Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 22278 | 21 Oct 2025
Klinis : Posyandu Permata Hati memiliki sasaran jumlah bayi 13 dan jumlah balita 65, jumlah ibu hamil 5 orang. Status Kesehatan pada bayi dan balita (BB/umur) 85% dengan gizi baik, 12% dengan status gizi kurang dan 3% dengan status gizi buruk. Berdasarkan data (TB/umur) didapatkan 20% dengan sangat pendek, 15% dengan pendek dan sisanya dengan kondisi norml. Dari 5 ibu hamil 25% dengan keuhan pusing dan anemis, ANC rata2 baru 3x kunjungan. Tidak ada ibu hamil yang minum tablet tambah darah. Rata2 kunjungan ke Posyandu perbulan 65% dan yang berkunjung ibu dengan bayi dan balita sedangkan ibu hamil tidak ada yang memanfaatkan posyandu. Alasan kunjungan rendah ke posyandu karena tidak ada PMT, jadwal posyandu yang berubah-ubah dan kader kesehatannya judes. Jumlah kader Kesehatan 6 orang untuk kegiatan posyandu dan posbindu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Gagal mendapatkan konten dari API. Cek log server atau API Key.
-
Article No. 22279 | 21 Oct 2025
Klinis : Posyandu Permata Hati memiliki sasaran jumlah bayi 13 dan jumlah balita 65, jumlah ibu hamil 5 orang. Status Kesehatan pada bayi dan balita (BB/umur) 85% dengan gizi baik, 12% dengan status gizi kurang dan 3% dengan status gizi buruk. Berdasarkan data (TB/umur) didapatkan 20% dengan sangat pendek, 15% dengan pendek dan sisanya dengan kondisi norml. Dari 5 ibu hamil 25% dengan keuhan pusing dan anemis, ANC rata2 baru 3x kunjungan. Tidak ada ibu hamil yang minum tablet tambah darah. Rata2 kunjungan ke Posyandu perbulan 65% dan yang berkunjung ibu dengan bayi dan balita sedangkan ibu hamil tidak ada yang memanfaatkan posyandu. Alasan kunjungan rendah ke posyandu karena tidak ada PMT, jadwal posyandu yang berubah-ubah dan kader kesehatannya judes. Jumlah kader Kesehatan 6 orang untuk kegiatan posyandu dan posbindu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10:
Kondisi: Masalah Aksesibilitas dan Pemanfaatan Layanan Kesehatan Primer (Posyandu)
Kode ICD-10: Z75.3
Deskripsi Singkat : Kode Z75.3 (Unavailability and inaccessibility of health-care facilities) digunakan untuk mengidentifikasi situasi di mana layanan kesehatan tidak dapat diakses atau dimanfaatkan oleh populasi sasaran. Kondisi ini secara akurat menggambarkan situasi di Posyandu Permata Hati, di mana tingkat kunjungan rendah (65%) dan ibu hamil
Article No. 22280 | 21 Oct 2025
Klinis : Pasien Ny A, 68 tahun, datang ke IGD RS X dengan keluhan badan kaku, sulit digerakkan dan beberapa kali kejang. Dua minggu Sebelum MRS, terkena tusukan duri tanaman di bagian jempol kanan dan mengalami bengkak, bernanah, dan kemerahan. Satu minggu Sebelum MRS, pasien demam, sakit kepala dan nyeri tenggorokan dan 2 hari Sebelum MRS, badan kaku-kaku semua sulit digerakkan, dan kadang suka kejang badan seperti terhentak-terhentak dan napas jadi seperti kedut-kedut. Satu hari Sebelum MRS mulai sulit menelan dan sering tersedak. Selama di IGD pasien dilakukan pengkajian dan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) dengan hasil KU lemah, TD 202/160 mmHg, N 72x/menit, RR 32x/menit, SpO2 97%, dan T 37C. Pasien didiagnosa dengan Tetanus grade II dengan abses manus dextra.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Gagal mendapatkan konten dari API. Cek log server atau API Key.
Article No. 22281 | 21 Oct 2025
Klinis : klien umur 67 th mengatakan mengeluh bab 5x dalam seharu dengan konsistensi cair dan berlendir, warna tinja coklat. TD : 105/47 Nadi 72x/mnt mukosa bibir kering klien tampak lemah bibir tampak pucat integumen tampak pucat turgor menurun crt >2 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Gagal mendapatkan konten dari API. Cek log server atau API Key.
Article No. 22282 | 21 Oct 2025
Klinis : klien umur 67 th mengatakan mengeluh bab 5x dalam seharu dengan konsistensi cair dan berlendir, warna tinja coklat. TD : 105/47 Nadi 72x/mnt mukosa bibir kering klien tampak lemah bibir tampak pucat integumen tampak pucat turgor menurun crt >2 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Hipovolemia
Kode SDKI: D.0023
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Hipovolemia, sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), didefinisikan sebagai kondisi penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular. Ini adalah salah satu diagnosis keperawatan yang paling fundamental dan kritis karena cairan merupakan komponen esensial bagi seluruh fungsi seluler dan sistemik tubuh. Keseimbangan cairan yang adekuat, atau homeostasis, sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah, perfusi jaringan, transportasi nutrisi dan oksigen, serta pembuangan produk sisa metabolisme. Gangguan pada volume cairan ini dapat memicu serangkaian respons fisiologis kompensasi yang jika gagal atau tidak tertangani, dapat berujung pada kondisi yang mengancam jiwa seperti syok hipovolemik.
Penyebab hipovolemia sangat bervariasi dan dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok utama. Penyebab yang paling umum adalah kehilangan cairan aktif, seperti yang dialami oleh klien dalam kasus ini. Diare berat (BAB 5 kali sehari dengan konsistensi cair) merupakan jalur utama kehilangan cairan dan elektrolit dari saluran gastrointestinal. Setiap episode diare cair dapat mengeluarkan sejumlah besar air, natrium, kalium, dan bikarbonat, yang secara cepat menguras cadangan cairan tubuh. Penyebab kehilangan cairan aktif lainnya termasuk perdarahan (eksternal atau internal), muntah berlebihan, drainase luka yang masif, atau penggunaan diuretik yang tidak terkontrol. Faktor lain yang dapat menyebabkan hipovolemia adalah kegagalan mekanisme regulasi, seperti pada kondisi diabetes insipidus di mana tubuh tidak dapat mengkonsentrasikan urine, atau pada penyakit ginjal tahap lanjut. Peningkatan permeabilitas kapiler, seperti yang terjadi pada sepsis atau luka bakar, juga dapat menyebabkan cairan bergeser dari ruang intravaskular ke interstisial, mengurangi volume sirkulasi efektif. Selain itu, asupan cairan yang tidak memadai (kekurangan intake), baik karena mual, kelemahan, atau penurunan kesadaran, dapat memperburuk atau menjadi penyebab utama hipovolemia, terutama pada populasi rentan seperti lansia.
Pada klien lansia berusia 67 tahun, risiko mengalami hipovolemia akibat diare menjadi lebih tinggi. Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan cadangan fisiologis, termasuk penurunan persentase total air dalam tubuh, penurunan fungsi ginjal untuk mengkonsentrasikan urine, dan sering kali mekanisme rasa haus yang tumpul. Hal ini membuat mereka tidak mampu mengkompensasi kehilangan cairan secepat individu yang lebih muda.
Manifestasi klinis hipovolemia mencerminkan upaya tubuh untuk mengkompensasi penurunan volume sirkulasi dan penurunan perfusi jaringan. Tanda dan gejala diklasifikasikan menjadi mayor dan minor.
Gejala dan Tanda Mayor yang relevan dengan kasus ini meliputi:
1. **Tekanan Darah Menurun:** TD 105/47 mmHg menunjukkan hipotensi. Penurunan volume darah dalam sirkulasi menyebabkan penurunan tekanan yang diberikan pada dinding arteri.
2. **Turgor Kulit Menurun:** Ini adalah tanda klasik dehidrasi. Ketika kulit dicubit, ia kembali ke posisi semula dengan lambat karena berkurangnya cairan di jaringan interstisial.
3. **Membran Mukosa Kering:** Mukosa bibir yang kering adalah indikator langsung dari deplesi cairan sistemik.
Gejala dan Tanda Minor yang teridentifikasi pada klien ini meliputi:
1. **Perasaan Lemah:** Klien tampak lemah. Ini disebabkan oleh penurunan perfusi ke otot-otot rangka dan penurunan volume sirkulasi yang mengurangi pengiriman oksigen dan energi ke sel-sel tubuh.
2. **Pucat:** Bibir dan integumen yang tampak pucat disebabkan oleh vasokonstriksi perifer. Tubuh secara refleks menyempitkan pembuluh darah di kulit dan ekstremitas untuk mengalihkan sisa volume darah ke organ-organ vital seperti otak, jantung, dan ginjal.
3. **Pengisian Kapiler (CRT) Melambat:** CRT >2 detik menunjukkan perfusi perifer yang buruk. Ini adalah konsekuensi langsung dari penurunan volume sirkulasi dan vasokonstriksi kompensasi.
Secara keseluruhan, data yang disajikan—diare 5 kali sehari, mukosa kering, kelemahan, pucat, turgor menurun, CRT melambat, dan hipotensi—secara kolektif membangun gambaran klinis yang kuat untuk diagnosis hipovolemia. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosis ini secara akurat adalah langkah pertamaArticle No. 22283 | 21 Oct 2025
Klinis : klien umur 67 th mengatakan mengeluh bab 5x dalam seharu dengan konsistensi cair dan berlendir, warna tinja coklat. TD : 105/47 Nadi 72x/mnt mukosa bibir kering klien tampak lemah bibir tampak pucat integumen tampak pucat turgor menurun crt >2 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Hipovolemia
Kode SDKI: D.0023
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Hipovolemia adalah suatu kondisi patofisiologis dimana terjadi penurunan volume cairan intravaskular, yaitu volume darah yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Kondisi ini juga seringkali melibatkan penurunan cairan di kompartemen interstisial dan intraselular, yang secara kolektif dikenal sebagai dehidrasi. Hipovolemia bukanlah sebuah penyakit, melainkan manifestasi dari suatu proses penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama hipovolemia adalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan, asupan cairan yang tidak adekuat, atau perpindahan cairan dari intravaskular ke ruang ketiga (third-spacing). Dalam konteks kasus ini, diare berat (BAB 5x sehari dengan konsistensi cair) merupakan penyebab utama kehilangan cairan dan elektrolit secara aktif dari saluran gastrointestinal.
Secara fisiologis, tubuh manusia memiliki mekanisme kompensasi yang canggih untuk mempertahankanArticle No. 22284 | 21 Oct 2025
Klinis : DEVISIT NUTRISI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10:
Kondisi: Defisit Nutrisi / Malnutrisi Tidak Spesifik
Kode ICD-10: E46
Deskripsi Singkat : Kode ini digunakan untuk kondisi malnutrisi yang tidak dijelaskan secara spesifik. Malnutrisi adalah keadaan ketika tubuh tidak mendapatkan cukup nutrisi penting seperti kalori, protein, vitamin, dan mineral untuk berfungsi dengan baik. Ini dapat menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan, dan gangguan fungsi organ. Kode E46 diterapkan ketika diagnosis tidak merinci jenis malnutrisi yang lebih spesifik (misalnya, kwashiorkor atau marasmus).
***PERINGATAN: Informasi dan kode ini adalah SARAN untuk tujuan DIKLAT/SIMULASI dan BUKAN pengganti kodifikasi resmi oleh profesional medis.***
Article No. 22285 | 21 Oct 2025
Klinis : pasien mengatakan mual dan muntah usia 45 tahun diagnosa medis observasi vomiting
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI:
Kondisi: Nausea
Kode SDKI: D.0076
Definisi dan Deskripsi SDKI (500-1000 kata): Nausea, atau mual, didefinisikan sebagai perasaan subjektif yang tidak nyaman, tidak nyeri, dan seperti gelombang di bagian belakang tenggorokan, epigastrium, atau perut yang dapat mendahului atau tidak terjadinya muntah. Ini adalah gejala yang sangat umum dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi fisiologis, psikologis, dan situasional. Dalam konteks keperawatan, nausea dianggap sebagai diagnosis keperawatan yang memerlukan intervensi spesifik untuk meningkatkan kenyamanan pasien, mencegah komplikasi seperti dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, serta memastikan asupan nutrisi yang adekuat. Patofisiologi nausea melibatkan sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf otonom. Pusat muntah (vomiting center) yang terletak di medula oblongata di batang otak menerima sinyal dari berbagai sumber. Sumber-sumber ini termasuk Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) yang sensitif terhadap rangsangan kimia dalam darah atau cairan serebrospinal, sistem vestibular di telinga dalam yang mendeteksi gerakan dan keseimbangan, korteks serebral yang memproses rangsangan emosional dan sensorik (seperti bau atau pemandangan yang tidak menyenangkan), serta saraf aferen vagal dari saluran gastrointestinal yang merespons iritasi atau peregangan. Aktivasi dari salah satu atau lebih jalur ini dapat memicu sensasi mual.
Penyebab/Faktor Risiko:
Penyebab nausea sangat bervariasi dan dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Fisiologis: Gangguan biokimia (misalnya uremia, ketoasidosis diabetik), gangguan pada lambung atau esofagus (misalnya penyakit refluks gastroesofageal, gastroparesis), peregangan kapsul hati atau limpa, iritasi peritoneal, tumor intra-abdomen, penyakit Meniere, mabuk perjalanan (motion sickness), kehamilan (morning sickness), nyeri jantung (infark miokard), dan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Psikologis: Stres, kecemasan, ketakutan, dan gangguan emosional lainnya dapat memicu mual melalui jalur kortikal ke pusat muntah. Kondisi seperti anoreksia nervosa atau bulimia juga sering disertai dengan mual.
3. Situasional (Efek Agen Farmakologis dan Terapi): Banyak obat yang memiliki efek samping mual, termasuk agen kemoterapi, opioid, antibiotik, dan anestesi. Terapi radiasi, terutama pada area perut, dada, atau otak, juga merupakan penyebab umum mual. Paparan toksin atau racun juga dapat merangsang CTZ dan menyebabkan mual yang hebat.
Gejala dan Tanda Mayor:
Data Subjektif:
• Mengeluh mual.
• Merasa ingin muntah.
• Merasa asam di mulut.
Data Objektif:
• Tidak tersedia.
Gejala dan Tanda Minor:
Data Subjektif:
• Merasa tidak nyaman di lambung.
• Merasa enggan untuk makan.
• Merasa pusing.
Data Objektif:
• Saliva berlebih (hipersalivasi).
• Wajah pucat.
• Keringat dingin.
• Takikardia.
• Pupil dilatasi.
• Sering menelan.
Kondisi Klinis Terkait:
Nausea sering ditemukan pada pasien dengan kondisi seperti: Kanker, kemoterapi, terapi radiasi, meningitis, ensefalitis, tumor otak, hidrosefalus, cedera kepala, labirinitis, glaukoma, gastritis, ulkus peptikum, pankreatitis, kolesistitis, hepatitis, gagalArticle No. 22286 | 21 Oct 2025
Klinis : Ds: Pasien mengatakan batuk terus-menerus sejak 2 mingu yang lalu. Do: Terdapat suara ronchi basah kasar Terdapat secret encer berwrnah merah RR: 35x/mnt SpO2 : 90%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: ```html
Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, SIKI Berdasarkan Kondisi Pasien
Kondisi Pasien
Berdasarkan data yang diperoleh dari pasien:
- Data Subjektif (Ds): Pasien mengatakan batuk terus-menerus sejak 2 minggu yang lalu.
- Data Objektif (Do):
- Terdapat suara ronchi basah kasar.
- Terdapat sekret encer berwarna merah.
- RR: 35x/mnt (Takipnea).
- SpO2: 90% (Hipoksemia).
Analisis data menunjukkan adanya masalah pada jalan napas yang ditandai dengan penumpukan sekret, gangguan pola napas, dan penurunan saturasi oksigen. Ronchi basah kasar dan sekret berwarna merah mengindikasikan adanya iritasi atau perdarahan ringan pada saluran napas, serta ketidakmampuan pasien untuk membersihkan jalan napas secara efektif. Takipnea dan hipoksemia adalah respons kompensasi tubuh terhadap gangguan oksigenasi dan ventilasi.
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Berdasarkan data di atas, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001) berhubungan dengan Hipersekresi Jalan Napas ditandai dengan Batuk Tidak Efektif, Ronchi Basah Kasar, Sputum Berwarna Merah, Takipnea, dan Penurunan Saturasi Oksigen.
Penjelasan SDKI
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI digunakan untuk mengidentifikasi dan menamai masalah kesehatan aktual atau potensial yang dialami pasien, yang dapat diatasi melalui intervensi keperawatan.
Komponen
Detail
Kode Diagnosa
D.0001
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab (Etiologi)
Hipersekresi jalan napas.
(Didukung oleh adanya ronchi basah kasar dan sekret encer berwarna merah).
Batasan Karakteristik (Data Mayor & Minor)
- Subjektif: Batuk tidak efektif (pasien mengatakan batuk terus-menerus).
- Objektif:
- Ronchi basah kasar.
- Sputum berlebihan (sekret encer berwarna merah).
- Frekuensi napas berubah (RR: 35x/mnt).
- Saturasi oksigen menurun (SpO2: 90%).
Luaran Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan luaran utama yang tercapai adalah:
Bersihan Jalan Napas (L.01001) meningkat.
Penjelasan SLKI
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SLKI digunakan untuk merumuskan tujuan dan kriteria hasil yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu (SMART) sebagai indikator keberhasilan intervensi keperawatan.
Komponen
Detail
Kode Luaran
L.01001
Definisi
Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Kriteria Hasil (Setelah Intervensi)
- Batuk efektif meningkat (dari tidak efektif menjadi efektif).
- Produksi sputum menurun (dari berlebihan menjadi normal).
- Suara napas tambahan (ronchi) menurun (dari ada menjadi tidak ada).
- Frekuensi napas membaik (dari 35x/mnt menjadi 12-20x/mnt).
- Saturasi oksigen membaik (dari 90% menjadi 95-100%).
- Dispnea menurun (dari ada menjadi tidak ada).
Article No. 22287 | 21 Oct 2025
Klinis : Berdasarkan hasil survey lapangan, kasus kekerasan di Desa A sudah mengalami penurunan. Masyarakat terlihat sudah mulai mengaktifkan Kembali kegiatan-kegiatan ronda warga, gotong royong bersama, kegiatan olahraga bersama setiap sore di lapangan RW. Pak RW mengatakan kegiatan ini sudah direncanakan dan hampir seluruh warga terlibat pada pelaksanaan kegiatan tersebut, balai RW sudah dimanfaatkan kembali untuk memecahkan masalah warga. Warga juga sangat senang karena sudah dapat memanfaatkan kembali fasilitas lapangan dan taman di dekat Balai RW.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: ```html
Diagnosa Keperawatan Komunitas Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI
Berdasarkan hasil survei lapangan di Desa A, terlihat adanya indikasi kuat terhadap peningkatan kapasitas dan resiliensi komunitas. Penurunan kasus kekerasan, pengaktifan kembali kegiatan-kegiatan positif seperti ronda, gotong royong, dan olahraga, serta pemanfaatan fasilitas umum dan balai RW untuk musyawarah, menunjukkan bahwa komunitas tidak hanya beradaptasi tetapi juga secara proaktif meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah. Keterlibatan hampir seluruh warga dan perencanaan yang matang oleh Pak RW menegaskan adanya kesiapan komunitas untuk mengoptimalkan koping mereka.
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas (D.0120) adalah pola aktivitas komunitas untuk adaptasi dan pemecahan masalah yang efektif dan dapat ditingkatkan. Diagnosa ini dipilih karena komunitas Desa A telah menunjukkan perilaku adaptif yang kuat dan keinginan untuk meningkatkan kemampuan koping mereka secara kolektif.
- Data Subjektif:
- Pak RW mengatakan kegiatan sudah direncanakan dan hampir seluruh warga terlibat.
- Warga sangat senang karena sudah dapat memanfaatkan kembali fasilitas lapangan dan taman.
- Data Objektif (Karakteristik Mayor yang Ditemukan):
- Kasus kekerasan di Desa A sudah mengalami penurunan.
- Masyarakat sudah mulai mengaktifkan kembali kegiatan ronda warga, gotong royong, dan olahraga bersama.
- Balai RW sudah dimanfaatkan kembali untuk memecahkan masalah warga.
- Hampir seluruh warga terlibat pada pelaksanaan kegiatan tersebut.
- Warga sudah dapat memanfaatkan kembali fasilitas lapangan dan taman di dekat Balai RW.
- Rasionalisasi Pemilihan Diagnosa: Kondisi Desa A menunjukkan bahwa komunitas tidak berada dalam kondisi defisit koping, melainkan telah menunjukkan inisiatif dan keberhasilan dalam mengelola masalah (penurunan kekerasan) dan meningkatkan kesejahteraan. Mereka memiliki sumber daya (balai RW, lapangan, taman), strategi (ronda, gotong royong, musyawarah), dan partisipasi aktif yang menandakan kesiapan untuk mengoptimalkan dan memperkuat koping komunitas mereka lebih lanjut.
2. Luaran Keperawatan (SLKI)
Penjelasan SLKI:
- Definisi: Koping Komunitas (L.09070) adalah adaptasi komunitas terhadap perubahan atau ancaman yang efektif. Luaran ini dipilih untuk mengukur sejauh mana komunitas dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan adaptif serta pemecahan masalah mereka.
- Kriteria Hasil (Diharapkan Meningkat/Membaik):
- Partisipasi dalam kegiatan komunitas (dari 4 menjadi 5: meningkat signifikan)
- Dukungan sosial (dari 4 menjadi 5: meningkat signifikan)
- Pemanfaatan sumber daya (dari 4 menjadi 5: meningkat signifikan)
- Penyelesaian masalah (dari 4 menjadi 5: meningkat signifikan)
- Kualitas hidup (dari 4 menjadi 5: meningkat signifikan)
- Angka kejadian masalah (dari 2 menjadi 1: menurun signifikan)
- Kepuasan komunitas (dari 4 menjadi 5: meningkat signifikan)
*Skala 1 = Menurun/Memburuk, 2 = Cukup Menurun/Cukup Memburuk, 3 = Sedang, 4 = Cukup Meningkat/Cukup Membaik, 5 = Meningkat/Membaik Signifikan.
- Rasionalisasi Pemilihan Luaran: Dengan memilih luaran "Koping Komunitas", perawat dapat secara spesifik mengevaluasi efektivitas intervensi dalam memperkuat kemampuan komunitas untuk beradaptasi, memecahkan masalah, dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Kriteria hasil yang dipilih mencerminkan aspek-aspek positif yang sudah terlihat di Desa A dan perlu dipertahankan serta ditingkatkan.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)