Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10859 | 13 Jan 2025
Klinis : pasien perempuan usia 66 tahun dengan keadaan lemas lemah dan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan fisik dan energi yang tersedia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tingkat Energi Meningkat
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kelelahan Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas Terencana
- Manajemen Kelelahan
2. Keletihan
Penjelasan: Pengalaman subyektif dari kelelahan yang tidak hilang meskipun istirahat.
SLKI:
- Tingkat Energi Meningkat
- Kelelahan Menurun
- Pemulihan Energi Memadai
SIKI:
- Manajemen Energi
- Manajemen Kelelahan
- Peningkatan Aktivitas Terencana
3. Pusing
Penjelasan: Perasaan berputar-putar atau kehilangan keseimbangan.
SLKI:
- Kontrol Gejala Memadai
- Stabilitas Hemodinamik Memadai
- Fungsi Neuromuskuloskeletal Memadai
SIKI:
- Manajemen Gejala
- Peningkatan Perfusi Jaringan
- Terapi Sensori
Sebagai perawat, saya akan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, seperti manajemen energi, peningkatan aktivitas terencana, manajemen kelelahan, manajemen gejala, peningkatan perfusi jaringan, dan terapi sensori. Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam meningkatkan energi, toleransi aktivitas, mengurangi kelelahan, dan menstabilkan kondisi pusing. -
Article No. 10860 | 13 Jan 2025
Klinis : pasien perempuan usia 66 tahun dengan kesadaran menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Penurunan Kesadaran didefinisikan sebagai keadaan menurunnya tingkat kesadaran dan respons individu terhadap lingkungan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran yang optimal, tidak terjadi cedera, dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, mempertahankan jalan napas, pemberian oksigen, pengaturan posisi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan usia 66 tahun dengan kesadaran menurun membutuhkan penanganan segera untuk mempertahankan tingkat kesadaran yang optimal, mencegah cedera, dan menjaga stabilitas tanda-tanda vital. -
Article No. 10861 | 13 Jan 2025
Klinis : pasien perempuan usia 66 tahun dengan kesadaran menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien perempuan usia 66 tahun dengan kesadaran menurun:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
a. Penurunan Kesadaran
Definisi: Gangguan dalam tingkat respons terhadap lingkungan atau perubahan dalam tingkat kewaspadaan.
Penyebab: Faktor penyebab penurunan kesadaran dapat meliputi cedera kepala, gangguan metabolik, gangguan kardiovaskular, gangguan neurologi, dan lain-lain.
Tanda dan Gejala: Pasien menunjukkan penurunan tingkat kewaspadaan, respons yang lambat terhadap stimulus, perubahan dalam tingkat orientasi, penurunan kemampuan untuk mempertahankan perhatian, dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Tingkat Kesadaran Membaik
Definisi: Kemampuan pasien untuk merespons lingkungan dengan baik.
Kriteria Hasil:
1) Pasien menunjukkan peningkatan dalam tingkat kewaspadaan dan respons terhadap lingkungan.
2) Pasien mampu mempertahankan tingkat orientasi yang baik.
3) Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mempertahankan perhatian.
4) Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
a. Pemantauan Neurologis
Definisi: Pengumpulan dan analisis data tentang fungsi sensori dan motorik pasien untuk mengidentifikasi perubahan atau penyimpangan.
Tindakan:
1) Lakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien secara teratur.
2) Lakukan pemantauan tingkat kesadaran pasien menggunakan skala yang sesuai, misalnya Skala Glasgow Coma Scale (GCS).
3) Lakukan pemantauan tanda-tanda neurologis lainnya, seperti refleks, koordinasi, dan fungsi sensorik.
4) Catat setiap perubahan yang terjadi dalam kondisi neurologis pasien.
5) Laporkan temuan yang abnormal kepada tenaga kesehatan yang sesuai.
b. Manajemen Airway
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan memastikan jalan napas pasien tetap terbuka.
Tindakan:
1) Pertahankan jalan napas pasien tetap terbuka dengan menggunakan alat bantu pernapasan yang sesuai, jika diperlukan.
2) Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas pasien, jika diperlukan.
3) Pantau pernapasan pasien secara teratur dan berikan bantuan pernapasan tambahan, jika diperlukan.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan manajemen jalan napas yang optimal.
c. Manajemen Cairan dan Elektrolit
Definisi: Pengaturan asupan dan keluaran cairan dan elektrolit untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tindakan:
1) Lakukan pemantauan cairan masuk dan keluar pasien secara teratur.
2) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium terkait cairan dan elektrolit pasien.
3) Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien berdasarkan kondisi klinis.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan manajemen cairan dan elektrolit yang optimal.
Penjelasan di atas memberikan informasi rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien perempuan usia 66 tahun dengan kesadaran menurun. Diharapkan informasi ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 10862 | 13 Jan 2025
Klinis : Pre eklamsi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pre-eklampsia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan sirkulasi oksigen ke otak, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi neurologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jaringan serebral: meningkat
2. Fungsi neurologis: tidak terganggu
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama tekanan darah
2. Pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi
3. Pengaturan posisi semifowler untuk meningkatkan aliran darah ke otak
4. Pemberian oksigen sesuai indikasi
5. Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
6. Edukasi pasien dan keluarga terkait pre-eklampsia dan penatalaksanaannya
Penjelasan Singkat:
Pre-eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan dapat menyebabkan gangguan pada berbagai organ, termasuk otak. Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral" ditegakkan berdasarkan adanya peningkatan tekanan darah yang dapat menghambat aliran darah dan oksigen ke otak. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk memantau, mengendalikan, dan menstabilkan kondisi pasien agar perfusi jaringan serebral tetap efektif dan fungsi neurologis tidak terganggu. -
Article No. 10863 | 13 Jan 2025
Klinis : Pasien datang mengeluh Sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai demam sejak 2 hari SMRS. Pasien jua mengeluh BAB cair sejak 3 hari SMRS. Riw Asma (+)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pembersihan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
Faktor Terkait: Sekresi berlebih, adanya riwayat asma.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, batuk produktif, retraksi otot pernapasan.
2. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
Faktor Terkait: Proses infeksi.
Tanda dan Gejala: Demam, peningkatan suhu tubuh.
3. Diare
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, baik dalam frekuensi, konsistensi, maupun volume.
Faktor Terkait: Infeksi saluran pencernaan.
Tanda dan Gejala: Frekuensi BAB meningkat, konsistensi cair.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Pasien dapat bernapas dengan pola napas normal.
- Pasien tidak lagi mengalami sesak napas.
2. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5°C - 37,5°C).
- Tanda-tanda vital pasien stabil.
- Pasien tidak lagi mengeluh demam.
3. Eliminasi Usus Kembali Normal
- Frekuensi BAB kembali normal (1-2 kali sehari).
- Konsistensi feses kembali normal.
- Pasien tidak lagi mengeluh diare.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan pasien (frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan).
- Auskultasi suara napas, identifikasi tanda-tanda obstruksi jalan napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian bronkodilator atau mukolitik.
2. Hipertermia
- Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
- Pertahankan intake cairan yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antipiretik.
3. Diare
- Monitor frekuensi dan konsistensi BAB pasien.
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan rendah serat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antidiare atau probiotik.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 10864 | 13 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang belakang saat duduk terlalu lama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronik
Penjelasan:
Nyeri Kronik adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri Menurun
2. Kemampuan Mengatasi Nyeri Meningkat
3. Kualitas Tidur Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Komplementer
3. Peningkatan Koping
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan nyeri pinggang belakang saat duduk terlalu lama, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Kronik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi komplementer, dan peningkatan koping agar dapat menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan kemampuan mengatasi nyeri, serta memperbaiki kualitas tidur pasien.
Sebagai seorang perawat, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami. Saya terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. -
Article No. 10865 | 13 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang belakang saat duduk terlalu lama sakit yang di rasakan sudah 1 bulan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam menanggapi keluhan pasien dengan nyeri pinggang belakang saat duduk terlalu lama selama 1 bulan, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dapat diuraikan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas fisik yang berlebihan
Penjelasan:
- Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Nyeri pinggang belakang saat duduk terlalu lama merupakan keluhan nyeri kronis yang berhubungan dengan aktivitas fisik yang berlebihan.
- Keluhan nyeri yang telah berlangsung selama 1 bulan menunjukkan kondisi nyeri kronis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Pasien melaporkan peningkatan kemampuan beraktivitas
- Pasien menunjukkan perilaku pengelolaan nyeri yang efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Terapi relaksasi
- Edukasi pengelolaan nyeri
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif. Tujuannya adalah membantu pasien mengelola nyeri, meningkatkan kemampuan beraktivitas, dan mengembangkan strategi pengelolaan nyeri yang efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10866 | 13 Jan 2025
Klinis : Demam hari kamis sore ( H4), nyeri perut +, mual + muntah +, makan dan minum sedikit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Kondisi ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologis.
- Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan melalui muntah dan diare.
- Gejala: Demam, nyeri perut, mual, dan muntah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SDKI terdiri dari definisi, penyebab, gejala, dan karakteristik diagnosis keperawatan.
- Untuk diagnosa "Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit", SDKI menyediakan informasi yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
- Untuk diagnosis "Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit", SLKI dapat mencakup luaran seperti status hidrasi yang membaik, tanda-tanda vital yang stabil, dan pencegahan komplikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI adalah standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Untuk diagnosis "Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit", SIKI dapat mencakup intervensi seperti pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi tentang manajemen cairan.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang disusun oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan konsistensi asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia. -
Article No. 10867 | 13 Jan 2025
Klinis : Laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah disertai nyeri kepala hebat 1 jam setelah tergigit ular ketika hendak pulang setelah berkebun. Pasien tidak ingat jenis ular apa yang menggigitnya. Keluhan pasien disertai dengan mual muntah darah, dan kencing berdarah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran pasien compos mentis, dengan VAS 5/10 tekanan darah 124/74 nadi 74x/m suhu 36 respirasi rate 22 kali dengan saturasi 99%. Terdapat bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra disertai dengan perdarahan pada bekas gigitan ular, edema, hiperemis dan nyeri tekan di area tersebut. Selama dilakukan pemeriksaan pasien sempat mengalami muntah darah, mengeluhkan kencing darah dan buang air besar berdarah. Dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan hematologi didapatkan hasil Hemoglobin 13.4 g/dL Hematokrit 41.2 % Trombosit 39.740 Leukosit 15.17 10*3/ul MCV 77.3 fl MCH 25.1pg MCHC 32.4 g/L Gula Darah Sewaktu 144 mg/dL, Creatinin 1.71mg/dL, Natrium darah 135 mmol/L, Kalium 4.24 mmol/L Klorida 112 mmol/L, Kalsium Ion 1.12 mmol/L Total Calcium 2.21 mmol/L PT >150 APTT 40,6 SGOT 21 U/L SGPT 40 U/L D-Dimer3240 ng/mL, dilakukan pemeriksaan ECG didapatkan sinus bradikardia, diberikan infus RL 20tpm, dilakukan transfusi FFP 10 kantong, TC aferesis 2 kantong, dexametason injeksi 2x1 ampul, dilakukan drip heparin 20.000 unit/24 jam, diberikan injeksi kalnex dan vit K serta diberikan anti nyeri yaitu tramadol dan antibiotik metronidazole infus 3x500mg, diberikan injeksi omeprazole 2x40mg, sucralfat 3x5cc, asam folat 3x1. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah serial untuk memantau kondisi pasien. Setelah dilakukan penanganan awal, pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan dilakukan pemeriksaan laboratorium serial. Hari ketiga perawatan pasien mengeluhkan adanya sesak nafas pada pemeriksaan fisik didapatkan rhonki paru minimal pada paru kanan. Dilakukan pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya gambaran edema pulmonum dan kemungkinan adanya pneumonia. Pada kasus ini pasien diberikan oksigenisasi 2-4lpm, injeksi furosemide sebanyak 2x1A, spironolacton 1x25mg ceftazidine 3x1gr, metrondizaole infus 3x500, nac 3x200mg, cetrizine 2x, dexametason 2x1 ampul, vip albumin 3x2caps, dan obat yang sebelumnya diberikan dilanjutkan. Pasien juga dilakukan transfusi PRC 1-2 flabot/hari dikarenakan hb pasien 6.2 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan (Bleeding) berhubungan dengan gigitan ular.
2. Risiko komplikasi (Risk for Complications) berhubungan dengan gigitan ular dan reaksi tubuh terhadap gigitan.
3. Nyeri akut (Acute Pain) berhubungan dengan gigitan ular.
4. Ansietas (Anxiety) berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam.
5. Risiko infeksi (Risk for Infection) berhubungan dengan luka gigitan ular.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali (Bleeding Control):
- Perdarahan dapat dihentikan
- Tidak terjadi perburukan perdarahan
- Tidak terjadi komplikasi perdarahan yang mengancam jiwa
2. Bebas Komplikasi (Complication Free):
- Tidak terjadi komplikasi sistemik (seperti gagal ginjal, gangguan pembekuan darah, dsb.)
- Tidak terjadi komplikasi lokal (seperti infeksi, nekrosis, dsb.)
- Pasien stabil secara hemodinamik
3. Kontrol Nyeri (Pain Control):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
4. Reduksi Ansietas (Anxiety Reduction):
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan cemas
- Pasien menunjukkan tanda-tanda kecemasan berkurang
5. Bebas Infeksi (Infection Free):
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi lokal (erythema, edema, nyeri, pus)
- Tidak terjadi infeksi sistemik (demam, leukositosis, dsb.)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perdarahan (Bleeding):
- Lakukan kompresi pada area gigitan ular untuk menghentikan perdarahan
- Pantau tanda-tanda vital dan perdarahan secara berkala
- Berikan cairan pengganti volume secara adekuat
- Lakukan pemeriksaan penunjang (hematologi, kimia darah) untuk memantau perbaikan kondisi
- Berikan terapi antikoagulan dan terapi penghenti perdarahan sesuai indikasi
2. Risiko Komplikasi (Risk for Complications):
- Pantau tanda-tanda vital, gejala, dan respons tubuh terhadap gigitan ular secara ketat
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Lakukan terapi farmakologis sesuai indikasi (antivenom, antibiotik, kortikosteroid, dsb.)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan komprehensif
3. Nyeri Akut (Acute Pain):
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis (analgesik) sesuai indikasi
- Berikan intervensi nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, dll.)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen nyeri yang efektif
4. Ansietas (Anxiety):
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan informasi yang jelas tentang kondisi dan rencana perawatan
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
5. Risiko Infeksi (Risk for Infection):
- Lakukan perawatan luka gigitan ular secara aseptik
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Pantau tanda-tanda infeksi lokal dan sistemik
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan infeksi yang efektif
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 10868 | 13 Jan 2025
Klinis : Laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah disertai nyeri kepala hebat 1 jam setelah tergigit ular ketika hendak pulang setelah berkebun. Pasien tidak ingat jenis ular apa yang menggigitnya. Keluhan pasien disertai dengan mual muntah darah, dan kencing berdarah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran pasien compos mentis, dengan VAS 5/10 tekanan darah 124/74 nadi 74x/m suhu 36 respirasi rate 22 kali dengan saturasi 99%. Terdapat bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra disertai dengan perdarahan pada bekas gigitan ular, edema, hiperemis dan nyeri tekan di area tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk kondisi tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T63.0X1A
- Deskripsi: Toksisitas akibat gigitan ular venom, awal kontak
Penjelasan:
Kode T63.0X1A merujuk pada toksisitas akibat gigitan ular venom, di mana "X" merupakan tempat spesifik gigitan ular (dalam kasus ini, maleolus lateral pedis sinistra), dan "A" menunjukkan awal kontak dengan ular.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian antivenom, serum atau imunoglobulin
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.04 mencakup pemberian antivenom, serum atau imunoglobulin untuk mengatasi toksisitas akibat gigitan ular, yang mungkin diperlukan dalam penanganan kasus ini.
Secara keseluruhan, pasien laki-laki berusia 55 tahun ini mengalami toksisitas akibat gigitan ular venom, yang ditandai dengan keluhan muntah darah, nyeri kepala hebat, mual, muntah darah, dan kencing berdarah. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra dengan perdarahan, edema, dan hiperemis di area tersebut. Berdasarkan gejala dan tanda klinis, diagnosis yang sesuai adalah toksisitas akibat gigitan ular venom (kode ICD-10 T63.0X1A), dan diperlukan pemberian antivenom, serum atau imunoglobulin (kode ICD-9-CM 99.04) sebagai langkah penanganan.