Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21272 | 31 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 13 tahun dibawa kerumah sakit oleh ibunya karena dengan keluhan sesak napas, benjolan subkutan, dan nyeri sendi selama tiga bulan terakhir. Nyeri sendi berkembang selama tiga bulan, yang mengenai lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, dan jari-jarinya. Nyeri tersebut bilateral, tidak berpindah-pindah, lebih terasa di sisi kanan daripada di sisi kiri, dan secara bertahap memburuk hingga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Nyeri lebih terasa berat pada malam hari dan dini hari, sehingga anak tidak bisa hadir disekolah. Pada mulanya, anak merasakan gejala berkurang setelah minum obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Ibuprofen, tetapi lama-lama anak tidak menunjukkan respon yang baik terhadap obat tersebut. Nyeri tersebut disertai dengan pembengkakan dan eritema di sekitar sendi. Setelah dua bulan mengalami nyeri sendi, ibu melihat benjolan subkutan kecil, bulat, tidak nyeri, dan sewarna kulit di kedua siku dan lengan saat memijat putrinya untuk mengurangi nyerinya. Seiring berjalannya waktu, anak mulai mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat beraktivitas yang meningkat saat berbaring. Sebelumnya anak pernah mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan atas dan demam tinggi (39-40oC) sekitar dua minggu sebelum nyeri sendi, yang berlangsung selama seminggu dan membaik dengan obat antipiretik. Selama tiga bulan terakhir, anak mengalami nyeri sendi, nodul subkutan, dan dispnea saat beraktivitas. Ia dirawat di rumah sakit kami untuk penanganan dan pemeriksaan. Namun, tidak ada riwayat palpitasi, ruam, hemoptisis, labilitas, atau gerakan abnormal baru-baru ini. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak kesakitan, dengan suhu 37oC. Frekuensi nafas, denyut jantung, dan tekanan darah masing-masing adalah 28 kali/menit, 129/menit, dan 126/70 mmHg. Tinggi badannya 153 cm, berat badannya 81 kg, dan BMI-nya 35. Pemeriksaan kardiovaskular normal kecuali murmur holosistolik tingkat 3 dengan intensitas tertinggi di apeks. Anak memiliki gaya berjalan antalgik, nodul subkutan di permukaan ekstensor siku kanan, dan sendi interfalang tanpa tanda-tanda artritis. Setelah diperiksa, hitung darah lengkap menunjukkan hemoglobin = 11,0 g/dL, jumlah sel darah putih = 13,4*1000 uL, trombosit = 483*1000 uL. Ekokardiografi menunjukkan regurgitasi mitral (MR) berat, regurgitasi aorta (AR) ringan, dan efusi perikardial ringan difus. Rontgen dada dan elektrokardiogram (EKG) normal. Berdasarkan kriteria Jones yang direvisi untuk populasi berisiko sedang hingga tinggi, ia memiliki bukti infeksi streptokokus baru-baru ini dengan tiga kriteria utama (adanya poliartralgia, karditis, dan nodul subkutan) dan dua kriteria minor (demam ?38,5 °C dan LED ?60 mm), sehingga anak didiagnosis dengan penyakit demam rematik akut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh pasien perempuan berusia 13 tahun tersebut, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau yang diperlukan pada tingkat yang diharapkan.
SLKI: Pencapaian dan pemeliharaan tingkat energi yang memadai untuk mendukung aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
2. Nyeri Akut (00132)
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang timbul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
SLKI: Pengurangan atau penghilangan sensasi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima oleh pasien.
SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima oleh pasien.
3. Dispnea (00032)
SDKI: Ketidaknyamanan atau rasa tertekan dalam bernapas.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan nyaman.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam bernapas dengan mudah dan nyaman.
4. Risiko Infeksi (00004)
SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
SLKI: Pencegahan terhadap paparan patogen dan pemeliharaan sistem pertahanan tubuh.
SIKI: Intervensi untuk mencegah paparan patogen dan mempertahankan sistem pertahanan tubuh pasien.
Kode diagnosa keperawatan tersebut mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21273 | 31 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 13 tahun dibawa kerumah sakit oleh ibunya karena dengan keluhan sesak napas, benjolan subkutan, dan nyeri sendi selama tiga bulan terakhir. Nyeri sendi berkembang selama tiga bulan, yang mengenai lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, dan jari-jarinya. Nyeri tersebut bilateral, tidak berpindah-pindah, lebih terasa di sisi kanan daripada di sisi kiri, dan secara bertahap memburuk hingga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Nyeri lebih terasa berat pada malam hari dan dini hari, sehingga anak tidak bisa hadir disekolah. Pada mulanya, anak merasakan gejala berkurang setelah minum obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Ibuprofen, tetapi lama-lama anak tidak menunjukkan respon yang baik terhadap obat tersebut. Nyeri tersebut disertai dengan pembengkakan dan eritema di sekitar sendi. Setelah dua bulan mengalami nyeri sendi, ibu melihat benjolan subkutan kecil, bulat, tidak nyeri, dan sewarna kulit di kedua siku dan lengan saat memijat putrinya untuk mengurangi nyerinya. Seiring berjalannya waktu, anak mulai mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat beraktivitas yang meningkat saat berbaring. Sebelumnya anak pernah mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan atas dan demam tinggi (39-40oC) sekitar dua minggu sebelum nyeri sendi, yang berlangsung selama seminggu dan membaik dengan obat antipiretik. Selama tiga bulan terakhir, anak mengalami nyeri sendi, nodul subkutan, dan dispnea saat beraktivitas. Ia dirawat di rumah sakit kami untuk penanganan dan pemeriksaan. Namun, tidak ada riwayat palpitasi, ruam, hemoptisis, labilitas, atau gerakan abnormal baru-baru ini. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak kesakitan, dengan suhu 37oC. Frekuensi nafas, denyut jantung, dan tekanan darah masing-masing adalah 28 kali/menit, 129/menit, dan 126/70 mmHg. Tinggi badannya 153 cm, berat badannya 81 kg, dan BMI-nya 35. Pemeriksaan kardiovaskular normal kecuali murmur holosistolik tingkat 3 dengan intensitas tertinggi di apeks. Anak memiliki gaya berjalan antalgik, nodul subkutan di permukaan ekstensor siku kanan, dan sendi interfalang tanpa tanda-tanda artritis. Setelah diperiksa, hitung darah lengkap menunjukkan hemoglobin = 11,0 g/dL, jumlah sel darah putih = 13,4*1000 uL, trombosit = 483*1000 uL. Ekokardiografi menunjukkan regurgitasi mitral (MR) berat, regurgitasi aorta (AR) ringan, dan efusi perikardial ringan difus. Rontgen dada dan elektrokardiogram (EKG) normal. Berdasarkan kriteria Jones yang direvisi untuk populasi berisiko sedang hingga tinggi, ia memiliki bukti infeksi streptokokus baru-baru ini dengan tiga kriteria utama (adanya poliartralgia, karditis, dan nodul subkutan) dan dua kriteria minor (demam ?38,5 °C dan LED ?60 mm), sehingga anak didiagnosis dengan penyakit demam rematik akut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi klinis yang telah dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran keperawatan SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi dan kerusakan jaringan sendi, sebagaimana ditandai dengan keluhan nyeri sendi bilateral yang memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan dispnea saat beraktivitas, sebagaimana ditandai dengan peningkatan sesak napas saat beraktivitas dan membaik saat berbaring.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, sebagaimana ditandai dengan riwayat infeksi saluran pernapasan atas dan demam tinggi sebelum onset nyeri sendi.
Luaran Keperawatan SLKI:
1. Nyeri Akut:
- Ekspresi Verbal: Anak dapat menyatakan penurunan nyeri sendi.
- Durasi Nyeri: Anak dapat melaporkan durasi nyeri yang berkurang.
- Penggunaan Analgesik: Anak dapat menggunakan analgesik yang tepat dan efektif untuk mengurangi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas: Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang meningkat.
- Dispnea saat Aktivitas: Anak dapat melaporkan penurunan sesak napas saat beraktivitas.
- Kelelahan: Anak dapat melaporkan penurunan kelelahan saat beraktivitas.
3. Resiko Infeksi:
- Tanda-tanda Infeksi: Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi baru.
- Suhu Tubuh: Anak dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
- Jumlah Sel Darah Putih: Anak dapat mempertahankan jumlah sel darah putih dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau aplikasi kompres hangat/dingin.
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
- Kaji toleransi aktivitas anak dan batasi aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan aktivitas bertahap untuk menghindari kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang tepat.
- Monitor tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti peningkatan dispnea, kelelahan, atau nyeri.
3. Manajemen Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian profilaksis antibiotik, jika diperlukan.
- Ajarkan kepada anak dan keluarga mengenai pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, menjaga kebersihan, dan menghindari kontak dengan orang sakit.
- Monitor parameter laboratorium terkait infeksi, seperti jumlah sel darah putih.
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh klien, seperti nyeri sendi, sesak napas, dan riwayat infeksi. Luaran keperawatan SLKI menggambarkan hasil yang diharapkan setelah intervensi keperawatan dilakukan, seperti penurunan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan infeksi. Intervensi keperawatan SIKI merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan manajemen risiko infeksi. -
Article No. 21274 | 31 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan lemah sudah dari dua hari yang lalu lemes disertai dengan pusing nyeri dan pegal-pegal di seluruh tubuh keluhan lain disertai dengan nafas terasa sesak mual dan muntah diagnosa medis anemia dan CKD keluhan utamanya lemas pasien menggunakan alat bantu jalan yaitu Walker kaki pasien ada edema dan mengeluh nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami kelemahan, pusing, nyeri dan pegal-pegal di seluruh tubuh, sesak napas, mual dan muntah, serta adanya diagnosis medis anemia dan Chronic Kidney Disease (CKD), maka dapat ditetapkan beberapa Diagnosa Keperawatan, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Intoleransi Aktivitas (10029)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
b. Kelelahan (10025)
Definisi: Suatu keadaan fisik dan/atau mental yang tidak menyenangkan akibat aktivitas yang melampaui kapasitas individu.
c. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik (10023)
Definisi: Rentan mengalami perubahan yang tidak terkendali dari tekanan darah, nadi, dan/atau pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Mobilitas Fisik Terganggu (20006)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri yang terganggu.
b. Nyeri Kronis (20009)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang menetap atau berulang.
c. Edema (20002)
Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Manajemen Energi (30011)
Definisi: Tindakan untuk mengatur penggunaan dan pemulihan energi fisik dan mental.
b. Manajemen Nyeri (30013)
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan rasa nyeri yang dialami individu.
c. Perawatan Edema (30019)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial.
Kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI di atas telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai standar diagnosa dan intervensi keperawatan di Indonesia. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan perencanaan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 21275 | 31 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan lemah sudah dari dua hari yang lalu lemes disertai dengan pusing nyeri dan pegal-pegal di seluruh tubuh keluhan lain disertai dengan nafas terasa sesak mual dan muntah diagnosa medis anemia dan CKD keluhan utamanya lemas pasien menggunakan alat bantu jalan yaitu Walker kaki pasien ada edema dan mengeluh nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan data yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 1. Diagnosa Keperawatan:\b0 Intoleransi Aktivitas (Kode SDKI: B.1.2)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b - SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 Kemandirian dalam aktivitas meningkat (Kode: L.04016)\par
\b - SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 Manajemen Energi (Kode: I.11001)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Pasien mengeluh lemas, menggunakan walker, dan memiliki keterbatasan akibat anemia dan CKD yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional. Intervensi difokuskan pada pengaturan energi dan aktivitas.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 2. Diagnosa Keperawatan:\b0 Nyeri Akut (Kode SDKI: B.3.1)\par
\b - SLKI:\b0 Tingkat nyeri menurun (Kode: L.08001)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Nyeri (Kode: I.11018)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Pasien melaporkan nyeri dan pegal di seluruh tubuh. Intervensi meliputi penilaian nyeri, pemberian terapi non-farmakologis, dan kolaborasi manajemen farmakologis jika diperlukan.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 3. Diagnosa Keperawatan:\b0 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Kode SDKI: B.5.1.1)\par
\b - SLKI:\b0 Status nutrisi membaik (Kode: L.03023)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Nutrisi (Kode: I.11006)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Anemia dan CKD dapat mempengaruhi asupan nutrisi, ditambah keluhan mual dan muntah. Intervensi meliputi pemantauan asupan, edukasi diet, dan kolaborasi dengan ahli gizi.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 4. Diagnosa Keperawatan:\b0 Kelebihan Volume Cairan (Kode SDKI: B.2.1)\par
\b - SLKI:\b0 Keseimbangan cairan tercapai (Kode: L.05003)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Cairan (Kode: I.11016)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Edema pada kaki menunjukkan kelebihan cairan, yang umum pada CKD. Intervensi termasuk pemantauan tanda vital, balance cairan, dan pembatasan asupan cairan sesuai indikasi.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 5. Diagnosa Keperawatan:\b0 Risiko Cedera (Kode SDKI: C.1.4)\par
\b - SLKI:\b0 Tidak terjadi cedera (Kode: L.07017)\par
\b - SIKI:\b0 Pencegahan Jatuh (Kode: I.09017)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Lemas, pusing, dan penggunaan walker meningkatkan risiko jatuh. Intervensi meliputi pengawasan lingkungan, edukasi keselamatan, dan bantuan mobilisasi.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 6. Diagnosa Keperawatan:\b0 Ansietas (Kode SDKI: B.4.1.1)\par
\b - SLKI:\b0 Tingkat ansietas menurun (Kode: L.09005)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Ansietas (Kode: I.11021)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Kondisi kronis dan gejala yang dialami dapat menimbulkan kecemasan. Intervensi meliputi dukungan emosional, teknik relaksasi, dan komunikasi terapeutik.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1 Semua diagnosa dan intervensi harus disesuaikan dengan penilaian lengkap dan kebijakan institusi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain sangat penting, terutama dalam manajemen CKD dan anemia.\par
} -
Article No. 21276 | 31 Aug 2025
Klinis : Lutut nyeri dan membengkak, tidak menjalar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang disampaikan, yaitu \i lutut nyeri dan membengkak, tidak menjalar\i0 , berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode SDKI:\b0 1.6 \b Nyeri Akut\b0\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut; onset mendadak atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan durasi kurang dari 3 bulan.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\b Kode:\b0 1301 \b Kontrol Nyeri\b0\par
\b Definisi Luaran:\b0 Tindakan personal untuk mengendalikan nyeri.\par
\b Kriteria Luaran (Indikator):\b0\par
130101 Melaporkan nyeri terkontrol\par
130102 Mengenali faktor presipitasi\par
130103 Memantau intensitas nyeri\par
130104 Memantau karakteristik nyeri\par
130105 Memilih strategi manajemen nyeri yang tepat\par
130106 Melaporkan berkurangnya durasi episode nyeri\par
130107 Melaporkan berkurangnya intensitas nyeri\par
130108 Menggunakan analgesik dengan tepat\par
130109 Menggunakan metode nonfarmakologis dengan tepat\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\b Kode:\b0 1410 \b Manajemen Nyeri\b0\par
\b Definisi:\b0 Memberikan bantuan untuk meringankan nyeri atau mengurangi nyeri hingga tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh individu.\par
\b Aktivitas Keperawatan (Intervensi):\b0\par
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas (skala 0-10).\par
- Kaji faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.\par
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (contoh: kompres dingin pada area lutut yang bengkak, distraksi, relaksasi).\par
- Kolaborasi pemberian farmakologis analgesik sesuai indikasi dan kebijakan institusi.\par
- Ajarkan untuk memantau dan melaporkan karakteristik serta respons terhadap intervensi nyeri.\par
- Anjurkan untuk mengistirahatkan sendi lutut dan hindari aktivitas yang memberatkan.\par
- Lakukan evaluasi keefektifan manajemen nyeri.\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa ini berfokus pada manifestasi utama yaitu \i nyeri\i0 . Pembengkakan (\i swelling\i0 ) dapat menjadi data pendukung dan bagian dari karakteristik nyeri. Untuk penanganan yang komprehensif, asesmen lebih lanjut mengenai penyebab dasar (misalnya trauma, artritis, gout) diperlukan untuk intervensi dan kolaborasi yang tepat.\par
} -
Article No. 21277 | 31 Aug 2025
Klinis : Lutut nyeri dan membengkak, tidak menjalar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, yaitu \b nyeri dan pembengkakan pada lutut tanpa penjalaran\b0 , berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul Nyeri Akut\cf0\ulnone (Kode: D.0016)\par
\b Definisi:\cf0\par
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\cf0\par
\cf3\ul Tingkat Nyeri Terkontrol\cf0\ulnone (Kode: L.14015)\par
\b Kriteria Luaran:\cf0\par
1. Melaporkan nyeri terkontrol.\par
2. Menunjukkan perilaku nyeri terkontrol (misalnya, tidak gelisah, dapat beristirahat).\par
3. Tanda vital dalam rentang normal.\par
4. Menunjukkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\cf0\par
\cf4\ul Manajemen Nyeri\cf0\ulnone (Kode: I.11030)\par
\b Aktivitas Intervensi:\cf0\par
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.\par
2. Observasi tanda-tanda non-verbal ketidaknyamanan.\par
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya, kompres dingin pada area bengkak, elevasi ekstremitas, dan distraksi).\par
4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi dan kebijakan institusi.\par
5. Monitor efektivitas manajemen nyeri dan evaluasi respons pasien.\par
6. Edukasi pasien tentang penyebab nyeri dan strategi penanganannya.\par
\b Penjelasan Singkat:\cf0\par
Diagnosa \i Nyeri Akut\i0 dipilih karena kondisi nyeri dan pembengkakan pada lutut menunjukkan adanya respons peradangan atau cedera jaringan yang memicu nyeri akut. Intervensi \i Manajemen Nyeri\i0 berfokus pada pengurangan nyeri melalui pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis, sementara luaran \i Tingkat Nyeri Terkontrol\i0 diharapkan dapat tercapai dengan indikator penurunan intensitas nyeri dan peningkatan kenyamanan pasien. Pendekatan ini sesuai dengan prinsip evidence-based practice dan standar profesional keperawatan.\par
} -
Article No. 21278 | 31 Aug 2025
Klinis : Lutut linu, membengkak terutama saat mau digerakan, nyeri rasanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\lang1057\f0\fs22\lang1033 Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, yaitu lutut linu, membengkak terutama saat digerakkan, dan nyeri, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul Nyeri Akut\cf1\ulnone (Kode: D.0016)\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul Tingkat Nyeri Terkontrol\cf1\ulnone (Kode: L.14015)\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk mengendalikan atau mengurangi sensasi nyeri melalui strategi non-farmakologis atau farmakologis, dengan indikator seperti skala nyeri menurun, ekspresi wajah rileks, dan kemampuan melakukan aktivitas tanpa gangguan nyeri.\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul Manajemen Nyeri\cf1\ulnone (Kode: I.11030)\par
\b Definisi:\b0 Tindakan untuk meringankan atau mengurangi nyeri melalui pendekatan holistik, termasuk pemberian analgesik sesuai resep, penggunaan teknik relaksasi, kompres dingin/panas, dan edukasi pasien tentang manajemen nyeri mandiri.\par
\b Penjelasan Singkat:\b0 Kondisi lutut linu, bengkak, dan nyeri saat digerakkan mengindikasikan respons peradangan akut, mungkin terkait arthritis, cedera ligamen, atau strain otot. Diagnosa "Nyeri Akut" dipilih karena gejala muncul tiba-tiba dan membatasi mobilitas. Luaran "Tingkat Nyeri Terkontrol" bertujuan mengurangi nyeri hingga tingkat yang dapat ditoleransi, sementara intervensi "Manajemen Nyeri" fokus pada tindakan seperti pemberian es untuk mengurangi bengkak, pemberian obat anti-inflamasi, dan anjuran istirahat untuk memfasilitasi penyembuhan.\par
\i Catatan: Rekomendasi ini bersifat umum dan harus disesuaikan dengan assessment lengkap, termasuk riwayat kesehatan pasien dan evaluasi klinis lebih detail.\i0\par
} -
Article No. 21279 | 31 Aug 2025
Klinis : Lutut linu, membengkak terutama saat mau digerakan,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan adalah "Nyeri Sendi" (SDKI). Nyeri sendi adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan aktual atau potensial pada sendi.
Karakteristik utama dari diagnosa ini meliputi:
1. Adanya keluhan nyeri di daerah sendi, dalam hal ini adalah lutut.
2. Pembengkakan pada sendi, terutama saat digerakkan.
3. Penurunan kemampuan fungsi sendi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien akan dapat mengendalikan nyeri sendi lutut yang dirasakan.
2. Mobilitas Sendi: Pasien akan dapat meningkatkan mobilitas dan rentang gerak sendi lutut.
3. Pemulihan Fungsi Sendi: Pasien akan dapat memulihkan fungsi sendi lutut secara optimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengatasi nyeri.
- Pertimbangkan pemberian terapi dingin (es) pada area sendi untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
2. Peningkatan Mobilitas Sendi:
- Lakukan ROM (Range of Motion) aktif dan pasif pada sendi lutut secara bertahap.
- Ajarkan latihan penguatan otot dan peregangan untuk meningkatkan mobilitas sendi.
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan, seperti kruk atau walker.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya latihan mobilitas sendi.
3. Perawatan Sendi:
- Lakukan kompres dingin pada area sendi lutut yang bengkak untuk mengurangi inflamasi.
- Berikan dukungan sendi lutut (knee brace) untuk menstabilkan sendi.
- Ajarkan teknik proteksi sendi untuk menghindari cedera lebih lanjut.
- Berikan edukasi mengenai perawatan sendi yang tepat, seperti penggunaan obat-obatan, istirahat, dan pola aktivitas yang sesuai.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol nyeri, peningkatan mobilitas sendi, dan pemulihan fungsi sendi lutut secara optimal. -
Article No. 21280 | 31 Aug 2025
Klinis : Pasien mengatakan bahwa ia memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun terakhir yang tidak terkontrol dengan baik. Selain itu, pasien juga mengungkapkan bahwa ia merokok 10 batang sehari sejak usia 20 tahun, namun telah berhenti merokok sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa ayahnya meninggal akibat serangan jantung pada usia 58, yang menunjukkan adanya faktor genetik yang dapat berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK) pada dirinya Pasien makanan tinggi lemak dan garam, dengan frekuensi makan 3 kali sehari. Tidak banyak mengonsumsi buah dan sayur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat ditetapkan beberapa diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (RKNTB)
- Kode: 00002
- Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Intoleransi Aktivitas (IA)
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
c. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Kardiovaskular (RPJK)
- Kode: 00096
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jantung dan pembuluh darah yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (RKNTB):
Pasien memiliki pola makan yang tidak sehat, dengan tinggi lemak dan garam serta kurang konsumsi buah dan sayur. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya ketidakseimbangan nutrisi.
b. Intoleransi Aktivitas (IA):
Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik dan faktor genetik dari ayah yang meninggal akibat serangan jantung dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan psikologis pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Kardiovaskular (RPJK):
Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan faktor genetik dari ayah yang meninggal akibat serangan jantung meningkatkan risiko terjadinya perubahan perfusi jaringan kardiovaskular, yang dapat berdampak pada suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Kode dan definisi di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21281 | 31 Aug 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang sebelumnya sehat, dibawa kerumah sakit karena keluhan pembengkakan pada wajah dan perut kembung selama 3 hari setelah tiga minggu demam yang tidak kunjung sembuh dan perubahan warna urin menjadi kemerahan. Hasil pemeriksaan urin didapatkan hasil protein 2+ dan adanya sel darah merah pada urin. Pemeriksaan lebih lanjut juga menunjukkan anemia (hemoglobin 6,6 g/dl) dan urea 90 mg/dl dan kreatinin serum 4,5 mg/dl. Sebelumnya anak pernah dirawat di ruang perawatan anak RS lainnya, dengan diagnosis glomerulonefritis akut. Namun, urea dan kreatinin serum terus meningkat (Urea: 300 mg/dl dan kreatinin: 6,2 mg/dl) dan anak dipindahkan ke rumah sakit umum rujukan untuk pengobatan lebih lanjut (kemungkinan diperlukan dialysis). Saat masuk, pemeriksaan menunjukkan anak pucat dengan edema ringan pada kedua tungkai kaki, tekanan darah 120/80 mmHg. Anak tidak demam, sedikit takikardi (denyut jantung 115 denyut/menit), dan saturasi 98% di udara ruangan. Tidak ada riwayat nyeri sendi/bengkak atau ruam kulit serta riwayat nyeri dada, sesak napas, hemoptisis, palpitasi, hepatitis, dan perubahan tingkat kesadaran.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak laki-laki berusia 10 tahun dengan keluhan pembengkakan pada wajah, perut kembung, perubahan warna urin, anemia, dan gangguan fungsi ginjal.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan (+) berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan pembengkakan pada wajah dan perut kembung.
2. Intoleransi Aktivitas (+) berhubungan dengan anemia yang ditandai dengan pucat.
3. Risiko Komplikasi (+) berhubungan dengan penyakit ginjal yang ditandai dengan peningkatan urea dan kreatinin serum.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan:
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada edema
- Intake dan output cairan seimbang
- Laboratorium (urea, kreatinin, hemoglobin) dalam batas normal
2. Intoleransi Aktivitas:
- Anak mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai usia
- Anak tidak tampak lelah atau sesak napas saat beraktivitas
- Nilai hemoglobin meningkat
3. Risiko Komplikasi:
- Tidak ada komplikasi terkait penyakit ginjal (misalnya hipertensi, gagal jantung, anemia berat)
- Fungsi ginjal membaik (penurunan kadar urea dan kreatinin serum)
- Tidak memerlukan dialisis
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan:
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur
- Ukur dan catat intake dan output cairan secara akurat
- Batasi asupan cairan dan natrium sesuai rekomendasi
- Berikan diuretik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait penanganan edema
2. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi toleransi anak terhadap aktivitas
- Atur aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
- Berikan terapi oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi
3. Risiko Komplikasi:
- Monitor tanda-tanda komplikasi secara teratur
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi (misalnya antihipertensi, diuretik, suplemen besi)
- Berikan pendidikan kesehatan kepada anak dan keluarga terkait perawatan penyakit ginjal
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait rencana terapi dialisis jika diperlukan
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk anak laki-laki tersebut. Silakan jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut.