Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 375 | 22 Sep 2024
Klinis : Menurut faktor risiko pneumonia, ada beberapa kelompok individu yang rentan mengalami gangguan sistem pernafasan pneumonia. Manakah diantara pasien berikut ini yang paling kecil resikonya untuk mengalami gangguan tersebut? • Seorang perempuan 87 tahun yang tinggal di rumah jompo sejak 6 tahun terakhir dan mengalami diabetes O Seorang laki-laki yang dirawat dengan trakeostomi • Seorang bayi prematur dan BBLR vang lahir 3 hari alm O Seorang laki-laki usia 42 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertensi • Seorang laki-laki 28 tahun dengan diagnosa AIDS
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kasus-kasus yang disebutkan, pasien yang paling kecil risikonya untuk mengalami gangguan sistem pernapasan pneumonia adalah seorang laki-laki usia 42 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertensi.
Penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan panduan untuk mengidentifikasi dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Diagnosis keperawatan mencakup masalah kesehatan, potensi masalah, dan potensi kesehatan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah panduan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
- Luaran keperawatan berupa perubahan perilaku, fungsi, persepsi, atau status kesehatan pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah panduan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan meliputi aktivitas mandiri perawat, kolaboratif, dan rujukan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, seorang laki-laki usia 42 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertensi memiliki risiko paling kecil untuk mengalami gangguan sistem pernapasan pneumonia dibandingkan dengan pasien-pasien lainnya yang memiliki faktor risiko pneumonia yang lebih tinggi, seperti usia lanjut, diabetes, trakeostomi, bayi prematur, dan AIDS. -
Article No. 376 | 22 Sep 2024
Klinis : Pada Primary Hypertension Pathophysiology terjadi Stress dan Peningkatan Aktivitas Sistem Saraf Simpatis. Akibat yang terjadi dari kondisi ini adalah: Peningkatan Heart Rate (HR) • Peningkatan Vasokonstriksi • Vasodilatasi • Penurunan Pelepasan Renin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi Primary Hypertension Pathophysiology dengan gejala Peningkatan Heart Rate (HR), Peningkatan Vasokonstriksi, Vasodilatasi, dan Penurunan Pelepasan Renin adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Gangguan Perfusi Perifer
b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
2. Penjelasan singkat:
a. Gangguan Perfusi Perifer
- Definisi: Perubahan sirkulasi darah ke ekstremitas yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Penyebab: Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokonstriksi, dan penurunan pelepasan renin.
- Gejala: Peningkatan denyut nadi, rasa dingin pada ekstremitas, dan perubahan warna kulit.
b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen miokard.
- Penyebab: Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokonstriksi, dan peningkatan denyut jantung.
- Gejala: Peningkatan denyut jantung, rasa tidak nyaman di dada, dan penurunan curah jantung.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perbaikan Perfusi Perifer
- Perbaikan Perfusi Jaringan Kardiak
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Hipertensi
- Manajemen Aktivitas Jantung
- Manajemen Sirkulasi
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Primary Hypertension Pathophysiology adalah Gangguan Perfusi Perifer dan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak, dengan fokus intervensi pada manajemen hipertensi, aktivitas jantung, dan sirkulasi. -
Article No. 377 | 22 Sep 2024
Klinis : Pada Primary Hypertension Pathophysiology terjadi Stress dan Peningkatan Aktivitas Sistem Saraf Simpatis. Akibat yang terjadi dari kondisi ini adalah: • Peningkatan Heart Rate (HR) • Peningkatan Vasokonstriksi • Vasodilatasi • Penurunan Pelepasan Renin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan masyarakat.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan curah jantung, peningkatan denyut jantung, dan peningkatan vasokonstriksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, dan Manajemen Tekanan Darah.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan vasokonstriksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer yang efektif.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Tekanan Darah, dan Manajemen Vasokonstriksi.
Pada kondisi primary hypertension dengan patofisiologi stres dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, terjadi peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi, dan penurunan pelepasan renin. Hal ini dapat menyebabkan intoleransi aktivitas dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, yang perlu ditangani dengan intervensi keperawatan sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 378 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat ditentukan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien ini, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI terkait masing-masing diagnosa.
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya rasa nyeri, dapat beristirahat dengan nyaman, dan dapat beraktivitas tanpa menimbulkan rasa nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, termasuk pemberian analgetik, terapi non-farmakologis (kompres hangat, distraksi, relaksasi), dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur adalah perubahan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat tidur tanpa gangguan dan merasa segar saat bangun.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, dan memantau kualitas tidur pasien.
3. Diagnosa Keperawatan: Cemas
- SDKI: Cemas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan baik, dapat mengendalikan kecemasan, dan dapat beradaptasi dengan situasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kecemasan, pemberian dukungan emosional, dan terapi relaksasi.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Urinari
- SDKI: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Urinari adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke saluran kemih, kandung kemih, atau uretra, yang dapat mengganggu fungsi eliminasi urin.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan adanya perfusi jaringan urinari yang efektif, dapat berkemih dengan lancar, dan tidak mengalami komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan produksi urin, perawatan kateter, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah komplikasi.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien ini berkaitan dengan penanganan nyeri, gangguan pola tidur, kecemasan, dan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan urinari. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI terkait masing-masing diagnosa dapat memberikan gambaran tentang fokus asuhan keperawatan yang perlu diberikan. -
Article No. 379 | 22 Sep 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pola nafas tidak efektif:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah keadaan di mana frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, yang ditandai dengan:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Kedalaman napas adekuat
3. Irama napas teratur
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi pola napas tidak efektif antara lain:
1. Kaji tanda-tanda vital, irama, kedalaman, dan pola pernapasan
2. Lakukan oksigenasi sesuai kebutuhan
3. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ekspansi paru
4. Lakukan latihan pernapasan (napas dalam, tarik nafas lambat-lambat)
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan lebih lanjut (misalnya pemberian bronkodilator, mekanik ventilasi, dll)
Tujuan utama dari intervensi ini adalah untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif dan memenuhi kebutuhan oksigenasi yang adekuat. -
Article No. 380 | 22 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi tersebut adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sumbatan sekret, frekuensi napas dalam rentang normal, dan bunyi napas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain membantu pasien batuk efektif, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik pernapasan, dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal, mempertahankan kadar albumin normal, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau asupan dan output nutrisi, memberikan makanan yang mudah dicerna, dan memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi. -
Article No. 381 | 22 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
Penjelasan:
Pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan terdapat lesi di paru pada hasil rontgen. Berdasarkan gejala dan temuan klinis, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis.
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Bronkoskopi
Penjelasan:
Untuk mendiagnosis tuberkulosis paru secara lebih akurat, prosedur bronkoskopi mungkin dilakukan untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan mikrobiologis, histologis, atau sitologis. Kode ICD-9-CM 87.44 digunakan untuk prosedur bronkoskopi. -
Article No. 382 | 22 Sep 2024
Klinis : Gangguan eliminasi urin intervensinya apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan eliminasi urin:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan eliminasi urin
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan eliminasi urin: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara efektif.
- Karakteristik: Inkontinensia urin, retensi urin, poliuria, disuria, nokturia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan eliminasi urin: Mencapai pola eliminasi urin yang efektif sesuai kebutuhan individu.
- Indikator: Frekuensi berkemih normal, tidak ada inkontinensia urin, volume urin sesuai kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen eliminasi urin
- Tujuan: Membantu klien mencapai pola eliminasi urin yang efektif.
- Aktivitas: Mengkaji pola eliminasi urin, memfasilitasi latihan berkemih, mengelola kateter urin, mencegah komplikasi terkait gangguan eliminasi urin.
Intervensi Keperawatan:
1. Melakukan pengkajian komprehensif terkait pola eliminasi urin klien (frekuensi, volume, karakteristik urin, riwayat penyakit yang mempengaruhi).
2. Mengatur jadwal berkemih dan memfasilitasi latihan berkemih (seperti Kegel exercise) untuk membantu mengembalikan kontrol neuromuskular.
3. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman untuk proses eliminasi urin.
4. Memantau tanda-tanda infeksi saluran kemih dan melakukan tindakan pencegahan.
5. Mengajarkan teknik berkemih yang benar serta perawatan kateter urin (jika terpasang).
6. Memberikan edukasi dan konseling kepada klien dan keluarga terkait gangguan eliminasi urin serta manajemen yang tepat. -
Article No. 383 | 22 Sep 2024
Klinis : gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan rasa nyaman:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan cedera aktual atau potensial, atau yang dirasakan sebagai ancaman integritas tubuh.
2. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
- Definisi: Gangguan atau penurunan kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan fisik dan psikologis.
- Karakteristik Definisi:
- Mengeluh nyeri atau ketidaknyamanan fisik.
- Mengeluh cemas, depresi, atau takut.
- Menggunakan strategi koping yang tidak efektif.
- Menunjukkan perubahan tanda-tanda vital.
3. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
- Luaran yang Diharapkan:
- Tingkat nyeri menurun.
- Tingkat kecemasan menurun.
- Kemampuan menggunakan strategi koping yang efektif meningkat.
- Tanda-tanda vital normal.
4. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab dan karakteristik nyeri.
- Kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi dan non-farmakologi untuk mengatasi nyeri.
- Terapi Suportif
- Identifikasi sumber dan tingkat kecemasan.
- Ajarkan teknik-teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Berikan dukungan emosional.
- Peningkatan Koping
- Identifikasi koping yang efektif dan tidak efektif.
- Ajarkan strategi koping yang adaptif.
- Fasilitasi partisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI digunakan sebagai panduan untuk melakukan pengkajian, merumuskan masalah, menetapkan tujuan, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk pasien dengan gangguan rasa nyaman. -
Article No. 384 | 22 Sep 2024
Klinis : ketidakpatuhan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi ketidakpatuhan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z91.1
- Deskripsi: Ketidakpatuhan pasien dan kegagalan terlibat dalam penanganan kesehatan
Penjelasan:
- Kode Z91.1 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan kondisi ketidakpatuhan pasien terhadap penanganan kesehatannya.
- Kode ini mencakup situasi di mana pasien tidak mematuhi instruksi medis, pengobatan, atau rejimen perawatan yang disarankan oleh tenaga kesehatan.
- Kondisi ini dapat mempengaruhi hasil perawatan dan pemulihan pasien.
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk "ketidakpatuhan".
- Deskripsi: -
Penjelasan:
- Dalam ICD-9-CM, tidak ada kode yang secara khusus digunakan untuk mengkodekan kondisi "ketidakpatuhan".
- Namun, kondisi ini dapat tercakup dalam kode-kode terkait dengan kepatuhan pasien, seperti:
- V15.81 - Riwayat ketidakpatuhan terhadap pengobatan
- V65.2 - Konsultasi untuk penjelasan dan nasihat mengenai pengobatan