lengkap kemudian dilakukan perawat mulai dari kepala tampak simestrisn rambut merata, warna hitam, kulit kepala bersih sedikit berminyak, tidak ada lesi maupun tonjolan. Tidak ada nyeri saat palpasi. Wajah tampak pucat namu merah berbintik. Mata berebntuk simetris, sklera putih, konjungtiva pucat, tidak ada lesi maupun tonjolan, tidak ada nyeri tekan. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan hidung, tidak ada nyeri tekan. Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil tidak ada nyeri tekan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan. Telinga simetris, tidak ada serumen bersih pendengaaran baik. Tidak ada nyeri tekan. Bentuk dada simetris, nafas dangkal, tampak simestris, terdapat retraksi dinding dada, terdapat suara tambahan ronkhi, suara paru pekak dan didapatkan sura napas vesikular. Abdomen simetris, tampak membuncit, adanya nyeri tekan, pembesaran hati, terdengar redup, bising usus 2 bising per menit. Adanya petekie/bintik bintik merah kulit spontan, turgor kulit kembali 10 detik. Genetalia bentuk normal, bersih, sakit saat BAK. Adanya edema bagian tengan dan kaki akral hangat adanya nyeri otot/sendi serta tulang kaku, terdapat sianosis Anak D juga diperiksa rontgen abdomen dengan hasil : tak tampak disensi sistema usus, tak tampak batu opaq diproyeksi traktus urinarius, sistema tulang intak. Hasil Ro Trorax : bronkopneumonia, sugestif efusi pleura dexstra, besar cor normal. Hasil USG abdomen : asietes, efusi pluera bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan untuk An. D dengan menggunakan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang terdiri dari:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Risiko Infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan patogen ditandai dengan demam, gusi berdarah, eritema di kaki, dan penurunan nafsu makan.
b. Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema, nyeri abdomen, dan sianosis.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan fisik.
d. Gangguan Tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat penyakit.
e. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan intake nutrisi.
f. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan nyeri saat berkemih.
g. Gangguan Eliminasi Fekal berhubungan dengan diare berdarah.
2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Bebas Infeksi
b. Perfusi Jaringan yang Efektif
c. Toleransi Aktivitas
d. Pola Tidur yang Adekuat
e. Status Nutrisi yang Adekuat
f. Pola Berkemih yang Adekuat
g. Pola Defekasi yang Efektif
3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Infeksi
b. Manajemen Perfusi Jaringan
c. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
d. Manajemen Tidur
e. Manajemen Nutrisi
f. Manajemen Eliminasi Urin
g. Manajemen Eliminasi Fekal
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang dikumpulkan, meliputi risiko infeksi, gangguan perfusi jaringan, intoleransi aktivitas, gangguan tidur, gangguan nutrisi, gangguan eliminasi urin, dan gangguan eliminasi fekal. Standar Luaran Keperawatan (SLKI) menggambarkan hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi, seperti bebas infeksi, perfusi jaringan yang efektif, toleransi aktivitas, pola tidur yang adekuat, status nutrisi yang adekuat, pola berkemih yang adekuat, dan pola defekasi yang efektif. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI) menjelaskan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti manajemen infeksi, manajemen perfusi jaringan, manajemen aktivitas dan istirahat, manajemen tidur, manajemen nutrisi, manajemen eliminasi urin, dan manajemen eliminasi fekal. -
Article No. 14693 | 23 Mar 2025
Klinis : Ny. K (55 tahun) dibawa ke RS karena keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk RS. Batuk-batuk ada tapi tidak berdahak, Sesak dirasakan sudah 1 bulan yang lalu disertai bengkak, terutama di kaki dan perut. Pasien sudah pernah dirawat 1 bulan yang lalu di RS dengan keluhan yang sama. Saat itu pasien sudah disarankan untuk melakukan cuci darah tapi pasien menolak. 1 bulan berikutnya, pasien masuk kembali ke RS dengan keluhan sesak napas, dan kedua ekstremitas bengkak. Pasien masuk ke IGD TD pasien mencapai 205/110 mmHg dan mendapatkan drip perdipin 2 amp/titrasi. Hasil analisa gas darah di IGD menunjukkan asidosis metabolik pH; 7,242 pCO2: 27,5 pO2: 155,3 HCO3-: 11,6. Saat itu pasien diberikan koreksi biknat 200 meq. Di IGD pasien juga diberikan drip cedocard 1 mg/jam dan lasix 5 mg/jam. Pasien juga diberikan terapi oksigen nasal canul 5 lpm. Pasien dengan riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, dan juga menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Saat dilakukan pengkajian pasien sudah berada diruangan rawat inap. Tingkat kesadaran pasien composmentis E4M6V5. Perawat mencoba melakukan anamnesa kepada pasien kenapa pasien menolak tindaka hemodialisis yang telah dianjurkan 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan menolak melakukan tindakan hemodialisis dikarenakan pasien tidak mau nasibnya sama seperti tetangga nya yang meninggal setelah menjalani hemodialisis. Namun, setelah diberikan penjelasan kepada pasien oleh tenaga kesehatan akhirnya pasien bersedia untuk dilakukan tindakan hemodialisis. Pasien akan direncanakan untuk tindakan hemodialisis besok hari. Pasien mengatakan nafsu makan sejak 1 bulan belakangan menurun. BB= TB IMT 20,1 kg/m2. Keluhan mual (+), muntah (-). Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, membran mukosa bibir kering. Diet: diet RG 1500 kkal/kgBB/hari, protein 1 gr/hari. Saat ini semua kebutuhan dibantu perawat, pasien hanya bisa beraktivitas di tempat tidur dengan bantuan parsial dari perawat dan keluarga. Pasien masih tampak sulit untuk melakukan kegiatan. Pasien mengatakan sudah mencoba untuk beraktivitas namun setiap kali turun dari tempat tirud pasien mengeluh pusing dan sesak semakin berat. Pasien saat ini terpasang CDL di subclavia dextra, terpasang kateter dan edema pada ekstremitas atas dan bawah, pitting edema grade 2. Keluhan badan terasa lemas dan letih (+). Pasien terpasang folley kateter, produksi urine kuning jernih dengan jumlah 900ml/24 jam. Pasien terpasang lasix 5 mg/jam. BAB tidak masalah. Balance cairan/24 jam →intake cairan 500 ml, output cairan: 1500 ml, BC: -1000 ml. Pasien mengeluh sering terbangun akibat sesak yang masih yang masih dirasakannya. Pasien harus tidur dengan 2 bantal, pasien mengatakan tidur hanya ± 5 jam setiap malamnya. Personal hygiene pasien cukup baik, kulit kering. Pasien merupakan seorang istri dan seorang ibu. Pasien sehari-hari menjalani peranya sebagai ibu rumah tangga. Terkait peran di rumah tangga semenjak sakit 1 bulan terakhir terdapat perubahan yang dirasakan oleh pasien, pasien tidak dapat beraktivitas berat karena akan memicu timbulnya sesak napas. Pasien seorang ibu rumah tangga. Selama perawatan suami pasien yang bertanggung jawab terhadap segala kebutuhan pasien. Pasien mengatakan orang yang terdekat selama perawatan adalah suaminya. Suamninya dengan setia menunggui dan memberikan support untuk kesembuhan pasien. Hasil pemeriksaan fisik di ruangan di dapatkan TD 182/85 mmHg HR 84 x/menit, nadi teraba kuat dan reguler, suhu 36,80C, akral teraba hangat, CRT < 3 detik. Pemeriksaan fisik paru: RR 24x/menit, irama nafas irreguler dan teratur terpasang nasal canul 5 liter per menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb = 8,8 g/dl, Ht = 27%, leukosit= 9,7 ribu/ul, trombosit = 307ribu/ul, eritrosit = 3,22 juta/u, albumin = 2,5 mg/dl, natrium : 145 mmol/l, kalium 5,33 mmol/l, chlorida 118 mmol/l. Hasil pemeriksaan laboratorium pre HD: ureum : 152 mg/dl, kreatinin : 7 mg/dl. Hasil pemeriksaan laboratorium post HD: ureum: 101 mg/dl, kreatinin: 5 mg/dl. Hasil rontgen thoraks kardiomegali dengan edema paru + efusi bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai untuk kasus Ny. K:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan edema, sesak napas, dan peningkatan berat badan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan kelebihan volume cairan dan penurunan energi ditandai dengan napas cuping hidung, sesak napas, dan produksi sputum yang tidak produktif.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan kelebihan volume cairan yang ditandai dengan mudah lelah, sesak napas, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SLKI: Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Aktivitas Sehari-hari
- SIKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
1. Kelebihan Volume Cairan: Terjadi karena penurunan fungsi ginjal, yang mengakibatkan penumpukan cairan dalam tubuh, sehingga menyebabkan edema, sesak napas, dan peningkatan berat badan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Terjadi akibat kelebihan volume cairan dan penurunan energi, yang menyebabkan napas cuping hidung, sesak napas, dan produksi sputum yang tidak produktif.
3. Intoleransi Aktivitas: Terjadi karena penurunan energi dan kelebihan volume cairan, yang menyebabkan mudah lelah, sesak napas, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.