Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21014 | 23 Aug 2025
Klinis : Seorang pasien, seorang wanita berusia 41 tahun, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan akibat tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri. Pasien jatuh ke kanan dan menabrak pembatas jalan. Pada saat kejadian, pasien dalam keadaan sadar, tanpa tanda-tanda cedera kepala. Pada cruris kanan, terdapat swelling dan deformitas tanpa adanya vulnus apertum. Nyeri tekan dan krepitasi ditemukan pada palpasi, yang disertai dengan ketidakmampuan pasien melakukan knee flexion dan keterbatasan rentang gerak (ROM). Pemeriksaan x-ray dan CT scan menunjukkan adanya fraktur komunitif pada genu kanan. Saat ini pasien dirawat diruang trauma post operasi ORIF hari ke 2 dan dalam kondisi tidak saadar atau disorientasi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, nadi 82 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8ēC. Selanjutnya, kaki pasien tampak dibalut dengan tensocrepe dan verban. Hasil pengkajian didapatkan verban dan tensocrepe tampak basah dan terdapat rembesan darah. Drainase aktif dengan jumlah volume ą 30 ml/24 jam. Pasien mengatakan nafsu makan sedikit menurun karena nyeri post operasi dan sedikit mual. Saat ini pasien menggunakan folley catheter untuk BAK. Saat pengkajian tampak urine berwarna kuning jernih. Tidak terdapat informasi khusus mengenai pola eliminasi pada pasien ini. Pasien mengeluh mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dialami nya saat ini, pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun ketika tidur malam hari. Pasien mengatakan sulit memulai tertidur lagi ketika terbangun dan mengatakan mungkin hanya tidur tertidur ą 5 jam. Pasien melaporkan adanya nyeri hebat pada kaki kanan, yang terus-menerus dan mengganggu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri muncul sepanjang waktu nyeri seperti tertusuk tusuk dan seperti disayat pada daerah operasi ORIF, nyeri berkurang setelah mendapatkan analgesik dan skala nyeri 6. Tidak ada keluhan lain terkait penglihatan, pendengaran, atau kemampuan berpikir. Pasien juga menunjukkan kecemasan terkait kondisi cederanya, khawatir bahwa ia mungkin tidak bisa pulih sepenuhnya. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam mengurus keluarga dan pekerjaan rumah. Cedera yang dialaminya menimbulkan kekhawatiran akan kemampuannya untuk kembali menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Pasien merasa terganggu dengan kondisi fisiknya yang terbatas dan takut menjadi beban bagi keluarganya. Ia juga merasa cemas tentang kemungkinan perlunya operasi dan rehabilitasi jangka panjang. Pasien seorang ibu dari dua anak dan istri yang sangat terlibat dalam keluarga. Sebelum kecelakaan, ia berperan sebagai pengurus utama rumah tangga. Cedera ini menyebabkan Ny. H tidak mampu menjalankan peran tersebut. Suaminya kini harus mengambil alih sebagian besar tugas rumah tangga. Selanjutnya, pasien mengatakan tidak masalah terkait fungsi seksual atau reproduksi. Namun, ia khawatir bahwa cedera ini dan ketidakmampuan fisiknya dapat mempengaruhi keintiman dengan suaminya, meskipun belum ada perubahan yang signifikan dalam hubungan tersebut sejak operasi ORIF. Pasien mengatakan tidak stres menghadapi kondisi ini karena support suami dan keluarga sangat membantu nya. Pasien mengatakan selalu berbicara dengan keluarga dan berdoa terkait kondisinya saat ini. Pasien merasa banyak mendapat dukungan dalam menghadapi situasi ini. Pasien memiliki keyakinan agama yang kuat. Hal ini terlihat dalam rutinitas sehar-hari pasien selama perawatan dimana pasien tetap menjalankan aktivitas ibadah sholat meskipun dalam kondisi terbatas. Pasien mengatakan dalam doanya ia meminta agar dapat pulih sepenuhnya dan kembali menjalani hidup normal. Hasil pemeriksaan penunjang pre-op ORIF Saat ini pasien mendapatkan therapy : IVFD RL 500cc 20 tetes/menit Cefriaxson 2x1 gram /12 Jam (IV) Ranitidine 2x1 gram /12 Jam (IV) Ketorolac 2 x 30 mg/12 jam (IV)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI yang direkomendasikan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
b. Mobilitas Fisik Terganggu (00085)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara mandiri, yang terbatas pada satu atau lebih ekstremitas.
c. Resiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Intervensi Keperawatan (SLKI):
a. Manajemen Nyeri (6146)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri serta meningkatkan kemampuan pasien dalam menoleransi nyeri.
b. Peningkatan Mobilitas (0208)
Definisi: Membantu pasien untuk meningkatkan pergerakan yang terbatas pada satu atau lebih ekstremitas.
c. Pencegahan Infeksi (6540)
Definisi: Mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
3. Hasil Keperawatan (SIKI):
a. Tingkat Nyeri Terkontrol (1605)
Definisi: Tingkat nyeri yang dapat ditoleransi oleh pasien.
b. Kemampuan Mobilitas (0208)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara mandiri.
c. Bebas Infeksi (1101)
Definisi: Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Kode dan definisi di atas merupakan contoh penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI yang direkomendasikan oleh PPNI untuk menangani kondisi pasien yang diberikan. Diagnosa keperawatan, intervensi, dan hasil keperawatan ini dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi. -
Article No. 21015 | 23 Aug 2025
Klinis : kejang tanpa demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi kejang tanpa demam.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera (00035)
Definisi: Risiko mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber-sumber potensial yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Kerentanan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber-sumber potensial yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Tingkat keparahan luka fisik yang dialami individu akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber-sumber potensial yang tidak dapat dikendalikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko individu mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber-sumber potensial yang tidak dapat dikendalikan.
Dalam kondisi kejang tanpa demam, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Cedera (00035). Hal ini dikarenakan individu dengan kondisi kejang tanpa demam memiliki risiko mengalami luka fisik akibat gerakan tubuh yang tidak terkontrol selama episode kejang. Perawat perlu melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera, seperti pengawasan yang ketat, pengaturan lingkungan yang aman, dan tindakan penanganan segera jika terjadi kejang. -
Article No. 20989 | 23 Aug 2025
Klinis : pasien lemah, diare 3 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan mengenai kondisi pasien yaitu lemah dan diare selama 3 hari, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Kelemahan (malaise)
2. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolit tidak infeksi, tidak spesifik
Pada kasus ini, pasien mengalami kelemahan (malaise) yang ditandai dengan perasaan tidak enak badan dan lesu. Selain itu, pasien juga mengalami diare selama 3 hari, yang dapat dikategorikan sebagai gastroenteritis dan kolit tidak infeksi, tidak spesifik.
Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik, karena informasi yang diberikan tidak mencakup tindakan medis yang dilakukan. Penanganan umum untuk kondisi ini dapat berupa pemberian cairan dan elektrolit, antiemetik, dan antibiotik jika diperlukan, namun hal ini akan bergantung pada evaluasi lebih lanjut oleh dokter. -
Article No. 20990 | 23 Aug 2025
Klinis : pasien lemah, diare 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pasien lemah, diare 3 hari, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer (00205)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat mengancam kesehatan.
2. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer (00205)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat mengancam kesehatan.
- Kode: 00205
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Perfusi Jaringan Perifer (1620)
- Definisi: Kelancaran sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Kode: 1620
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Cairan (4120)
- Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kode: 4120
b. Perawatan Diare (1450)
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi frekuensi dan konsistensi diare.
- Kode: 1450
Penjelasan singkat:
Pasien lemah dan mengalami diare selama 3 hari, sehingga terdapat risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta perawatan diare untuk mengurangi frekuensi dan konsistensi diare. Tujuan luaran keperawatan adalah mencapai perfusi jaringan perifer yang baik. -
Article No. 20991 | 23 Aug 2025
Klinis : SLKI DARI HIPOVOLEMIA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Hipovolemia dengan nada akademis dan persona sebagai perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perburukan Perfusi Jaringan Terkait Hipovolemia
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00028
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah dan oksigen ke sel-sel tubuh yang dapat menimbulkan gangguan fungsi sel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01701
Definisi: Pemulihan volume dan tekanan darah secara adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan volume dan tekanan darah serta memastikan perfusi jaringan yang adekuat.
Penjelasan singkat:
Hipovolemia merupakan kondisi kekurangan volume cairan dalam tubuh, yang dapat disebabkan oleh perdarahan, dehidrasi, atau kondisi lainnya. Diagnosa keperawatan "Risiko Perburukan Perfusi Jaringan Terkait Hipovolemia" mengidentifikasi risiko penurunan aliran darah dan oksigen ke sel-sel tubuh yang dapat menimbulkan gangguan fungsi sel.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk kondisi ini adalah "Pemulihan volume dan tekanan darah secara adekuat", yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah "Manajemen Hipovolemia", yang mencakup tindakan-tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan volume dan tekanan darah serta memastikan perfusi jaringan yang adekuat.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang terstandar dan terdokumentasi dengan baik untuk menangani kondisi hipovolemia pada pasien. -
Article No. 20957 | 22 Aug 2025
Klinis : bayi lahir spontan usia kehamilan 34-35minggu, ibu post perdarahan antepartum 1 minggu yang lalu, bayi lahir dengan bb 1825gram
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Gangguan Perkembangan
b. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
2. Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
a. Risiko Gangguan Perkembangan
- SDKI: Kode 00112
- Definisi: Kerentanan terhadap gangguan dalam proses bertambahnya struktur atau fungsi fisik, kognitif, psikososial, atau emosional yang terjadi sesuai pola yang dapat diprediksi, sebagai respons terhadap suatu kondisi atau proses.
- SLKI: Kode 00012
- Definisi: Serangkaian hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengurangi risiko gangguan perkembangan.
- SIKI: Kode 00072
- Definisi: Serangkaian intervensi yang dilakukan untuk mengurangi risiko gangguan perkembangan.
b. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Kode 00163
- Definisi: Kerentanan terhadap asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kode 00143
- Definisi: Serangkaian hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
- SIKI: Kode 00053
- Definisi: Serangkaian intervensi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- SDKI: Kode 00205
- Definisi: Kerentanan terhadap perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Kode 00235
- Definisi: Serangkaian hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital.
- SIKI: Kode 00115
- Definisi: Serangkaian intervensi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital.
Catatan: Diagnosa keperawatan ini didasarkan pada kondisi yang Anda berikan, yaitu bayi lahir spontan usia kehamilan 34-35 minggu, ibu post perdarahan antepartum 1 minggu yang lalu, bayi lahir dengan berat badan 1825 gram, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse. -
Article No. 20958 | 22 Aug 2025
Klinis : Pasien perempuan usia VL e.r. dorsalis pedis dengan ruptur tendon extensor. Pasien dibawa dengan keluhan luka di area punggung kaki kanan post KLL ganda. Tidak ada trauma kepala, pingsan -, kejang -, muntah - , keluar darah dari hidung dan telinga -, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata dan kemerahan di belakang telinga.Tidak ada nyeri dada dan sesak, tidak ada nyeri perut. Alergi disangkal RPO : TTD 1x 1, vitamin 1x1 Pasien menyebutkan tidak pernah imunisasi TT Tidak ada riwayat sakit tertentu Pasien hamil anak kedua. TD 125/81 mmgHg Nadi 80 x/mnt Skala Nyeri: P : Aktivitas Q : Perih R : Satu tempat S : 7 (VAS Nyeri Berat) T : Hilang timbul.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Integritas Kulit (GINK) (10028)
- SDKI: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit dan/atau membran mukosa
- SLKI: Perawatan Luka (PL)
- SIKI: Perawatan Luka (PL)
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Integritas Kulit (GINK) (10028)
- Definisi: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit dan/atau membran mukosa.
- Kode: 10028
- Karakteristik: Adanya luka pada area punggung kaki kanan akibat kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami ruptur tendon ekstensor pada area punggung kaki kanan akibat kecelakaan lalu lintas. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Gangguan Integritas Kulit (GINK) dengan karakteristik adanya luka pada area punggung kaki kanan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka (PL) sesuai dengan SLKI dan SIKI.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara komprehensif, termasuk riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan keluhan yang disampaikan. Selain itu, perawat juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi proses penyembuhan, seperti riwayat alergi, kondisi kehamilan, dan penggunaan obat-obatan. -
Article No. 20959 | 22 Aug 2025
Klinis : Pasien perempuan usia VL e.r. dorsalis pedis dengan ruptur tendon extensor. Pasien dibawa dengan keluhan luka di area punggung kaki kanan post KLL ganda. Tidak ada trauma kepala, pingsan -, kejang -, muntah - , keluar darah dari hidung dan telinga -, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata dan kemerahan di belakang telinga.Tidak ada nyeri dada dan sesak, tidak ada nyeri perut. Alergi disangkal RPO : TTD 1x 1, vitamin 1x1 Pasien menyebutkan tidak pernah imunisasi TT Tidak ada riwayat sakit tertentu Pasien hamil anak kedua. TD 125/81 mmgHg Nadi 80 x/mnt Skala Nyeri: P : Aktivitas Q : Perih R : Satu tempat S : 7 (VAS Nyeri Berat) T : Hilang timbul. Hasil rontgen Kesan: Fraktur avulsi korteks lateral proximal shaft metatarsal II pedis dextra, Symphalangism digit V pedis dextra
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Jaringan Rusak (RUKA-00007)
Definisi: Kerusakan atau disintegrasi membran, jaringan, atau organ.
2. Nyeri Akut (NPSA-00003)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah terjadinya kerusakan tersebut.
3. Risiko Infeksi (RIIN-00004)
Definisi: Peningkatan risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh patogen.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari daftar diagnosis keperawatan yang dilengkapi dengan definisi, penyebab, dan karakteristik mayor.
- Kode diagnosis keperawatan diawali dengan huruf "R" (contoh: RUKA-00007).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Berisi daftar luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai dari suatu diagnosis keperawatan.
- Kode luaran keperawatan diawali dengan huruf "L" (contoh: LUKA-00001).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Kode intervensi keperawatan diawali dengan huruf "I" (contoh: IPER-00001). -
Article No. 20960 | 22 Aug 2025
Klinis : Pasien perempuan usia VL e.r. dorsalis pedis dengan ruptur tendon extensor. Pasien dibawa dengan keluhan luka di area punggung kaki kanan post KLL ganda. Tidak ada trauma kepala, pingsan -, kejang -, muntah - , keluar darah dari hidung dan telinga -, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata dan kemerahan di belakang telinga.Tidak ada nyeri dada dan sesak, tidak ada nyeri perut. Alergi disangkal RPO : TTD 1x 1, vitamin 1x1 Pasien menyebutkan tidak pernah imunisasi TT Tidak ada riwayat sakit tertentu Pasien hamil anak kedua. TD 125/81 mmgHg Nadi 80 x/mnt Skala Nyeri: P : Aktivitas Q : Perih R : Satu tempat S : 7 (VAS Nyeri Berat) T : Hilang timbul. Hasil rontgen Kesan: Fraktur avulsi korteks lateral proximal shaft metatarsal II pedis dextra, Symphalangism digit V pedis dextra
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: {\rtf1\ansi\ansicpg1252\cocoartf2706\cocoasubrtf200
{\fonttbl\f0\fswiss\fcharset0 Helvetica;}
{\colortbl;\red255\green255\blue255;}
\paperw11900\paperh16840\margl1440\margr1440\vieww11520\viewh8400\viewkind0
\pard\tx720\tx1440\tx2160\tx2880\tx3600\tx4320\tx5040\tx5760\tx6480\tx7200\tx7920\tx8640\pardirnatural\partightenfactor0
\f0\fs24 \cf0 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\
\
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0 \
\b Nyeri Akut\b0 (Kode: D.0006) berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder akibat fraktur avulsi dan ruptur tendon ekstensor pedis dextra.\
\
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) - D.0006:\b0 \
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan diperkirakan berlangsung dalam waktu terbatas.\
\
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 \
\b Luaran: Tingkat Nyeri\b0 (Kode: L.04001)\\
Kriteria evaluasi: \
- Skala nyeri menurun (target: ?3 pada VAS)\\
- Ekspresi nyeri verbal/nonverbal menurun\\
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal\\
- Klien mampu melakukan aktivitas sesuai toleransi\
\
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 \
\b Intervensi: Manajemen Nyeri\b0 (Kode: I.08010)\\
Tindakan utama: \
1. Monitor karakteristik nyeri (PQRST)\\
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis (napas dalam, distraksi)\\
3. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai resep\\
4. Lakukan reposisi yang nyaman pada ekstremitas\\
5. Edukasi tentang penggunaan kruk atau imobilisasi area nyeri\
\
\b Catatan Akademis:\b0 \
Pada pasien dengan fraktur avulsi dan ruptur tendon, nyeri berat (VAS=7) memerlukan pendekatan multimodal. Pertimbangan khusus diperlukan mengingat status kehamilan, sehingga pemilihan analgetik harus mempertimbangkan keamanan fetal. Dokumentasi respons nyeri dan evaluasi efektivitas intervensi menjadi parameter krusial dalam asuhan keperawatan.\
\
\cf2 \i \ *Catatan: Diagnosa dan intervensi keperawatan bersifat dinamis dan harus dievaluasi secara berkala sesuai perkembangan kondisi klien. Implementasi disesuaikan dengan kebijakan institusi dan protokol klinis setempat.\i0 \cf0 \
} -
Article No. 20961 | 22 Aug 2025
Klinis : luaran dan intervensi risiko gangguan perkembangan pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi risiko gangguan perkembangan pada bayi, sesuai dengan kode dan definisi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Perkembangan (00112)
Definisi: Rentan mengalami perubahan negatif dalam kemampuan fisik, kognitif, psikososial, dan/atau perilaku yang dapat terjadi sepanjang rentang kehidupan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00112
Definisi: Rentan mengalami perubahan negatif dalam kemampuan fisik, kognitif, psikososial, dan/atau perilaku yang dapat terjadi sepanjang rentang kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1822 Perkembangan Bayi
Definisi: Kemampuan bayi untuk mencapai tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan usia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6720 Stimulasi Perkembangan Bayi
Definisi: Pemberian rangsangan yang bertujuan untuk mendukung perkembangan fisik, kognitif, psikososial, dan perilaku bayi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Gangguan Perkembangan" mengidentifikasi bahwa bayi rentan mengalami perubahan negatif dalam kemampuan fisik, kognitif, psikososial, dan/atau perilaku yang dapat terjadi sepanjang rentang kehidupan. Luaran yang diharapkan adalah Perkembangan Bayi, yaitu kemampuan bayi untuk mencapai tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan usia. Intervensi yang dapat dilakukan adalah Stimulasi Perkembangan Bayi, yaitu pemberian rangsangan yang bertujuan untuk mendukung perkembangan fisik, kognitif, psikososial, dan perilaku bayi.