Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19542 | 12 Jul 2025
Klinis : B. KELUHAN UTAMA Pasien mengatakan nyeri bekas operasi pada perut bagian bawah. Nyeri terasa semakin berat terutama saat bergerak, tertawa, atau batuk, sedangkan nyeri agak berkurang saat berbaring diam. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan kadang terasa panas di sekitar luka dengan skala nyeri 6. Nyeri mulai terasa beberapa jam setelah efek anestesi hilang dan masih dirasakan sampai sekarang. Sering kali nyeri datang hilang timbul dan berlangsung ± 3-5 menit. C. RIWAYAT KESEHATAN 1. Persepsi terhadap kehamilan/persalinan/nifas : a. Mengapa ibu datang ke klinik Karena pasien merasa kenceng-kenceng dan keluar lendir darah sejak jam 08.00 WIB. b. Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan/nifas Pasien merasa khawatir namun berharap proses persalinan berjalan lancar, serta menginginkan yang terbaik untuk dirinya dan bayi. c. Apakah kehamilan/persalinan/nifas ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari ? bila ya bagaimana Ya, pasien merasakan perubahan seperti harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas, membatasi aktivitas berat dan lebih sering beristirahat. d. Harapan yang ibu inginkan selama masa kehamilan/persalinan/nifas Pasien berharap dapat melahirkan dengan selamat, bayi lahir sehat dan bisa segera pulih setelah persalinan. e. Ibu tinggal dengan siapa Pasien tinggal bersama anak dan suami. f. Siapa orang yang terpenting bagi ibu Orang terpenting bagi pasien adalah suami yang selalu mendampingi dan mendukung selama kehamilan hingga persalinan g. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini Anggota keluarga memberikan dukungan penuh, membantu merawat dan mendampingi pasien selama masa kehamilan dan persalinan. h. Kesiapan mental untuk menjadi Ibu : ( √ ) Ya ( ) Tidak 2. Riwayat Obstetri a. Riwayat Menstruasi : - Usia Menarche : 13 Tahun Siklus : teratur ( √ ) tidak ( ) - Banyaknya : 3x ganti pembalut Lamanya : 5-6 hari - HPHT : 19 Oktober 2024 Keluhan : kadang nyeri saat haid b. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Kondisi Anak No. Usia (th) Umur kehamilan Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan JK BB PJ 1 4 th 39 minggu CPD SC Dokter - - - - LK 3400 51 3. Riwayat Keluarga Berencana - Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( ) tidak - Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : - ( ) IUD ( √ ) Pil ( ) suntik ( ) Implant - ( ) lain – lain. Sebutkan …………………………………….. - Sejak kapan menggunakan kontrasepsi Setelah kehamilan anak pertama. - Masalah yang terjadi Tidak ada 4. Riwayat Kesehatan - Penyakit yang pernah dialami ibu Tidak ada - Pengobatan yang didapat Tidak ada - Riwayat penyakit keluarga ( ) Penyakit diabetes mellitus ( ) Penyakit jantung ( √ ) Penyakit hipertensi ( ) Penyakit lainnya : sebutkan …………………………………… D. KEHAMILAN SEKARANG Diagnosa : G 2 P 1 A 0 H 38-39 Mgg Imunisasi : TT 1 sudah belum TT2 sudah belum ANC berapa kali 7 kali Keluhan selama hamil : mual muntah pusing Lainnya ; …………………………………… Pengobatan selama hamil ya, Asam folat, Fe, kalsium tidak Pergerakan janin : ya tidak Sejak usia, 16 minggu Rencana perawatan bayi : ( √ ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain lain Kesangggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi : - Breast care : ( √ ) Ya ( ) Tidak - Perineal care : ( ) Ya ( √ ) Tidak - Nutrisi : ( √ ) Ya ( ) Tidak - Senam nifas : ( √ ) Ya ( ) Tidak - KB : ( √ ) Ya ( ) Tidak - Menyusui : ( √ ) Ya ( ) Tidak E. PERSALINAN SEKARANG 1. Keluhan His Mulai kontraksi tanggal/jam 07 Juli 2025 jam 08.00 WIB teratur tidak Interval ± 10 menit Lama ± 30 detik Kekuatan sedang-kuat 2. Pengeluaran pervagina Jenis : Lendir Darah Darah lendir Air ketuban. Jumlah : sedikit 3. Periksa Dalam : Jam 12.00 WIB Oleh Bidan Hasil pembukaan I Effecement 25% Ketuban : + / - Presentasi janin kepala Bidang Hodge I 4. Kala Persalinan : a. Kala I : - Mulai persalinan : Tgl 07 Juli 2025 Jam 08.00 WIB - Lama kala I : 8 Jam 30 Menit - Pengobatan yang didapat : Infus NaCl, injeksi cefazolin 1 gr, medikasi pre op SC b. Kala II : dilakukan SC tanggal 07 Juli 2025 jam 16.30 WIB - Mulai : Tgl …….Jam ……. - Lama kala II : tidak berlangsung (karena SC) - Pengobatan yang didapat : anestesi SAB - Penyulit : CPD - Cara mengatasi : SC - Keadaan bayi : Lahir tgl : 07 Juli 2025 Jam 17.03 WIB Jenis Kelamin : L / P Apgar Score atau tanda bugar : 8/9 BB : 3630 gram PB : 52 cm Tali Pusat: Normal Abnormal Perawatan tali pusat : Alkohol 70% Bethadine Lainnya :…………… Anus : berlubang tertutup Suhu : 36.8°C Lingkar kepala : Lingkaran Sub Occipito Bregnatica : 32 cm Lingkaran Fronto Occipitalis : 35 cm Lingkaran Mento Occipitalis : 37 cm Kelainan kepala : Caput succedanum Cephal Hematoma Hidocephalus Microcephalus An encephalus Lain – lain :……………… Pengobatan yang didapat : Vitamin K IM, imunisasi HB0 c. Kala III - Mulai : Tgl 07 Juli 2025 Jam 17.05 WIB - TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi uterus : baik jelek - Lama Kala III : 0 Jam ± 15 Menit. - Cara kelahiran plasenta : spontan manual tindakan, sebutkan SC - Kotiledon : lengkap tidak - Selaput : lengkap tidak - Perdarahan selama persalinan : ± 200 cc. - Pengobatan yang didapat : oksitosin, analgesik d. Kala IV : - Keadaan Umum : Composmentis - Tanda vital : TD : 120/80 mmHg RR : 20 X/menit N : 88 X/menit S : 36.7°C - TFU : 2 jari dibawah umbilikus - Kontraksi uterus : baik (keras) jelek (lunak) - Perdarahan : ya tidak Jumlah : ± 200 cc - Perineum : Ruptur spontan Episiotomi Jumlah Hecting : - F. POS PARTUM SEKARANG Riwayat persalinan sekarang - Tipe persalinan : Spontan/Bantuan SC - Lama Persalinan : Kala I : 8 jam 30 menit Kala II : tidak berlangsung karena dilakukan SC Kala III : 15 menit Kala IV : 2 Jam - Laktasi : dibantu IMD, ASI sudah diberikan namun kadang pasien butuh pendampingan karena proses operasi - Nutrisi : Nutrisi diberikan setelah sadar penuh dan tidak ada kontraindikasi, mulai dari cair kemudian bertahap makanan biasa, makan makanan bergizi tinggi protein, banyak cairan - Mobilisasi : awalnya tirah baring ± 8-12 jam pasca operasi, kemudian mobilisasi dini bila kondisi stabil - Psikologi : Pasien tampak cemas namun telah diberikan edukasi dan dukungan dari tenaga kesehatan serta keluarga. G. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS 1. Pola nutrisi a. Frekwensi makan : 3x/hari b. Nafsu makan : ( √ ) baik ( ) tidak nafsu, alasan ………………………………… c. Jenis makanan rumah : nasi, lauk pauk (ayam, ikan, tahu, tempe), sayur dan buah d. Makanan yang tidak disukai /alergi/pantangan : ( ) ada ( √ ) tidak ada Bila ada sebutkan sebutkan : ……………………………………………………… 2. Pola eliminasi Buang Air Kecil (BAK) - Frekwensi : 6-8 kali/hari - Warna : kuning jernih - Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada Buang Air Besar (BAB) - Frekwensi : 1 kali/hari - Warna : kuning kecoklatan - Bau : khas faeces - Konsistensi : lunak - Keluhan : tidak ada 3. Pola personal Hygiene a. Mandi - Frekwensi : 2 x/hari - Sabun : ( √ ) Ya ( ) tidak b. Oral hygiene - Frekwensi : 2 x/hari - Waktu : ( √ ) Pagi ( √ ) sore ( ) Setelah makan c. Cuci rambut - Frekwensi : 2x/minggu - Shampo : ( √ ) ya ( ) tidak 4. Pola istirahat dan tidur - Lama tidur : 7-8 Jam /hari - Kebiasaan sebelum tidur : cuci muka dan kaki, berdoa o Keluhan : kadang sulit tidur karena sering BAK malam hari 5. Pola aktifitas dan latihan - Kegiatan dalam pekerjaan : pekerjaan rumah tangga ringan - Waktu bekerja : ( √ ) Pagi ( ) sore ( ) Malam - Olah raga : ( √ ) Ya ( ) Tidak o Jenisnya : jalan kaki o Frekwensi : 3-4 x/minggu, @ ± 30 menit - Kegiatan waktu luang : membaca, menonton televisi - Keluhan dalam aktifitas : cepat lelah bila aktivitas berat 6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan - Merokok : ( ) Ya , sebutkan ………………………………. ( √ ) Tidak - Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan ………………………………. ( √ ) Tidak - Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ……………………….. ( √ )Tidak H. PEMERIKSAAN FISIK - Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis - Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/menit - Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36.7 °C - Berat badan : 78 kg Tinggi badan : 155 cm 1. Sistem penglihatan - Posisi mata : ( √ ) simetris ( ) Asimetris - Kelopak mata : ( √ ) Normal ( ) Ptosis - Gerakan mata : ( √ ) Normal ( ) Abnormal - Pergerakan bola mata : ( √ ) Normal ( ) Abnormal - Konjungtiva : ( √ ) Normal /merah ( ) Anemis ( ) sangat merah - Kornea : ( √ ) Normal ( ) keruh berkabut ( ) terdapat perdarahan - Sklera : ( ) Ikterik ( √ ) Anikterik 2. Sistem Pernafasan - Jalan nafas : ( √ ) Bersih ( ) Sumbatan • ( ) sputum ( ) Lendir ( ) Darah ( ) Lidah - Pernafasan : ( ) Sesak ( √ ) Tidak sesak • ( ) Dengan aktifitas ( ) Tanpa aktifitas - Suara nafas : ( √ ) Vesikuler / normal ( ) Bronkovesikuler • ( ) Ronkhi ( ) Wheezing - Menggunakan otot – otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( √ ) Tidak - Lain – lain : Tidak ada 3. Sirkulasi jantung - Kecepatan denyut apical : 88 x/menit - Irama : ( √ ) Teratur ( ) Tidak teratur - Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop - Sakit dada : ( ) Ya ( √ ) Tidak - Timbul : ( ) Saat beraktifitas ( √ ) Tanpa aktifitas - Karakter : ( ) Seperti ditusuk- tusuk ( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda berat. 4. Sistem Pencernaan - Bibir : lembab, tidak sianosis - Kebersihan mulut : bersih - Gigi : tidak karies, tidak ada gigi berlubang - Lidah : bersih - Nyeri telan : tidak ada - Abdomen : terdapat luka bekas operasi tertutup kasa dan opsite ± cm, bersih, tidak ada rembesan 5. Sistem Genetalia - Kebersihan genetalia : bersih, terdapat darah nifas warna merah ± 3 cc - Kelainan : tidak ada - Perineum : tidak ada luka, tidak ada edema - Hemoroid : tidak ada - Varises : tidak ada 6. Sistem Integumen/ Muskuloskeletal - Turgor kulit : ( √ ) Elastis ( ) Sedang ( ) Buruk - Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( √ ) Kemerahan - Kontraktur pada persendian ekstremitas : ( ) Ya ( √ ) Tidak - Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya ( √ ) Tidak - Lainnya : ………………………………………………………………... 7. Dada dan Axilla - Mammae : membesar ( √ ) Ya ( ) Tidak - Areolla mammae : hiperpigmentasi, diameter membesar - Papila mammae : Menonjol ( √ ) Datar ( ) Kedalam ( ) - Colostrum : Keluar ( √ ) Ya ( ) Belum PEMERIKSAAN KHUSUS ABDOMEN & GENITAL ANTENATAL & INTRANATAL POSTPARTUM a) Inspeksi Abdomen - Membesar : ya/tidak - Arah : ke atas - Linea : Alba/Negra - Striae : Albicans/Lividae - Luka bekas operasi : ( √ ) Ya ( ) Tidak b) Palpasi - Leopold I: bagian teraba di fundus adalah bokong janin - Leopold II: punggung kiri - Leopold III: kepala belum masuk PAP - Leopold IV: kepala belum turun ke panggul, masih bisa digoyangkan - TBJ : 3600 gr - Kontraksi : ada c) Auskultasi : DJJ : 142 x/menit Data Tambahan : Pasien G2P1A0, hamil 38-39 minggu, inpartu kala I fase laten, indikasi SC karena CPD dan BSC 1x His mulai jam 08.00 WIB, MRS jam 12.00 WIB, dan rencana SC jam 16.30 WIB. d) Inspeksi Abdomen - Mengecil : ya/tidak - Arah : horizontal - Linea : Alba/Negra - Striae : Albicans/Lividae - Luka bekas operasi : ( √ ) Ya ( ) Tidak PERINEUM • Utuh/laserasi Ya/Tidak • Episiotomi : Ya/Tidak Jenis episiotomi : ( ) Medialis ( ) Lateralis ( ) Mediolateralis • Ruptur : Ya/Tidak • Tanda – tanda infeksi : tidak ada • Lokhea : rubra Warna : merah Banyaknya : sedang Bau : tidak berbau Oedem / Hematom : tidak ada Palpasi • TFU: 2 jari dibawah pusat Kontraksi : ada • Kondisi vesika urinaria Distensi : Ya/Tidak I. DATA PENUNJANG 1. Laboratorium tanggal 07 Juli 2025 jam 14.41 WIB HEMATOLOGI Hasil Satuan Nilai Acuan Hb 10.4 g/dl 12.0-16.0 Hitung Leukosit 8.05 10³/µL 4.7-11.3 Trombosit 132 10³/µL 142-424 Hematokrit 32.1 % 38-42 Hitung Eritrosit 3.84 10³/µL 4.0-5.0 MCV 83.5 fL 80-93 MCH 27.1 Pg 27-31 MCHC 32.5 g/dL 32-36 • Eosinofil (%) 2.2 % 0-3 • Basofil (%) 0.6 % 0-1 • Neutrofil (%) 72.6 % 50-62 • Limfosit (%) 18.3 % 25-40 • Monosit (%) 6.4 % 3-7 NLR (Neutrofil Limfosit Ratio) 4.0 ALC (Absolut Limfosit Count) 1473 FAAL-KOAGULASI PPT • Pasien 11.3 detik Beda dengan kontrol < 2 detik • Kontrol 10.9 detik • INR 1.05 APTT • Pasien 28.0 detik Beda dengan kontrol < 7 detik • Kontrol 28.00 detik KIMIA KLINIK Gula darah sewaktu 83 mg/dL < 140 IMUNO-SEROLOGI Anti HIV HIV 1 Non Reaktif Non Reaktif TPHA Negatif Negatif HbsAg Rapid Negatif Negatif HEMATOLOGI tanggal 07 Juli 2025 jam 18.46 WIB Hb 11.2 g/dl 12.0-16.0 Hitung Leukosit 8.85 10³/µL 4.7-11.3 Trombosit 144 10³/µL 142-424 Hematokrit 33.7 % 38-42 Hitung Eritrosit 4.07 10³/µL 4.0-5.0 MCV 82.7 fL 80-93 MCH 27.5 Pg 27-31 MCHC 33.3 g/dL 32-36 Eosinofil (%) 2.0 % 0-3 Basofil (%) 0.5 % 0-1 Neutrofil (%) 74.2 % 50-62 Limfosit (%) 16.8 % 25-40 Monosit (%) 6.5 % 3-7 NLR (Neutrofil Limfosit Ratio) 4.4 ALC (Absolut Limfosit Count) 1487 2. Terapi yang didapat Infus RL 500 cc drip oxytocin 2 amp/24 jam Infus RD 5 20 Tpm Injeksi metoclopramide 3 x 10 mg IV Injeksi paracetamol 3 x 1 gr IV
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut
Luaran (SLKI):
- Nyeri terkontrol: Menunjukkan ekspresi wajah rileks, skala nyeri menurun hingga ≤4.
- Kenyamanan meningkat: Pasien melaporkan mengalami peningkatan kenyamanan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait untuk memberikan terapi tambahan, seperti fisioterapi.
- Pantau efektivitas intervensi dan respons pasien terhadap nyeri.
- Berikan dukungan emosional dan informasi terkait nyeri yang dialami pasien.
2. Kecemasan
Luaran (SLKI):
- Kecemasan terkontrol: Pasien melaporkan tingkat kecemasan yang menurun.
- Respons koping adaptif: Pasien menunjukkan perilaku koping yang sesuai dengan situasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian kecemasan komprehensif, meliputi penyebab, tanda, dan gejala kecemasan.
- Berikan informasi yang akurat dan jelas terkait kondisi pasien dan proses perawatan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional dan praktis.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti teknik napas dalam dan visualisasi.
- Berikan lingkungan yang nyaman dan mengurangi stimulasi yang dapat memicu kecemasan.
- Berikan obat antiansietas sesuai instruksi medis, jika diperlukan.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
3. Gangguan integritas kulit
Luaran (SLKI):
- Integritas kulit membaik: Luka bedah menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang baik, tanpa komplikasi.
- Bebas infeksi: Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka bedah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian luka bedah secara komprehensif, meliputi lokasi, ukuran, kedalaman, dan kondisi luka.
- Berikan perawatan luka sesuai prosedur, termasuk pembersihan, debridemen, dan aplikasi balutan yang sesuai.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait untuk pemberian antibiotik, jika diperlukan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan tanda-tanda infeksi.
- Dorong mobilisasi dini sesuai toleransi pasien untuk mempercepat penyembuhan luka.
- Berikan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses penyembuhan.
Selain diagnosa keperawatan di atas, perawat juga perlu mempertimbangkan diagnosa lain yang relevan, seperti risiko gangguan perfusi jaringan, risiko konstipasi, dan defisit pengetahuan terkait proses persalinan dan perawatan pascaoperasi.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 19543 | 12 Jul 2025
Klinis : Sarah, seorang balita berusia 4 tahun, dibawa oleh orang tuanya untuk pemeriksaan rutin. Berat badan Sarah tercatat 8 kg, dengan tinggi badan 80 cm. Orang tuanya melaporkan bahwa anaknya tampak kurang semangat bermain dan sering terlihat lelah. Sarah sering rewel dan tidak nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penurunan massa otot dan kekurangan energi yang jelas. Orang tuanya mengungkapkan bahwa mereka merasa khawatir dengan perkembangan Sarah yang tampaknya lebih lambat dibandingkan dengan teman- temannya. Tanda dan Gejala: • Berat badan 8 kg, tinggi badan 80 cm (di bawah standar pertumbuhan) • Penurunan massa otot • Tampak lemah dan kurang semangat bermain • Sering rewel dan tidak nafsu makan • Gangguan pola makan yang tidak teratur Pertanyaan: 1. Apa patofisiologi dari gagal tumbuh pada anak, khususnya terkait dengan masalah nutrisi dan metabolisme? 2. Berdasarkan tanda dan gejala yang ada, apa diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan untuk Sarah? 3. Sebutkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan Sa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan Anda secara rinci dan terperinci.
1. Patofisiologi gagal tumbuh pada anak terkait masalah nutrisi dan metabolisme:
Gagal tumbuh pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama terkait dengan masalah nutrisi dan metabolisme. Pada kasus Sarah, terdapat indikasi kekurangan asupan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan dan tinggi badan di bawah standar pertumbuhan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
a. Asupan nutrisi yang tidak adekuat: Kurangnya asupan makanan yang bergizi dan seimbang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi, terutama protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
b. Gangguan penyerapan nutrisi: Kondisi medis tertentu, seperti malabsorpsi atau infeksi saluran pencernaan, dapat mengganggu penyerapan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
c. Peningkatan kebutuhan nutrisi: Pada anak-anak, kebutuhan nutrisi dapat meningkat pada masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Jika asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka dapat menyebabkan gagal tumbuh.
d. Faktor metabolisme: Gangguan metabolisme, seperti hipotiroidisme atau kelainan hormonal lainnya, dapat menghambat proses metabolisme yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.
2. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan tanda dan gejala yang ada, diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan untuk Sarah adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan gejala: Berat badan di bawah standar pertumbuhan, penurunan massa otot, tampak lemah dan kurang semangat bermain, sering rewel dan tidak nafsu makan.
b. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
- Definisi: Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang tidak sesuai dengan tahap usia.
- Tanda dan gejala: Berat badan dan tinggi badan di bawah standar pertumbuhan, gangguan pola makan, orang tua mengungkapkan keterlambatan perkembangan dibandingkan teman sebaya.
3. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Berat badan meningkat sesuai standar pertumbuhan
b. Peningkatan massa otot
c. Peningkatan energi dan semangat bermain
d. Pola makan teratur dan nafsu makan meningkat
e. Perkembangan sesuai tahap usia
4. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Kaji status nutrisi dan pola makan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
c. Edukasi orang tua tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
d. Monitoring berat badan dan pertumbuhan secara berkala
e. Stimulasi perkembangan dan aktivitas bermain yang sesuai usia
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, psikolog) untuk mengatasi keterlambatan perkembangan
g. Konseling dan dukungan psikologis bagi orang tua
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Sarah adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status nutrisi, perencanaan diet yang sesuai, edukasi orang tua, monitoring pertumbuhan, stimulasi perkembangan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, Sarah dapat mencapai luaran yang diharapkan, seperti peningkatan berat badan, massa otot, energi, pola makan, serta perkembangan yang sesuai dengan tahap usianya. -
Article No. 19544 | 12 Jul 2025
Klinis : Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
Definisi SDKI:
Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
Rentan mengalami perilaku agresif yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Definisi SLKI:
Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
Tindakan untuk mencegah terjadinya perilaku yang dapat menyebabkan bahaya atau kerugian terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Definisi SIKI:
Manajemen Risiko Perilaku Kekerasan (J.15651)
Intervensi untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan perilaku agresif yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Kode SDKI: 00138
Kode SLKI: I.14544
Kode SIKI: J.15651
Dalam praktik keperawatan, diagnosa Risiko Perilaku Kekerasan (00138) digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang rentan mengalami perilaku agresif yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544) dan Manajemen Risiko Perilaku Kekerasan (J.15651) untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan perilaku agresif tersebut. -
Article No. 19545 | 12 Jul 2025
Klinis : pasien post sc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien post SC (Sectio Caesarea) berdasarkan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien post SC:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- Penyebab: Pembedahan pada uterus (Sectio Caesarea).
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan nyeri pada area insisi, tampak meringis, dan skala nyeri tinggi.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
- Penyebab: Proses pembedahan yang dilakukan, luka insisi, dan faktor risiko lainnya.
- Gejala dan Tanda: Peningkatan suhu tubuh, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase pada area insisi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, dan muntah setelah pembedahan.
- Gejala dan Tanda: Berat badan menurun, asupan nutrisi rendah, dan kadar albumin serum rendah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien mempertahankan aktivitas sesuai toleransi.
2. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada area insisi.
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda infeksi (suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase).
- Pasien dapat merawat luka insisi dengan benar.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan rekomendasi.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
- Kadar albumin serum kembali normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan obat analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi dingin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengoptimalkan pengelolaan nyeri.
2. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase).
- Edukasikan pasien tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
- Berikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan, baik secara oral maupun parenteral jika diperlukan.
- Pantau berat badan dan kadar albumin serum pasien.
- Edukasikan pasien tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada tiga diagnosa keperawatan utama, diharapkan pasien post SC dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisinya dengan optimal. -
Article No. 19546 | 12 Jul 2025
Klinis : Atas bahu tidak bisa buat menengok kebawah dan keatas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu keterbatasan pergerakan atas bahu untuk menengok ke bawah dan ke atas, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M75.1
- Deskripsi: Frozen shoulder (Frozen shoulder)
Penjelasan:
- Kode M75.1 dalam ICD-10 mengacu pada kondisi yang dikenal sebagai "frozen shoulder" atau "adhesive capsulitis". Ini merupakan kondisi yang ditandai dengan keterbatasan gerakan aktif dan pasif pada sendi bahu, terutama dalam gerakan menengok ke bawah dan ke atas.
- Frozen shoulder dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera bahu, penyakit metabolik (misalnya diabetes), atau perubahan pada struktur jaringan di sekitar sendi bahu.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.92
- Deskripsi: Manipulation of shoulder under anesthesia (Manipulasi bahu di bawah anestesi)
Penjelasan:
- Kode 81.92 dalam ICD-9-CM Procedure mengacu pada manipulasi sendi bahu di bawah anestesi. Ini merupakan salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi frozen shoulder, dengan tujuan meningkatkan jangkauan gerakan dan mengurangi nyeri.
- Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis ortopedi atau dokter rehabilitasi medis, dan dilakukan di bawah anestesi umum atau regional agar pasien tidak merasakan nyeri selama manipulasi.
Dalam penatalaksanaan frozen shoulder, selain manipulasi bahu, pengobatan lain yang mungkin dilakukan mencakup terapi fisik, pemberian obat anti-inflamasi, dan suntikan kortikosteroid pada sendi bahu. -
Article No. 19547 | 12 Jul 2025
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode SDKI: [R-013]
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Kode SLKI: [P-007]
Definisi: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada individu.
Kode SIKI: [I-013]
Definisi: Tindakan perawatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada individu.
Penjelasan Singkat:
Risiko Infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti prosedur invasif, imunitas yang lemah, atau paparan lingkungan yang tidak higienis.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi mencakup tindakan pencegahan, seperti higiene personal, sterilisasi alat, dan tindakan aseptik. Selain itu, pemantauan tanda-tanda infeksi dan pemberian edukasi kepada pasien juga merupakan bagian penting dari pengelolaan risiko infeksi.
Kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) memberikan struktur yang terstandarisasi dalam mendokumentasikan dan mengomunikasikan diagnosa, intervensi, dan hasil keperawatan. Hal ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan efektif. -
Article No. 19548 | 12 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 67 tahun, Bapak Hasan, di rawat di rumah sakit dengan keluhan cepat lelah dan sesak napas saat berjalan dari ruang tamu ke kamar tidur. Keluhan dirasakan sejak seminggu terakhir dan semakin memburuk. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan baru didiagnosis dengan gagal jantung. Saat diperiksa, tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 125x/menit, pernapasan 28x/menit, dan saturasi oksigen 91%. Pasien terlihat lemah, berkeringat saat berbicara, dan mengatakan tidak kuat berjalan jauh karena langsung ngos-ngosan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Gagal jantung, hipertensi.
Gejala dan Tanda: Sesak napas saat beraktivitas, kelelahan, nadi cepat, pernapasan cepat, penurunan saturasi oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Perfusi Jantung Membaik
Indikator:
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Frekuensi nadi dalam batas normal
c. Pernapasan dalam batas normal
d. Saturasi oksigen dalam batas normal
e. Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Jantung
a. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, saturasi oksigen) secara teratur.
b. Auskultasi suara jantung dan paru untuk mendeteksi adanya abnormalitas.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat-obatan jantung.
d. Atur aktivitas dan istirahat pasien sesuai toleransi.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen penyakit jantung.
2. Manajemen Pernapasan
a. Monitor pola pernapasan dan tingkat kenyamanan pernapasan pasien.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
c. Latih pasien teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan fisik yang sesuai.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen pernapasan.
3. Manajemen Kelelahan
a. Monitor tanda-tanda kelelahan pada pasien.
b. Atur aktivitas dan istirahat pasien sesuai toleransi.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
d. Berikan dukungan emosional dan motivasi pada pasien.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen kelelahan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak" dipilih karena pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan aliran darah dan oksigen ke jantung, seperti sesak napas saat beraktivitas, kelelahan, nadi cepat, pernapasan cepat, dan penurunan saturasi oksigen. Hal ini disebabkan oleh kondisi gagal jantung dan hipertensi yang diderita pasien.
Luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jantung Membaik", yang ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas, serta peningkatan saturasi oksigen. Hal ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang mencakup manajemen jantung, manajemen pernapasan, dan manajemen kelelahan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, auskultasi jantung dan paru, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi, pengaturan aktivitas dan istirahat, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk memperbaiki perfusi jantung, mempertahankan pernapasan yang efektif, dan mengatasi kelelahan yang dialami pasien. -
Article No. 19549 | 12 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 67 tahun, Bapak Hasan, di rawat di rumah sakit dengan keluhan cepat lelah dan sesak napas saat berjalan dari ruang tamu ke kamar tidur. Keluhan dirasakan sejak seminggu terakhir dan semakin memburuk. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan baru didiagnosis dengan gagal jantung. Saat diperiksa, tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 125x/menit, pernapasan 28x/menit, dan saturasi oksigen 91%. Pasien terlihat lemah, berkeringat saat berbicara, dan mengatakan tidak kuat berjalan jauh karena langsung ngos-ngosan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI untuk Pasien Gagal Jantung**
**Nama Pasien**: Bapak Hasan
**Usia**: 67 tahun
**Kondisi Klinis**: Gagal jantung dengan gejala cepat lelah, sesak napas (dispnea), takikardia, dan saturasi oksigen rendah (91%).
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI – Kode: D.0016)**
**Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi**: Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat penurunan fungsi jantung, menyebabkan hipoksemia dan sesak napas.
**Faktor yang Berhubungan**:
- Penurunan curah jantung (gagal jantung).
- Peningkatan tekanan hidrostatik pulmonal (edema paru).
- Kelelahan otot pernapasan sekunder akibat hipoksia.
---
### **2. Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI – Kode: L.04012)**
**Mempertahankan Pertukaran Gas yang Adekuat**
**Indikator**:
- Saturasi oksigen ≥95% dalam 24–48 jam.
- Frekuensi pernapasan 12–20x/menit dalam 2 hari.
- Pasien melaporkan penurunan sesak napas saat aktivitas minimal (Skala Borg ≤3).
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI – Kode: I.09010, I.08003, I.13001)**
#### **a. Manajemen Jalan Napas (I.09010)**
- **Posisi Semi-Fowler/High Fowler** untuk memaksimalkan ekspansi paru.
- **Pemberian Oksigen** (2–4 L/menit via nasal kanul) sesuai indikasi.
- **Pantau tanda vital dan saturasi oksigen** setiap 2–4 jam.
#### **b. Edukasi Aktivitas Fisik (I.08003)**
- **Anjurkan istirahat antara aktivitas** untuk mengurangi beban jantung.
- **Latihan napas dalam** (diafragma) untuk meningkatkan ventilasi.
- **Batasi aktivitas berat** dan gunakan teknik penghematan energi.
#### **c. Manajemen Kecemasan (I.13001)**
- **Ajarkan relaksasi** (nafas dalam, guided imagery) untuk mengurangi stres.
- **Berikan penjelasan tentang kondisi** untuk meningkatkan kooperasi.
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (D.0016)**: Gangguan pertukaran gas dipilih karena hipoksemia (SpO₂ 91%) dan dispnea akibat gagal jantung.
- **SLKI (L.04012)**: Fokus pada perbaikan oksigenasi dan toleransi aktivitas.
- **SIKI**: Intervensi gabungan fisik dan psikologis untuk menstabilkan kondisi.
**Referensi**:
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
---
**Catatan**: Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen dan aktivitas dalam 24 jam untuk menyesuaikan intervensi. -
Article No. 19550 | 12 Jul 2025
Klinis : mual muntah kehamilan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi mual muntah pada kehamilan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: O21.0
- Deskripsi: Hiperemesis gravidarum dengan dehydrasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena untuk rehidrasi
Penjelasan:
Mual muntah pada kehamilan, yang juga dikenal sebagai hiperemesis gravidarum, merupakan kondisi di mana wanita hamil mengalami mual dan muntah yang signifikan hingga menyebabkan dehidrasi. Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah O21.0, yang menggambarkan hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi.
Dalam penanganan kasus ini, salah satu tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian cairan intravena untuk rehidrasi pasien. Kode ICD-9-CM yang sesuai untuk prosedur ini adalah 99.75, yang menggambarkan pemberian cairan intravena untuk rehidrasi.
Penting untuk mencatat bahwa kode-kode ini digunakan oleh tenaga medis, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi medis dan tindakan yang dilakukan dalam perawatan pasien. Penggunaan kode yang tepat membantu dalam proses penagihan, pengumpulan data epidemiologi, dan analisis tren kesehatan. -
Article No. 19551 | 12 Jul 2025
Klinis : harga diri rendah situasional
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "harga diri rendah situasional" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Harga Diri Rendah Situasional
Definisi: Perasaan negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak adekuat, yang disebabkan oleh situasi spesifik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Harga Diri
Definisi: Penilaian individu terhadap rasa keberhargaan dan kemampuan diri.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri.
b. Pasien dapat menunjukkan penerimaan diri.
c. Pasien dapat menunjukkan rasa percaya diri.
d. Pasien dapat menunjukkan rasa berharga.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Harga Diri
Definisi: Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri.
Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji faktor-faktor yang memengaruhi harga diri pasien, seperti pengalaman masa lalu, budaya, dan kondisi saat ini.
b. Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri.
c. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan persepsi terhadap diri sendiri.
d. Berikan umpan balik positif secara spesifik mengenai kemampuan dan potensi pasien.
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait asuhan keperawatan.
f. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan rasa percaya diri.
g. Berikan reinforcement positif saat pasien menunjukkan peningkatan harga diri.
h. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, konselor) jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan "Harga Diri Rendah Situasional" merupakan kondisi di mana pasien mengalami perasaan negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak adekuat, yang disebabkan oleh situasi spesifik. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, budaya, atau kondisi saat ini yang mempengaruhi penilaian pasien terhadap dirinya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah pasien dapat mencapai peningkatan harga diri. Kriteria hasil yang diharapkan mencakup pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, menunjukkan penerimaan diri, rasa percaya diri, dan rasa berharga. Ini menunjukkan bahwa pasien dapat memiliki penilaian positif terhadap dirinya sendiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Peningkatan Harga Diri. Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri. Aktivitas keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian faktor-faktor yang memengaruhi harga diri, membantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan persepsi terhadap diri sendiri, memberikan umpan balik positif, melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan, mendorong pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan rasa percaya diri, memberikan reinforcement positif, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Melalui intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya, sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan harga diri.