Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18914 | 23 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut bagian bawah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit perut bagian bawah:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Pada kasus pasien dengan keluhan sakit perut bagian bawah, nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi saluran pencernaan, konstipasi, divertikulitis, atau bahkan masalah ginekologis pada wanita. Nyeri akut yang dirasakan pasien dapat bersifat tumpul, kram, atau tajam, dan biasanya terfokus pada area perut bagian bawah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut perut bagian bawah adalah:
a. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan tingkat nyeri yang dirasakan, dengan skor nyeri menurun dari skor awal.
b. Kenyamanan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat kenyamanan.
c. Fungsi Gastrointestinal: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi saluran pencernaan.
Indikator keberhasilan luaran ini dapat diukur melalui penurunan skor nyeri, peningkatan perasaan nyaman, serta perbaikan fungsi gastrointestinal, seperti pola defekasi yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan nyeri akut perut bagian bawah adalah:
a. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
b. Manajemen Gastrointestinal:
- Kaji dan monitor fungsi gastrointestinal, termasuk pola defekasi, kembung, dan keluhan lainnya.
- Berikan diet yang sesuai untuk mengatasi keluhan gastrointestinal, seperti makanan tinggi serat atau pembatasan makanan tertentu.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu mengatasi masalah gastrointestinal.
c. Peningkatan Kenyamanan:
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien mengatasi rasa tidak nyaman.
- Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, untuk memberikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan pasien.
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pengurangan nyeri, peningkatan fungsi gastrointestinal, dan peningkatan kenyamanan secara keseluruhan. -
Article No. 18915 | 23 Jun 2025
Klinis : Ny. S, seorang wanita berusia 58 tahun, datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 3 hari terakhir dan semakin memburuk sejak pagi hari ini. Pasien memiliki riwayat penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) selama 5 tahun dan mengaku sulit tidur semalaman karena merasa "napasnya berat" dan "tidak lega". Hasil pemeriksaan menunjukkan Frekuensi napas: 28x/menit (tachypnea), Saturasi, oksigen: 98% tanpa bantuan oksigen, Suara napas: wheezing pada kedua lapang paru, Batuk: produktif, berdahak putih kental, Posisi tubuh: pasien tampak nyaman pada posisi duduk membungkuk ke depan, Kesadaran: Compos mentis, Hasil ABG (Analisis Gas Darah): pH 7.32, pCO2 56 mmHg, pO2 65 mmHg, HCO3 24 mEq/L, Pasien tampak cemas, bibir sedikit sianosis, dan mengatakan, "Saya takut tidak bisa bernapas, seperti ada yang menekan dada saya."
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Penyebab: Adanya produksi sekret yang berlebihan pada penyakit PPOK.
3. Cemas
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang disadari atau tidak disadari.
Penyebab: Pasien merasa takut tidak dapat bernapas dengan baik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20x/menit)
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi otot bantu napas
d. Pasien melaporkan pernapasan lebih mudah
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki)
b. Tidak ada kesulitan bernapas
c. Pasien dapat batuk dan mengeluarkan sekret dengan mudah
d. Pasien melaporkan tidak ada kesulitan bernapas
3. Kecemasan Terkontrol
Definisi: Respons emosional dan fisik yang terkendali terhadap ancaman yang disadari atau tidak disadari.
Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan cemas berkurang
b. Pasien tampak rileks
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
d. Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi dengan efektif
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
a. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
d. Kolaborasi pemberian bronkodilator dan kortikosteroid
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
a. Monitor karakteristik sekret
b. Berikan hidrasi yang adekuat
c. Ajarkan teknik batuk efektif
d. Lakukan suction jika diperlukan
3. Cemas
a. Identifikasi faktor penyebab kecemasan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Berikan dukungan emosional
d. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi)
e. Kolaborasi pemberian obat anti-cemas jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dipilih berdasarkan data-data yang tersedia pada kasus Ny. S, seorang pasien dengan PPOK yang mengalami sesak napas. Pola napas tidak efektif, ketidakefektifan bersihan jalan napas, dan cemas merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencakup pola napas efektif, bersihan jalan napas efektif, dan kecemasan terkontrol. Kriteria hasil yang ditetapkan merupakan indikator-indikator yang menunjukkan tercapainya tujuan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, pelatihan teknik pernapasan, pemberian obat, manajemen sekret, penciptaan lingkungan yang tenang, pemberian dukungan emosional, dan pelatihan teknik relaksasi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki pola napas, membersihkan jalan napas, dan mengatasi kecemasan pasien.
Keseluruhan rencana asuhan keperawatan ini disusun dengan menggunakan bahasa dan tone akademis, mengingat persona yang ditanyakan adalah seorang pakar keperawatan. -
Article No. 18916 | 23 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien dengan keluhan sakit kepala.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan sakit kepala yang dialami pasien, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Kepala" (SDKI). Nyeri kepala adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada struktur di kepala. Diagnosis ini mencerminkan masalah kesehatan yang dialami pasien dan menjadi fokus utama dalam rencana asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melaporkan berkurangnya intensitas nyeri kepala.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik penanganan nyeri kepala yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kualitas tidur.
5. Pasien dapat menunjukkan penurunan kecemasan terkait nyeri kepala.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pengkajian nyeri kepala: menilai karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri kepala.
2. Manajemen nyeri: memberikan terapi farmakologis (analgesik) dan nonfarmakologis (kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi) untuk mengurangi nyeri.
3. Edukasi pasien: mengajarkan pasien tentang faktor penyebab nyeri kepala, teknik penanganan nyeri, dan gaya hidup yang dapat memengaruhi nyeri kepala.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: berkoordinasi dengan dokter untuk evaluasi dan penatalaksanaan medis yang tepat.
5. Monitoring dan evaluasi: memantau perkembangan pasien, efektivitas intervensi, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang mendalam mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam penanganan keluhan sakit kepala. -
Article No. 18917 | 23 Jun 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R39.89
- Deskripsi: Gejala dan tanda lain yang berkaitan dengan sistem urinaria dan kandung kemih, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat mencerminkan adanya gangguan rasa nyaman yang disebabkan oleh peningkatan produksi lendir dalam saluran kemih atau kandung kemih.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.32
- Deskripsi: Prosedur irrigasi kandung kemih. Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan produksi lendir dalam kandung kemih dan membantu memulihkan rasa nyaman.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R39.89 menggambarkan gejala dan tanda lain yang berkaitan dengan sistem urinaria dan kandung kemih, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini sesuai dengan deskripsi "Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat" karena peningkatan produksi lendir dalam saluran kemih atau kandung kemih dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman.
2. Kode ICD-9-CM 57.32 mengacu pada prosedur irrigasi kandung kemih. Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan produksi lendir dalam kandung kemih dan membantu memulihkan rasa nyaman pada pasien.
Dengan demikian, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai dengan kondisi "Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat" adalah sebagaimana dijabarkan di atas. -
Article No. 18918 | 23 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi atau histologi positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologi sputum untuk tuberkulosis
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi atau histologi positif. Pasien pria usia 45 tahun ini datang dengan gejala batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru pada pemeriksaan rontgen, yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
Kode ICD-9-CM 87.44 untuk prosedur pemeriksaan mikrobiologi sputum untuk tuberkulosis dapat digunakan dalam kasus ini untuk mendiagnosis tuberkulosis paru secara lebih definitif dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur ini melibatkan pengumpulan dan analisis sputum pasien untuk mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab infeksi. -
Article No. 18919 | 23 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya batuk produktif, sesak napas, dan suara napas bronkial. Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses penyakit, seperti tuberkulosis paru, yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas ditandai dengan keluhan kehilangan nafsu makan dan sesak napas, yang dapat mengakibatkan penurunan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi
Risiko infeksi ditandai dengan adanya demam, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi atau penyebaran infeksi pada pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Tidak ada suara napas bronkial.
- Pasien dapat bernapas dengan mudah.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas.
- Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Tanda-tanda infeksi (demam, peningkatan leukosit) tidak ada.
- Tidak ada komplikasi infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Auskultasi dan identifikasi suara napas abnormal
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih pasien teknik batuk efektif
- Berikan postural drainage dan percussions
- Anjurkan pasien minum air hangat secara teratur
2. Intoleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi yang adekuat
3. Risiko Infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu tubuh, leukosit)
- Berikan edukasi mengenai pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Pantau efek samping obat dan berikan intervensi yang sesuai
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18920 | 23 Jun 2025
Klinis : Seorang ibu hamil 12 minggu dengan keluhan sering merasa pusing seperti sempoyongan dan mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kondisi ibu hamil 12 minggu dengan keluhan pusing dan mual, sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (D.0017)**
*Definisi:* Risiko atau kondisi ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan serta elektrolit yang dapat mengganggu homeostasis tubuh.
**Penjelasan Singkat:**
Pada kehamilan trimester pertama, perubahan hormonal (terutama peningkatan hormon hCG dan progesteron) dapat menyebabkan gejala seperti mual (emesis gravidarum) dan pusing. Mual yang berlebihan dapat mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, sehingga memerlukan intervensi keperawatan.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga (L.14020)**
*Kriteria Luaran:*
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD, nadi, pernapasan, suhu).
- Mukosa bibir lembap, turgor kulit baik.
- Asupan cairan dan nutrisi adekuat.
- Tidak ada keluhan pusing berlebihan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Manajemen Mual dan Muntah (I.14141)**
*Tindakan Keperawatan:*
1. **Edukasi Nutrisi:**
- Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.
- Hindari makanan berlemak, pedas, atau berbau menyengat.
- Konsumsi jahe atau makanan dingin untuk mengurangi mual.
2. **Manajemen Cairan:**
- Anjurkan minum air putih sedikit-sedikit tapi sering.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, produksi urine).
3. **Posisi dan Aktivitas:**
- Hindari perubahan posisi mendadak untuk mencegah pusing.
- Istirahat cukup dan hindari kelelahan.
4. **Pemantauan Medis:**
- Kolaborasi dengan dokter jika mual dan muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum).
---
### **Kode Diagnosa, Luaran, dan Intervensi:**
- **SDKI:** D.0017 (Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit)
- **SLKI:** L.14020 (Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga)
- **SIKI:** I.14141 (Manajemen Mual dan Muntah)
---
### **Kesimpulan:**
Kondisi ibu hamil dengan keluhan pusing dan mual dapat dikelola dengan pendekatan keperawatan yang berfokus pada pencegahan dehidrasi, manajemen nutrisi, dan pemantauan tanda-tanda vital. Intervensi yang tepat dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti hiperemesis gravidarum.
Semoga penjelasan ini membantu dalam praktik keperawatan maternitas. Jika diperlukan evaluasi lebih lanjut, konsultasikan dengan tenaga medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Praktisi Kesehatan]* -
Article No. 18921 | 23 Jun 2025
Klinis : trakeostomi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI beserta penjelasan singkat untuk kondisi trakeostomi, dengan gaya bahasa akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Saluran Pernapasan [00108]
Definisi:
Keadaan rentan yang meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti prosedur invasif, gangguan sistem imun, atau paparan patogen.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00108
Definisi: Keadaan rentan yang meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1910
Definisi: Tingkat keparahan infeksi saluran pernapasan berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6520
Definisi: Tindakan untuk mencegah dan mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan trakeostomi memiliki risiko infeksi saluran pernapasan yang lebih tinggi karena adanya prosedur invasif dan kemungkinan paparan patogen. Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi Saluran Pernapasan" berfokus pada upaya pencegahan dan pengurangan risiko infeksi pada pasien trakeostomi. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda infeksi, perawatan trakeostomi yang tepat, dan edukasi pasien serta keluarga tentang pencegahan infeksi. -
Article No. 18922 | 23 Jun 2025
Klinis : pasien mengeluh sesak nafas sejak seminggu sebelum dibawa ke rs | merasa nyeri lambung | tidak bisa tidur Saat malam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
2. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00032 - Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
2. Kode: 00132 - Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Kode: 00198 - Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 0415 - Status Pernapasan: Ventilasi
Definisi: Kemampuan mempertahankan proses pernapasan yang adekuat.
2. Kode: 1605 - Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
3. Kode: 0004 - Kualitas Tidur
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang efektif dan memuaskan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 3320 - Manajemen Jalan Napas
Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
2. Kode: 1400 - Manajemen Nyeri
Definisi: Pengurangan rasa sakit ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima.
3. Kode: 0180 - Manajemen Tidur
Definisi: Fasilitasi tidur yang adekuat dan menyegarkan. -
Article No. 18923 | 23 Jun 2025
Klinis : tekanan darah meningkat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi peningkatan tekanan darah, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.27
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I10 untuk Hipertensi esensial (primer) adalah kode yang sesuai untuk kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau mendasar. Kondisi ini merupakan gangguan pada sistem kardiovaskular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik secara persisten.
2. Kode ICD-9-CM 99.27 untuk Pemantauan tekanan darah adalah kode prosedur yang dapat digunakan untuk mencatat tindakan pemeriksaan dan pemantauan tekanan darah pasien. Hal ini dilakukan sebagai langkah diagnosis dan pengawasan terhadap kondisi hipertensi.
Dalam praktik klinis, diagnosis hipertensi esensial (primer) berdasarkan pengukuran tekanan darah yang menunjukkan nilai sistolik ? 140 mmHg dan/atau diastolik ? 90 mmHg, yang diukur pada setidaknya dua kunjungan terpisah. Selanjutnya, pemantauan tekanan darah secara berkala diperlukan untuk memantau respons terhadap pengobatan dan mencegah komplikasi kardiovaskular.