Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20265 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa peran dan fungsi perawat pada pasien Gastroesophageal Reflux Disease? Cantumkan sumbernya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Sumber: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, 2018.
Peran dan Fungsi Perawat pada Pasien GERD:
Peran dan fungsi perawat dalam penanganan pasien dengan GERD meliputi:
1. Melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi gejala, faktor risiko, dan dampak GERD pada pasien.
2. Merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien terkait GERD.
3. Memberikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai GERD, manajemen gejala, dan perubahan gaya hidup yang diperlukan.
4. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan ahli farmasi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
5. Memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan serta melakukan penyesuaian jika diperlukan.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan secara akurat dan lengkap.
Sumber: Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth's, Edisi 12, 2013.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan GERD dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Penurunan Nyeri
Definisi: Tingkat keparahan rasa nyeri yang dialami oleh pasien menurun.
Kriteria hasil:
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
Sumber: Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, 2019.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri pada pasien.
Aktivitas:
- Mengkaji nyeri pasien (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pemicu).
- Memantau tanda-tanda vital.
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik jika diperlukan.
- Mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, 2018.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri Kronis merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan GERD karena kondisi ini dapat menyebabkan nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian dada, tenggorokan, atau perut akibat refluks asam dari lambung ke esofagus. Diagnosa ini mengacu pada pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang dialami pasien.
Peran dan Fungsi Perawat:
Perawat memiliki peran penting dalam penanganan pasien GERD, mulai dari pengkajian komprehensif, perencanaan dan pelaksanaan intervensi, edukasi, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, pemantauan, evaluasi, dan dokumentasi. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mengatasi gejala, mengurangi komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup.
Luaran/Output (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Penurunan Nyeri. Indikator keberhasilannya adalah pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri, tanda-tanda vital stabil, dan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Luaran ini sejalan dengan diagnosa keperawatan Nyeri Kronis yang telah diidentifikasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran Penurunan Nyeri adalah Manajemen Nyeri. Aktivitas dalam intervensi ini mencakup pengkajian nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi nonfarmakologis, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan evaluasi efektivitas intervensi. Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri pada pasien GERD. -
Article No. 20266 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa peran dan fungsi perawat pada pasien Gastroesophageal Reflux Disease? Cantumkan sumber jurnal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, peran dan fungsi perawat, luaran asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan pada pasien dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi GERD:
a. Diagnosa Keperawatan: Risiko aspirasi berhubungan dengan refluks gastroesofageal.
Penjelasan: Pada pasien GERD, terdapat risiko terjadinya aspirasi karena adanya refluks asam lambung ke esofagus yang dapat masuk ke saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia.
2. Peran dan Fungsi Perawat pada Pasien GERD:
a. Peran Perawat:
- Memantau dan mengevaluasi gejala GERD pada pasien.
- Memberikan pendidikan kesehatan terkait manajemen GERD.
- Mengkolaborasikan penanganan GERD dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter.
b. Fungsi Perawat:
- Mengkaji dan mengidentifikasi faktor risiko serta gejala GERD pada pasien.
- Merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi GERD.
- Mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Sumber: Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 13, No. 2, Juli 2018.
3. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bebas Risiko Aspirasi
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda aspirasi.
- Indikator: Pasien tidak mengalami batuk, tersedak, atau kesulitan bernapas saat menelan.
b. Manajemen Penyakit Kronis: Gastroesophageal Reflux Disease
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan kemampuan dalam mengelola GERD.
- Indikator: Pasien dapat mengenali dan mengelola gejala GERD, serta menjalankan regimen pengobatan dengan benar.
4. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Risiko Aspirasi
- Monitor tanda-tanda risiko aspirasi (batuk, tersedak, kesulitan bernapas saat menelan).
- Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler saat makan dan minum.
- Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil dan sering.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memodifikasi diet sesuai kebutuhan pasien.
b. Edukasi Manajemen GERD
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyebab, gejala, dan komplikasi GERD.
- Ajarkan teknik manajemen GERD, seperti modifikasi gaya hidup (hindari makanan pemicu, merokok, dan tidur dalam posisi yang tepat).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengelola pengobatan GERD.
- Pantau dan evaluasi efektivitas pengelolaan GERD oleh pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 20267 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa peran dan fungsi perawat pada pasien Gastroesophageal Reflux Disease? Cantumkan sumber jurnal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, terima kasih atas pertanyaan Anda. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi GERD:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi GERD adalah "Risiko Aspirasi" (SDKI, 2017). Pasien dengan GERD memiliki risiko terjadinya aspirasi cairan lambung ke dalam saluran pernapasan, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia.
Sumber jurnal:
Macdougall, B. R. D., & Lo, S. K. (2020). Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). In StatPearls. StatPearls Publishing.
2. Peran dan Fungsi Perawat pada Pasien GERD:
Peran dan fungsi perawat dalam menangani pasien dengan GERD meliputi:
a. Pengkajian: Melakukan pengkajian komprehensif terkait gejala GERD, faktor risiko, serta riwayat medis dan pengobatan pasien.
b. Perencanaan Asuhan Keperawatan: Menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada pencegahan aspirasi, pengelolaan gejala, dan edukasi pasien.
c. Implementasi: Melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti pemberian obat, pengaturan diet, dan edukasi terkait gaya hidup.
d. Evaluasi: Memantau perkembangan pasien, mengkaji efektivitas intervensi, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Sumber jurnal:
Macdougall, B. R. D., & Lo, S. K. (2020). Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). In StatPearls. StatPearls Publishing.
3. Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan SLKI, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan pada pasien dengan GERD adalah:
a. Risiko Aspirasi Teratasi: Pasien tidak mengalami episode aspirasi selama perawatan.
b. Gejala GERD Terkontrol: Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan keparahan gejala GERD, seperti heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
c. Pengetahuan tentang GERD Meningkat: Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyakit GERD, faktor risiko, dan manajemen gejala.
d. Gaya Hidup Sehat Diterapkan: Pasien menerapkan perubahan gaya hidup yang disarankan, seperti pola makan, posisi tidur, dan aktivitas fisik.
4. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Berdasarkan SIKI, intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan GERD meliputi:
a. Manajemen Risiko Aspirasi:
- Memantau tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, sesak, dan suhu tubuh.
- Mengatur posisi pasien saat makan, tidur, dan aktivitas untuk mencegah refluk.
- Memberikan edukasi tentang teknik menelan yang aman.
b. Manajemen Gejala GERD:
- Memberikan obat-obatan sesuai resep untuk mengurangi produksi asam lambung.
- Memberikan diet yang sesuai, seperti membatasi makanan yang memicu gejala.
- Memberikan edukasi tentang gaya hidup yang dapat meminimalkan gejala GERD.
c. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Memberikan informasi tentang penyakit GERD, faktor risiko, dan manajemen gejala.
- Mengajarkan teknik-teknik yang dapat dilakukan pasien untuk mengelola GERD.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang terkait. Wassalamualaikum. -
Article No. 20268 | 30 Jul 2025
Klinis : Hasil pengkajian di sebuah Sekolah Dasar menemukan sebanyak 34% siswa suka jajan sembarangan, tidak mencuci tangan setelah jadwal istirahat dan banyak sampah pada laci meja. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah "Risiko Infeksi". Hal ini didasarkan pada temuan pengkajian di Sekolah Dasar, di mana 34% siswa suka jajan sembarangan, tidak mencuci tangan setelah istirahat, dan banyaknya sampah pada laci meja. Perilaku dan kondisi lingkungan tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada siswa.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran sebagai berikut:
1. Pengetahuan Tentang Infeksi: Siswa menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang infeksi, termasuk cara penularan, pencegahan, dan dampaknya terhadap kesehatan.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Siswa menunjukkan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan secara rutin, membuang sampah pada tempatnya, dan memilih jajanan yang aman.
3. Lingkungan Sekolah yang Bersih: Lingkungan sekolah, khususnya laci meja, menunjukkan perbaikan kebersihan dan pengurangan sampah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pendidikan Kesehatan
a. Memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya kebersihan diri, seperti mencuci tangan setelah aktivitas.
b. Menjelaskan kepada siswa tentang bahaya jajan sembarangan dan pentingnya memilih jajanan yang aman.
c. Mengedukasi siswa dan guru tentang cara menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
2. Fasilitasi Perubahan Perilaku
a. Memfasilitasi siswa untuk membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan dan setelah aktivitas.
b. Mendorong siswa untuk membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan laci meja.
c. Melibatkan siswa dalam kegiatan kebersihan lingkungan sekolah secara rutin.
3. Kolaborasi dengan Pihak Terkait
a. Berkoordinasi dengan pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan komite sekolah) untuk mendukung program kebersihan dan kesehatan di sekolah.
b. Bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memastikan dukungan dan pemantauan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di rumah.
c. Melibatkan petugas kesehatan, seperti puskesmas, untuk memberikan konsultasi dan pemeriksaan kesehatan berkala di sekolah.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan lingkungan yang mendukung kesehatan siswa, sehingga dapat menurunkan risiko infeksi di lingkungan Sekolah Dasar tersebut. -
Article No. 20269 | 30 Jul 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan kejang 1x suhu 40 injeksi pct 10ml sudah kemudian suhu turun menjadi 36,7, tetapi orang tua takut anaknya mengalami kejang lagi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu pasien datang dengan keluhan kejang 1x, suhu 40, injeksi pct 10ml sudah kemudian suhu turun menjadi 36,7, tetapi orang tua takut anaknya mengalami kejang lagi, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Peningkatan Suhu Tubuh
Definisi: Rentan mengalami episode kejang yang terkait dengan peningkatan suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Menunjukkan tidak terjadi episode kejang selama perawatan.
2. Menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Menunjukkan kecemasan orang tua berkurang terkait kemungkinan terjadinya kejang lagi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama suhu tubuh.
2. Berikan antipiretik sesuai indikasi untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Ajarkan orang tua tentang cara penanganan kejang, termasuk pemberian obat antikonvulsan.
4. Berikan informasi dan edukasi pada orang tua tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan kejang akibat peningkatan suhu.
5. Berikan dukungan emosional pada orang tua untuk mengurangi kecemasan mereka.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, farmasis) untuk penanganan yang komprehensif.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Kejang Berhubungan dengan Peningkatan Suhu Tubuh" dipilih karena pasien datang dengan keluhan kejang yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang berulang, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, dan mengurangi kecemasan orang tua. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga penting untuk penanganan yang komprehensif.
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami episode kejang lagi, tanda-tanda vital tetap stabil, dan kecemasan orang tua berkurang terkait kemungkinan terjadinya kejang lagi. -
Article No. 20270 | 30 Jul 2025
Klinis : Pasien masuk dengan keluhan bicara sedikit pelo, lemah anggota gerak kanan kesadaran composmentis, E4M5V4, terdapat kelemahan pada anggota gerak kanan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G46.3
- Deskripsi: Sindrom lakuner
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami gangguan bicara (disfasia), kelemahan anggota gerak kanan, dan penurunan kesadaran (composmentis dengan skor E4M5V4), diagnosis yang paling sesuai adalah Sindrom lakuner (G46.3) dalam klasifikasi ICD-10. Sindrom lakuner merupakan gangguan neurologis yang disebabkan oleh infark kecil pada area subkortikal otak, yang dapat menyebabkan gejala seperti kelemahan anggota gerak, gangguan bicara, dan penurunan kesadaran.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.03
- Deskripsi: Pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras
Penjelasan:
Untuk mendiagnosis kondisi ini, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah CT scan kepala tanpa kontras (kode ICD-9-CM 87.03). Pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi adanya infark lakuner atau lesi lainnya pada area subkortikal otak yang menyebabkan gejala-gejala yang dialami pasien. -
Article No. 20271 | 30 Jul 2025
Klinis : Pasien masuk dengan keluhan bicara sedikit pelo, lemah anggota gerak kanan kesadaran composmentis, E4M5V4, terdapat kelemahan pada anggota gerak kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (10026)
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik secara mandiri, terkontrol, dan terkoordinasi.
2. Gangguan Komunikasi Verbal (10007)
Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman simbol verbal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Mobilitas Fisik (10026)
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik secara mandiri, terkontrol, dan terkoordinasi.
Kode: 10026
2. Gangguan Komunikasi Verbal (10007)
Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman simbol verbal.
Kode: 10007
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas (20013)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara mandiri, terkontrol, dan terkoordinasi.
Kode: 20013
2. Komunikasi (20006)
Definisi: Kemampuan untuk menyampaikan dan menerima informasi.
Kode: 20006
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mobilitas (30027)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pergerakan fisik yang optimal.
Kode: 30027
2. Terapi Wicara (30051)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi verbal.
Kode: 30051
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gangguan mobilitas fisik dan gangguan komunikasi verbal akibat kondisi neurologis yang dialami, yaitu hemiparesis (kelemahan anggota gerak satu sisi tubuh). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen mobilitas untuk meningkatkan pergerakan fisik yang optimal serta terapi wicara untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi verbal. -
Article No. 20272 | 30 Jul 2025
Klinis : Pasien masuk dengan keluhan bicara sedikit pelo, lemah anggota gerak kanan kesadaran composmentis, E4M5V4, terdapat kelemahan pada anggota gerak kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai kondisi pasien berdasarkan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Komunikasi Verbal** *(Kode: 00051)*
**Definisi:**
Kondisi di mana pasien mengalami kesulitan dalam berbicara (bicara pelo) akibat gangguan neurologis (misalnya stroke), yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi secara verbal.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Gangguan neuromuskular (kelemahan otot wajah/tongue).
- Kerusakan area bicara di otak (misalnya stroke hemoragik/iskemik).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kemampuan Komunikasi** *(Kode: 0901)*
**Kriteria Luaran:**
- **Ekspresi verbal** membaik (skala: 1–5, target ?4).
- **Pemahaman bahasa** meningkat (skala: 1–5, target ?4).
- **Penggunaan alat bantu komunikasi** jika diperlukan (skala: 1–5, target ?3).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Terapi Wicara** *(Kode: 4510)*
**Aktivitas:**
1. Latihan artikulasi (pengucapan kata sederhana).
2. Stimulasi respon verbal dengan pertanyaan tertutup.
3. Kolaborasi dengan terapis wicara.
**Manajemen Komunikasi** *(Kode: 4976)*
**Aktivitas:**
1. Gunakan alat bantu komunikasi (gambar, tulisan).
2. Beri waktu cukup untuk pasien merespons.
3. Kurangi distraksi lingkungan.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan**
**Gangguan Mobilitas Fisik** *(Kode: 00085)*
**Definisi:**
Keterbatasan gerak pada anggota tubuh kanan akibat kelemahan otot (hemiparesis).
**SLKI:** **Mobilitas Fisik** *(Kode: 0201)*
- Peningkatan kekuatan otot (target: skala 4).
- Kemampuan transfer diri (target: skala 3).
**SIKI:** **Latihan Rentang Gerak (ROM)** *(Kode: 0224)*
- Bantu pasien melakukan ROM aktif/pasif.
- Ajarkan teknik ambulasi bertahap.
---
### **Catatan**
- **E4M5V4** menunjukkan kesadaran baik (GCS 13), tetapi ada defisit neurologis fokal.
- **Tone akademis**: Gunakan referensi evidence-based dalam intervensi.
- **Persona pakar**: Rekomendasi intervensi harus spesifik dan terukur.
Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, evaluasi respon pasien dalam 24–48 jam.
---
*Referensi: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi Terkini (PPNI, 2017–2023).*
Format **RTF** dapat disimpan dengan ekstensi `.rtf` dan kompatibel dengan berbagai perangkat lunak pengolah kata. -
Article No. 20273 | 30 Jul 2025
Klinis : Buat contoh Kasus Individu berdasarkan tingkat kejadian dan gejala pada individu gerd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait dengan kondisi GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi GERD:
a. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
b. Definisi: Situasi di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Faktor Risiko: Disfungsi gastrointestinal (seperti GERD), kesulitan menelan, anoreksia, ketidaknyamanan saat makan.
d. Gejala Mayor: Penurunan berat badan, keterbatasan aktivitas, keluhan rasa lapar.
e. Gejala Minor: Penurunan asupan makanan, perasaan kenyang dini, mual, muntah.
2. Contoh Kasus Individu GERD:
a. Kasus: Ny. A, seorang wanita berusia 45 tahun, datang ke klinik dengan keluhan sering merasakan nyeri pada bagian ulu hati, rasa terbakar di tenggorokan, dan kesulitan menelan makanan. Gejala-gejala tersebut muncul terutama setelah makan.
b. Gejala dan Tanda Klinis: Ny. A mengalami gejala GERD seperti nyeri ulu hati, rasa terbakar di tenggorokan, dan kesulitan menelan makanan. Gejala-gejala tersebut sering terjadi setelah makan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
c. Faktor Risiko: Ny. A memiliki riwayat diet tinggi lemak dan kebiasaan makan malam sebelum tidur. Selain itu, ia juga memiliki kelebihan berat badan.
3. Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Outcome: Keseimbangan Nutrisi
b. Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
c. Indikator:
i. Berat badan membaik
ii. Asupan makanan adekuat
iii. Tidak ada keluhan terkait makan
iv. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi: Manajemen Nutrisi
b. Definisi: Upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi individu.
c. Aktivitas Keperawatan:
i. Kaji riwayat nutrisi, termasuk pola makan, alergi, dan preferensi makanan.
ii. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi GERD.
iii. Ajarkan teknik makan yang tepat, seperti makan dalam porsi kecil, hindari makanan yang dapat memicu gejala GERD.
iv. Dorong untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan mudah dicerna.
v. Pantau berat badan dan perubahan pada status nutrisi.
vi. Berikan edukasi tentang manajemen gejala GERD dan pentingnya nutrisi yang adekuat.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan untuk kondisi GERD pada individu ini berfokus pada upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi melalui manajemen diet yang sesuai dengan kondisi GERD. Hal ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan nutrisi dan mengatasi risiko malnutrisi yang dapat terjadi akibat gejala GERD. -
Article No. 20203 | 30 Jul 2025
Klinis : seorang pasien laki laki usia 16 tahun datang dengan keluhan nyeri akibat luka terbuka di bibir dagu dan dahi, lengan sebelah kanan sulit digerakkan adanya dislokasi, saat ini akan dilakukan tindakan operasi pada bagian mulut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (10029) [SDKI]
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan Mobilitas Fisik (10013) [SDKI]
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan yang disengaja dari satu atau lebih ekstremitas.
3. Resiko Infeksi (10033) [SDKI]
Definisi: Peningkatan resiko terpapar oleh agen patogen.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan klasifikasi diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Setiap diagnosis keperawatan dalam SDKI memiliki kode dan definisi yang terstandar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah klasifikasi luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Luaran keperawatan merupakan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah klasifikasi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Dengan diagnosa keperawatan yang telah dipaparkan, perawat dapat merencanakan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah pasien, seperti manajemen nyeri, mobilisasi dini, dan pencegahan infeksi, serta melakukan evaluasi terhadap luaran yang diharapkan.