Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18982 | 25 Jun 2025
Klinis : Anak perempuan usia 12 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan diare, lebih dari 4 kali, konsistensi cair dan lendir. Hasil pengkajian pasien tampak lemas, dan kesadaran somnolen. Kelopak mata cowong , mucosa bibir kering. Suhu : 37,7ºC, frekwensi nadi 98x/menit, frekwensi napas 24x/menit TD : 90/60 mmHg. HCT 40%. Apakah intervensi keperawatan pada kasus tersebut? a. Berikan cairan parenteral b. Berikan oralit setiap kali diare c. Berikan intake makanan TKTP d. Timbang berat badan setiap hari e. Tingkatkan intake makanan tiap 4 jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang komprehensif mengenai kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare.
Kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti kelopak mata cowong, mukosa bibir kering, serta hasil laboratorium HCT 40% yang mengindikasikan adanya risiko dehidrasi.
Intervensi Keperawatan:
a. Berikan cairan parenteral
Intervensi ini sangat penting untuk mengatasi risiko dehidrasi. Pemberian cairan parenteral seperti ringer laktat atau normal saline dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare.
b. Berikan oralit setiap kali diare
Pemberian oralit (cairan rehidrasi oral) sangat direkomendasikan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang, serta mencegah terjadinya dehidrasi lebih lanjut.
c. Berikan intake makanan TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Pasien membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat untuk memulihkan kondisi dan mencegah malnutrisi akibat diare. Makanan TKTP seperti bubur nasi, telur, ikan, atau sayuran akan membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
d. Timbang berat badan setiap hari
Pemantauan berat badan secara harian diperlukan untuk mengevaluasi status hidrasi dan nutrisi pasien.
e. Tingkatkan intake makanan tiap 4 jam
Pemberian makanan secara lebih sering dan dalam porsi kecil dapat membantu meningkatkan asupan nutrisi dan mencegah terjadinya malnutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Dehidrasi Teratasi
Indikator yang diharapkan setelah intervensi keperawatan adalah pasien menunjukkan tanda-tanda tidak mengalami dehidrasi, seperti mukosa bibir lembab, kelopak mata tidak cowong, dan HCT dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
2. Pemberian Cairan
3. Terapi Cairan Parenteral
4. Pemberian Makanan
5. Pemantauan Nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi diare dan dehidrasi, serta mencapai keseimbangan cairan dan status nutrisi yang baik. -
Article No. 18983 | 25 Jun 2025
Klinis : Bayi perempuan usia 8 bulan, dibawa ibu ke IGD dengan keluhan berak cair 4-5 x/hari hasil pengkajian berak cair sudah 2 hari. Membrane mukosa kering, turgor kembali lambat bokong bayi sering basah .frekwensi nadi : 130x/menit, frekwensi napas: 35x/menit, berat badan menurun dari 8300 gram menjadi 8000 gram. Ibu sering bertanya tentang keadaan anaknya. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? a. Resiko gangguan integritas kulit b. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Risiko infeksi pada orang lain d. Kurang pengetahuan e. Defisit volume cairan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kasus yang Anda sampaikan.
Masalah Keperawatan Utama:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah **Defisit Volume Cairan** (e). Hal ini ditandai dengan:
- Diare cair 4-5 kali per hari selama 2 hari
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit kembali lambat
- Penurunan berat badan dari 8300 gram menjadi 8000 gram
Kondisi ini mengindikasikan adanya kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan akibat diare, sehingga menimbulkan risiko dehidrasi pada bayi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. **Hidrasi**
- Indikator: Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, berat badan stabil
- Target: Membran mukosa lembab, turgor kulit kembali cepat, berat badan stabil dalam 3 hari
2. **Asupan Nutrisi Adekuat**
- Indikator: Intake cairan dan nutrisi adekuat, tidak ada penurunan berat badan
- Target: Intake cairan dan nutrisi adekuat, berat badan kembali ke berat semula dalam 5 hari
3. **Pengetahuan Orang Tua Meningkat**
- Indikator: Orang tua dapat menjelaskan kembali informasi terkait perawatan diare pada bayi
- Target: Orang tua dapat menjelaskan kembali informasi terkait perawatan diare pada bayi dengan benar dalam 1 hari
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. **Manajemen Cairan**
- Kaji status hidrasi (tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit, membran mukosa)
- Berikan cairan oral/parenteral sesuai kebutuhan
- Monitor intake dan output cairan
- Edukasi orang tua terkait manajemen cairan
2. **Manajemen Nutrisi**
- Kaji kebutuhan nutrisi bayi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan (MPASI, susu formula, atau ASI)
- Monitor asupan dan berat badan bayi
- Edukasi orang tua terkait kebutuhan nutrisi bayi
3. **Edukasi Kesehatan**
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan diare pada bayi
- Ajarkan orang tua teknik pemberian cairan dan nutrisi yang tepat
- Diskusikan pencegahan komplikasi dan kapan harus kembali ke rumah sakit
- Libatkan orang tua dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan masalah keperawatan utama dapat teratasi, sehingga bayi dapat pulih dengan baik dan orang tua memiliki pengetahuan yang cukup untuk merawat anaknya di rumah. -
Article No. 18984 | 25 Jun 2025
Klinis : eorang anak usia 2 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk dan pilek selama 3 hari. Tidak ada demam, sesak napas, atau penurunan kesadaran. Nafsu makan baik, dan anak tetap aktif. Hasil pemeriksaan menunjukkan RR 28 kali/menit. Apa tindakan prioritas perawat dalam menangani kasus ini? a. Memberikan antibiotik oral b. Memberikan terapi nebulisasi c. Mengedukasi orang tua tentang perawatan ISPA ringan di rumah d. Merujuk ke rumah sakit e. Melakukan foto rontgen dada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Bersihan jalan napas tidak efektif (00031)
Kondisi anak dengan batuk dan pilek selama 3 hari menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam bersihan jalan napas. Meskipun tidak ada demam, sesak napas, atau penurunan kesadaran, peningkatan frekuensi pernapasan (RR 28 kali/menit) mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pernapasan.
Tindakan prioritas perawat:
c. Mengedukasi orang tua tentang perawatan ISPA ringan di rumah
Tindakan yang paling prioritas adalah memberikan edukasi kepada orang tua tentang penatalaksanaan ISPA ringan di rumah. Hal ini penting agar orang tua dapat melakukan perawatan yang tepat di rumah, sehingga kondisi anak dapat segera membaik tanpa perlu intervensi lebih lanjut seperti pemberian antibiotik atau terapi nebulisasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Bersihan Jalan Napas (0410)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan anak mampu mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (20-30 kali/menit)
- Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki)
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan (retraksi, sianosis)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3200)
- Identifikasi pola napas dan tanda-tanda obstruksi jalan napas
- Lakukan hidrasi mukosa dengan pemberian cairan peroral yang cukup
- Ajarkan teknik batuk efektif kepada anak dan orang tua
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
2. Edukasi Kesehatan (5510)
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan ISPA ringan kepada orang tua
- Ajarkan teknik pemberian obat-obatan (jika diperlukan) dan pemantauan kondisi anak
- Informasikan tanda-tanda yang memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
3. Manajemen Gejala (1400)
- Pantau tanda-tanda vital anak secara berkala
- Berikan obat simptomatik (misalnya obat batuk/pilek) jika diperlukan
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen nyeri (jika ada)
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan anak dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan orang tua dapat melakukan perawatan ISPA ringan secara mandiri di rumah. -
Article No. 18985 | 25 Jun 2025
Klinis : Anak usia 5 tahun sering mengalami ISPA berulang. Setelah dilakukan asesmen lingkungan, diketahui bahwa ayah anak tersebut adalah perokok aktif di dalam rumah. Apa diagnosis keperawatan yang paling tepat? a. Pola napas tidak efektif b. Bersihan jalan napas tidak efektif c. Risiko infeksi d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan e. Gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi anak usia 5 tahun yang sering mengalami ISPA berulang dan ayahnya adalah perokok aktif di dalam rumah, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Penjelasan:
Kondisi anak yang sering terkena ISPA berulang dan terpapar oleh asap rokok ayahnya di dalam rumah, menunjukkan adanya masalah dalam manajemen kesehatan keluarga. Diagnosis ini tepat karena mencerminkan ketidakmampuan keluarga dalam mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko yang menyebabkan ISPA berulang pada anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan pemahaman keluarga tentang ISPA dan faktor risikonya
2. Partisipasi keluarga dalam pengelolaan kesehatan anak
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam mengelola faktor risiko ISPA
4. Penurunan kejadian ISPA pada anak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi kepada keluarga tentang ISPA, faktor risiko, dan upaya pencegahan
2. Asesmen lingkungan untuk mengidentifikasi faktor risiko ISPA di rumah
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk memaksimalkan pengelolaan kondisi anak
4. Konseling dan dukungan bagi ayah untuk berhenti merokok di dalam rumah
5. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kemajuan anak dan keterlibatan keluarga
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Ketidakefektifan manajemen kesehatan" dipilih karena kondisi anak yang sering terkena ISPA berulang menunjukkan adanya masalah dalam pengelolaan kesehatan oleh keluarga. Keluarga belum mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko yang menyebabkan kondisi tersebut, yaitu paparan asap rokok ayah di dalam rumah.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan pemahaman keluarga tentang ISPA dan faktor risikonya, partisipasi keluarga dalam pengelolaan kesehatan anak, peningkatan kemampuan keluarga dalam mengelola faktor risiko ISPA, dan penurunan kejadian ISPA pada anak. Hal ini akan dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi edukasi, asesmen lingkungan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, konseling, serta monitoring dan evaluasi secara berkala.
Dengan pendekatan ini, diharapkan keluarga dapat memahami masalah kesehatan anak, berpartisipasi aktif dalam pengelolaannya, dan mampu mengelola faktor risiko yang ada, sehingga dapat mencegah terjadinya ISPA berulang pada anak. -
Article No. 18986 | 25 Jun 2025
Klinis : Masalah keperawatan utama pada pasien dengan meningitis adalah… a. Perubahan perfusi jaringan cerebral b. Nyeri c. Bersihan jalan nafas inefektif d. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan meningitis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Perubahan perfusi jaringan cerebral
Meningitis dapat menyebabkan peradangan pada membran yang mengelilingi otak dan saraf tulang belakang, sehingga dapat mengganggu perfusi jaringan cerebral. Pasien dapat mengalami gejala seperti sakit kepala, kaku kuduk, dan perubahan tingkat kesadaran.
b. Nyeri
Pasien dengan meningitis sering mengalami nyeri kepala yang hebat akibat peradangan pada membran otak. Nyeri dapat mempengaruhi aktivitas dan kualitas hidup pasien.
c. Bersihan jalan nafas inefektif
Meningitis dapat menyebabkan edema pada saluran pernapasan dan menurunkan kemampuan batuk efektif, sehingga dapat menghambat pembersihan sekresi dari saluran napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Tingkat kesadaran membaik
2. Nyeri:
- Nyeri terkontrol
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu nyeri
3. Bersihan jalan nafas:
- Jalan napas paten
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi pernapasan
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan peningkatan tekanan intrakranial
- Pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya, kortikosteroid)
- Posisioning untuk memfasilitasi drainase cairan serebrospinal
- Stimulasi mental dan sensorik untuk mempertahankan tingkat kesadaran
2. Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan nyeri yang komprehensif
3. Bersihan jalan nafas:
- Pemantauan pernapasan dan oksigenasi
- Suction saluran napas jika diperlukan
- Latihan batuk dan napas dalam
- Pemberian humidifikasi oksigen
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk terapi pernapasan
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Terima kasih. -
Article No. 18987 | 25 Jun 2025
Klinis : perawatan luka
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi perawatan luka, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T14.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada bagian tubuh, tidak ditentukan lokasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Perawatan luka, lokal
Penjelasan:
Kode ICD-10 T14.0 digunakan untuk mengidentifikasi luka terbuka pada bagian tubuh yang tidak ditentukan lokasinya secara spesifik. Ini mencakup berbagai jenis luka, seperti luka terbuka, lecet, atau memar yang memerlukan perawatan luka.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 93.57 merujuk pada prosedur perawatan luka secara lokal. Ini mencakup tindakan-tindakan seperti pembersihan, debridemen, penutupan, dan aplikasi obat-obatan atau balutan pada luka untuk mempromosikan penyembuhan.
Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM ini akan digunakan oleh profesional kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur terkait dengan perawatan luka pasien. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, tagihan yang sesuai, serta analisis epidemiologi dan penelitian dalam bidang kesehatan. -
Article No. 18988 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 48 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan memberat sejak 6 jam yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan adanya tampak gelisah , dan pucat, produksi sputum, batuk tidak efektif, frekuensi napas 30 x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, pola napasnnya cepat, pada saat diauskultasi bunyi nafas ronkhi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Kode, dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Pola Napas Tidak Efektif
3. Ansietas
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Kode: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Kode: 00032
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
3. Ansietas
Kode: 00146
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kode: 0410
Definisi: Mampu mempertahankan jalan napas yang paten.
2. Pola Napas Efektif
Kode: 0415
Definisi: Kemampuan mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Kode: 1211
Definisi: Kemampuan mengendalikan perasaan tidak nyaman atau khawatir.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Kode: 3120
Definisi: Memfasilitasi dan mempertahankan patensi jalan napas.
2. Manajemen Ventilasi
Kode: 3350
Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
3. Manajemen Kecemasan
Kode: 5820
Definisi: Mengurangi rasa takut, kekhawatiran, atau keprihatinan yang berkaitan dengan sumber yang dapat diidentifikasi. -
Article No. 18989 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 48 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan memberat sejak 6 jam yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan adanya tampak gelisah , dan pucat, produksi sputum, batuk tidak efektif, frekuensi napas 30 x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, pola napasnnya cepat, pada saat diauskultasi bunyi nafas ronkhi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Faktor yang Berhubungan: Obstruksi jalan napas, keletihan otot pernapasan, ansietas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam kisaran normal (12-20 x/menit)
b. Irama dan kedalaman napas teratur
c. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan
d. Tidak ada kesulitan bernapas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Pernapasan
a. Kaji frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas
b. Pantau oksigenasi (SpO2, gas darah)
c. Amati tanda-tanda distres pernapasan (penggunaan otot bantu pernapasan, batuk tidak efektif, sianosis)
2. Manajemen Jalan Napas
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan fungsi pernapasan
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Lakukan suction bila diperlukan untuk membersihkan jalan napas
3. Manajemen Kenyamanan
a. Berikan obat bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
b. Latih teknik batuk efektif
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menangani penyebab sesak napas
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami sesak napas dengan frekuensi napas yang cepat (30x/menit), pola napas yang tidak teratur, dan adanya bunyi ronkhi saat auskultasi. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan pola napas yang memadai.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif", dengan kriteria frekuensi napas dalam kisaran normal, irama dan kedalaman napas teratur, serta tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan pernapasan, manajemen jalan napas, dan manajemen kenyamanan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah membantu pasien untuk dapat bernapas dengan efektif, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi dan mengurangi gejala sesak napas yang dialami. -
Article No. 18990 | 25 Jun 2025
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1605
Definisi: Tingkat kenyamanan individu yang dirasakan saat rasa sakit dapat dikurangi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Definisi: Pengurangan rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik yang dialami individu.
Penjelasan singkat:
Nyeri merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan definisi dari diagnosa nyeri, sedangkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan definisi dari luaran dan intervensi yang terkait dengan penanganan nyeri. -
Article No. 18991 | 25 Jun 2025
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pengendalian Nyeri (1605)
Definisi: Tingkat keparahan nyeri yang dapat dikontrol
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami seorang pasien.
Kode:
SDKI: 00132
SLKI: 1605
SIKI: 1400
Dalam konteks akademis dan sebagai seorang pakar perawat, nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Diagnosis ini mengacu pada upaya untuk mengenali, memantau, dan mengatasi nyeri yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, yang mencakup upaya untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.