Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7121 | 26 Nov 2024
Klinis : Anak usia 3 tahun, malu ketika bertemu dengan orang lain karena takut diculik walaupun tidak ada pengalaman diculik. Suara rendah ketika berbicara dan jarang menatap lawan bicara namun tetap mendengarkan aktif dan konsentrasi. Pasien mengatakan sering dimarahi orang tuanya dan ibu pasien masih mencoba untuk memarahi dengan bahasa lebih baik. Pasien menyukai mata dan mulutnya. Memiliki teman dan senang bermain. Orang tuanya mendukung penuh jika anak ingin bereksplorasi dengan sekitarnya dan memasukkan pasien ke dalam les renang dan nari. Pasien dapat mengenali warna dan menentukan warna favoritnya. Menggambar, mewarnai, membaca dan menyusun puzzle dengan sangat baik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Harga Diri Rendah, Situasional
- Definisi: Penilaian negatif yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri secara situasional.
- Karakteristik: Malu, takut, ragu-ragu, menghindari kontak mata, menarik diri dari interaksi sosial.
2. Komunikasi Verbal Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan bahasa lisan untuk bertukar informasi.
- Karakteristik: Suara rendah, jarang menatap lawan bicara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Harga Diri Meningkat
- Definisi: Penilaian positif yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri.
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri
- Pasien dapat menerima pujian dan kritik secara konstruktif
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu atau takut
2. Komunikasi Verbal Efektif
- Definisi: Kemampuan individu untuk menggunakan bahasa lisan secara efektif dalam bertukar informasi.
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat berbicara dengan nada suara yang wajar
- Pasien dapat mempertahankan kontak mata selama berkomunikasi
- Pasien dapat mendengarkan dan menanggapi dengan aktif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Harga Diri Meningkat:
- Identifikasi faktor penyebab rendahnya harga diri
- Kembangkan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasien
- Berikan pujian dan penguatan positif secara spesifik
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan harga diri
- Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan
2. Untuk Komunikasi Verbal Efektif:
- Latih teknik berbicara dengan nada suara yang wajar
- Minta pasien untuk berlatih mempertahankan kontak mata saat berbicara
- Dorong pasien untuk aktif mendengarkan dan menanggapi dalam komunikasi
- Berikan umpan balik positif saat pasien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan komunikasi verbal
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosis Keperawatan SDKI yang dipilih berdasarkan kondisi pasien adalah Harga Diri Rendah, Situasional dan Komunikasi Verbal Terganggu. Pasien mengalami penilaian negatif terhadap diri sendiri secara situasional, ditandai dengan rasa malu, takut, dan menghindari interaksi sosial. Selain itu, pasien juga mengalami keterbatasan dalam penggunaan bahasa lisan, seperti suara rendah dan jarang menatap lawan bicara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Harga Diri Meningkat dan Komunikasi Verbal Efektif. Untuk Harga Diri Meningkat, diharapkan pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, menerima pujian dan kritik secara konstruktif, serta berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu atau takut. Untuk Komunikasi Verbal Efektif, diharapkan pasien dapat berbicara dengan nada suara yang wajar, mempertahankan kontak mata selama berkomunikasi, serta mendengarkan dan menanggapi dengan aktif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi:
1. Untuk Harga Diri Meningkat:
- Identifikasi faktor penyebab rendahnya harga diri, seperti perlakuan orang tua yang kurang baik.
- Kembangkan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasien untuk memahami perasaan dan pemikirannya.
- Berikan pujian dan penguatan positif secara spesifik untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri.
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan harga diri, agar dapat memberikan dukungan yang tepat.
- Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, sehingga dapat menerima diri secara utuh.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kepercayaan diri.
2. Untuk Komunikasi Verbal Efektif:
- Latih teknik berbicara dengan nada suara yang wajar, agar dapat berkomunikasi dengan baik.
- Minta pasien untuk berlatih mempertahankan kontak mata saat berbicara, untuk menunjukkan keterlibatan dalam komunikasi.
- Dorong pasien untuk aktif mendengarkan dan menanggapi dalam komunikasi, agar terjadi pertukaran informasi yang efektif.
- Berikan umpan balik positif saat pasien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif, untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan komunikasi verbal, agar dapat memberikan dukungan dan contoh yang tepat.
Dengan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu Harga Diri Meningkat dan Komunikasi Verbal Efektif. -
Article No. 7122 | 26 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.M), usia 37 tahun dirawat di Unit Perawatan Jantung hari pertama dengan kondisi lemah, sesak nafas dan tampak gelisah. Pasien tampok berbaring dengan posisi semifowler dan terpasang infus NS 10 tetes/mnt serta oksigen nasal canule 2 lpm. Hasil pemeriksaan EKG terbaru menunjukan ST Elevasi I, aVL, V2-V6. Dari dokter yang merawat nuorekomendasikan untuk pasien dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan pengukuran enzim jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. M, laki-laki usia 37 tahun, dirawat di Unit Perawatan Jantung dengan kondisi lemah, sesak napas, dan tampak gelisah. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Penurunan Kemampuan Pernafasan Sekunder Akibat Sindrom Koroner Akut
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan kemampuan pernafasan, peningkatan kebutuhan oksigen.
- Gejala dan tanda: Sesak napas, napas cepat, ritme napas tidak teratur.
SLKI:
- Luaran: Pola Napas Efektif.
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda distres napas.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigen, Pemantauan Respirasi.
- Tindakan: Mengatur posisi semi-fowler, memantau tanda-tanda vital, pemberian oksigen, memantau pola napas.
2. Kecemasan Berhubungan dengan Ancaman Terhadap Status Kesehatan
SDKI:
- Definisi: Kekhawatiran yang tidak dapat dikendalikan atau diredakan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui yang dapat memengaruhi kesejahteraan fisik dan emosional.
- Faktor yang berhubungan: Ancaman atau persepsi ancaman terhadap status kesehatan.
- Gejala dan tanda: Gelisah, cemas, khawatir.
SLKI:
- Luaran: Tingkat Kecemasan Terkendali.
- Kriteria hasil: Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan, mampu mengontrol kecemasan, menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang menurun.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Kecemasan, Dukungan Emosional.
- Tindakan: Mendengarkan dengan aktif, memberikan informasi yang jelas dan akurat, mengajarkan teknik relaksasi.
Semoga penjelasan ini membantu memberikan gambaran umum tentang diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn. M. Silakan sampaikan jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 7123 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki gejala yang mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 "Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif" sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan radiologis.
- Kode ICD-9-CM 87.44 "Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis" dapat digunakan untuk prosedur pengambilan dan pemeriksaan sputum pasien, yang merupakan salah satu langkah penting dalam penegakan diagnosis tuberkulosis paru.
Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru juga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan radiologis, bakteriologis (pemeriksaan sputum), dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memastikan diagnosis dan rencana tatalaksana yang tepat bagi pasien. -
Article No. 7124 | 26 Nov 2024
Klinis : Aritresia ani diagnosa keperawatan nya apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai kondisi atresia ani dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi atresia ani adalah Gangguan eliminasi urin dan feses. Atresia ani adalah kelainan kongenital di mana terdapat tidak adanya lubang anus atau saluran pencernaan bagian bawah tidak terbentuk dengan sempurna. Hal ini menyebabkan gangguan dalam eliminasi urin dan feses, yang perlu ditangani melalui asuhan keperawatan yang tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dengan atresia ani diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fungsi eliminasi: Pasien dapat mempertahankan fungsi eliminasi urin dan feses yang adekuat sesuai kebutuhan.
2. Pengendalian gejala: Pasien dapat mengendalikan gejala-gejala yang timbul akibat atresia ani, seperti konstipasi, impaksi feses, dan inkontinensia.
3. Integritas kulit perianal: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit di area perianal.
4. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan dalam proses eliminasi.
5. Kemandirian: Pasien dapat mandiri dalam melakukan aktivitas eliminasi sesuai kemampuannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen eliminasi:
a. Lakukan pemantauan eliminasi urin dan feses secara rutin.
b. Berikan edukasi tentang pentingnya eliminasi yang adekuat.
c. Ajarkan teknik latihan otot dasar panggul untuk meningkatkan fungsi eliminasi.
d. Berikan intervensi untuk mengatasi masalah eliminasi, seperti pemberian laksatif atau enema jika diperlukan.
2. Perawatan kulit perianal:
a. Lakukan perawatan kulit perianal secara rutin untuk menjaga kebersihan dan integritas kulit.
b. Berikan pelembab atau krim barrier untuk mencegah iritasi kulit.
c. Pantau tanda-tanda infeksi atau kerusakan kulit dan berikan intervensi yang tepat.
3. Manajemen kenyamanan:
a. Berikan analgesik atau obat penghilang rasa sakit jika pasien mengalami nyeri saat eliminasi.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang saat proses eliminasi.
c. Berikan dukungan psikologis dan emosional untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
4. Peningkatan kemandirian:
a. Ajarkan teknik eliminasi yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Berikan edukasi dan latihan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas eliminasi secara mandiri.
c. Kolaborasi dengan tim multidisiplin (misalnya fisioterapis) untuk membantu meningkatkan kemandirian pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana dengan baik, diharapkan pasien dengan atresia ani dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memperoleh peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 7125 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0, datang ke igd bersalin jam 08.00. Hasil pengkajian: HPL 4 September 2024. Vital sign dalam batas normal, kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala, uuk kiri depan, ketuban sudah pecah jam 03.00 wib. Ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul, terlihat sesekali mengedan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. Luna.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Persalinan (Pain related to uterine contractions as evidenced by patient's facial expressions, moaning, and bearing down efforts)
2. Risiko Perdarahan (Risk for Bleeding related to uterine atony, cervical laceration, or perineal trauma)
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Persalinan: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait kontraksi uterus selama proses persalinan.
2. Risiko Perdarahan: Keadaan dimana individu rentan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital selama atau setelah proses persalinan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Persalinan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, tidak ada tanda-tanda komplikasi, dan mampu beradaptasi dengan nyeri.
2. Risiko Perdarahan: Pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Persalinan: Manajemen nyeri, teknik relaksasi, terapi komplementer, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Risiko Perdarahan: Pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan, manajemen uterus, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Diharapkan dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk membantu Ny. Luna selama proses persalinan. -
Article No. 7126 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0, datang ke igd bersalin jam 08.00. Hasil pengkajian: HPL 4 September 2024. Vital sign dalam batas normal, kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala, uuk kiri depan, ketuban sudah pecah jam 03.00 wib. Ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul, terlihat sesekali mengedan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi diagnosis dan prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O60.1
- Deskripsi: Persalinan spontan, onset persalinan prematur
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 73.1
- Deskripsi: Pemecahan selaput ketuban
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O60.1 (Persalinan spontan, onset persalinan prematur) dipilih karena pasien (Ny. Luna) datang ke IGD bersalin pada usia kehamilan 38 minggu (HPL 4 September 2024), yang termasuk dalam kategori persalinan prematur.
2. Kode ICD-9-CM 73.1 (Pemecahan selaput ketuban) digunakan karena pasien telah mengalami pecah ketuban sebelum datang ke IGD, yaitu jam 03.00 WIB.
Perlu diperhatikan bahwa dalam kasus ini tidak ditemukan adanya prosedur/tindakan medis lain yang perlu dikodekan berdasarkan informasi yang diberikan. -
Article No. 7127 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0, datang ke igd bersalin jam 08.00. Hasil pengkajian: HPL 4 September 2024. Vital sign dalam batas normal, kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala, uuk kiri depan, ketuban sudah pecah jam 03.00 wib. Ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul, terlihat sesekali mengedan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. Luna.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Persalinan (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan tekanan pada panggul selama proses persalinan.
Faktor yang Berhubungan: Kontraksi uterus, dilatasi serviks, tekanan pada panggul.
Gejala dan Tanda: Ny. Luna tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Uterus (SDKI)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke uterus yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin.
Faktor yang Berhubungan: Ketuban pecah dini (03.00 WIB), pembukaan serviks 6 cm.
Gejala dan Tanda: Kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, presentasi kepala, uuk kiri depan.
3. Risiko Ketidakefektifan Proses Persalinan (SDKI)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan atau penghambatan kemajuan proses persalinan.
Faktor yang Berhubungan: Ketuban pecah dini (03.00 WIB), pembukaan serviks 6 cm, Ny. Luna tampak sesekali mengedan.
Gejala dan Tanda: Kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, presentasi kepala, uuk kiri depan.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 7128 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0, datang ke igd bersalin jam 08.00. Hasil pengkajian: HPL 4 September 2024. Vital sign dalam batas normal, kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala, uuk kiri depan, ketuban sudah pecah jam 03.00 wib. Ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul, terlihat sesekali mengedan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0 yang datang ke IGD bersalin.
Berdasarkan data pengkajian yang Anda berikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan, ditandai dengan ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan tanda-tanda nyeri berkurang, dan mampu mengendalikan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, pemberian analgesik, teknik relaksasi, dan dukungan emosional.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan rasa nyeri, ditandai dengan ibu tampak sesekali mengedan.
Penjelasan singkat:
SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Pasien menunjukkan pola napas efektif, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan, dan mampu melakukan napas dalam.
SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, latihan pernapasan, dan kolaborasi pemberian oksigen.
Diagnosa keperawatan ini dapat menjadi dasar bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berdasarkan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7129 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0, datang ke igd bersalin jam 08.00. Hasil pengkajian: HPL 4 September 2024. Vital sign dalam batas normal, kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala, uuk kiri depan, ketuban sudah pecah jam 03.00 wib. Ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul, terlihat sesekali mengedan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Bersalin
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan penurunan janin selama proses persalinan.
- Penyebab: Kontraksi uterus, dilatasi serviks, penurunan janin.
- Tanda dan Gejala: Klien mengeluhkan nyeri, mengerang, meringis, gelisah, tekanan darah meningkat, nadi cepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan individu untuk menggunakan teknik-teknik yang dapat mengurangi nyeri.
- Kriteria Hasil:
a. Mengidentifikasi faktor penyebab nyeri.
b. Menggunakan teknik farmakologi dan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
c. Melaporkan penurunan nyeri.
d. Mengevaluasi efektivitas penanganan nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu klien mengurangi nyeri yang dialami.
- Tindakan Keperawatan:
a. Kaji tipe, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan penurunan janin.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
e. Evaluasi efektivitas tindakan dalam mengurangi nyeri.
f. Dokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Penjelasan Rinci:
Berdasarkan kondisi Ny. Luna, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Bersalin". Ny. Luna mengeluhkan nyeri yang timbul saat kontraksi, ditandai dengan meringis kesakitan. Tujuan asuhan keperawatan adalah agar Ny. Luna dapat mengontrol nyeri yang dirasakan, sehingga intervensi yang diberikan adalah Manajemen Nyeri. Pada intervensi ini, perawat akan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologi, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgetik jika diperlukan. Evaluasi efektivitas tindakan dalam mengurangi nyeri juga dilakukan. Dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan penting untuk memantau perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 7130 | 26 Nov 2024
Klinis : 1. Masalah Ginekologi Ny.N.R mengatakan tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi. Ny. N.R mengatakan menstruasi pertama umur 12 tahun saat kelas 6 SD. Klien mengatakan siklus menstruasi teratur setiap 28 hari sekali dalam sebulan. Lama menstruasi klien berkisar 5-6 hari dengan warna merah gelap, tidak ada gumpalan. Klien mengganti pembalut 3-4x dalam sehari. Ny.N.R mengatakan biasanya di hari pertama menstruasi dirinya mengalami nyeri perut itu pun kadang-kadang. 2. Riwayat KB Ny. N.R mengatakan belum pernah mengikuti program KB sejak kehamilan pertama (abortus) sampai kehamilan sekarang ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan:
1. Masalah Ginekologi:
Diagnosa Keperawatan: Pola Menstruasi Tidak Efektif
Definisi (SDKI): Pola menstruasi yang tidak sesuai dengan normal.
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Perubahan siklus menstruasi
- Perubahan durasi menstruasi
- Perubahan jumlah atau warna darah menstruasi
- Nyeri saat menstruasi
Tujuan (SLKI): Klien menunjukkan pola menstruasi yang efektif.
Intervensi (SIKI):
- Kaji pola menstruasi klien
- Identifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan pola menstruasi tidak efektif
- Berikan informasi tentang pola menstruasi normal
- Ajarkan teknik mengatasi nyeri menstruasi
2. Riwayat KB:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Kehamilan Tidak Diinginkan
Definisi (SDKI): Kondisi di mana individu/pasangan berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Belum pernah menggunakan kontrasepsi
- Tidak memiliki rencana untuk melakukan kontrasepsi
- Aktif secara seksual tanpa menggunakan kontrasepsi
Tujuan (SLKI): Klien menunjukkan perilaku pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
Intervensi (SIKI):
- Kaji riwayat penggunaan kontrasepsi klien
- Identifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan
- Berikan informasi tentang metode kontrasepsi yang tersedia
- Dorong klien untuk memilih dan menggunakan metode kontrasepsi yang sesuai
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu Ny. N.R dalam mengatasi masalah ginekologi dan mencegah risiko kehamilan tidak diinginkan.