Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21324 | 01 Sep 2025
Klinis : Resiko cedera pada ibu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\par
\b Kode SDKI:\b0 D.0016\par
\b Diagnosis:\b0 Risiko Cedera\par
\b Definisi:\b0 Rentan terhadap cedera fisik akibat kondisi lingkungan atau karakteristik individu, yang dapat membahayakan kesehatan.\par
\par
\b PENJELASAN SINGKAT\par
\par
\b 1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\b0\par
\b - Kode:\b0 D.0016\par
\b - Diagnosis:\b0 Risiko Cedera\par
\b - Definisi:\b0 Kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat terjadi akibat faktor internal atau eksternal, seperti kondisi kesehatan ibu, lingkungan, atau praktik perawatan yang tidak aman. Pada konteks ibu, hal ini dapat mencakup risiko jatuh, komplikasi persalinan, atau efek samping pengobatan.\par
\b - Faktor Risiko (Contoh):\b0 Gangguan mobilitas, ketidakseimbangan nutrisi, penggunaan alat medis, atau riwayat kesehatan yang kompleks.\par
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\b0\par
\b - Kode:\b0 L.14016\par
\b - Luaran:\b0 Perilaku Pencegahan Cedera\par
\b - Definisi:\b0 Kemampuan klien untuk mengenali, menghindari, dan mengurangi faktor risiko cedera. Pada ibu, luaran ini diharapkan mencakup pemahaman tentang tindakan pencegahan, seperti menghindari aktivitas berbahaya, mematuhi anjuran kesehatan, dan menggunakan alat bantu dengan benar.\par
\b - Indikator (Contoh):\b0 Klien mengidentifikasi faktor risiko cedera, menerapkan tindakan pencegahan, dan melaporkan insiden cedera secara tepat waktu.\par
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\b0\par
\b - Kode:\b0 I.11270\par
\b - Intervensi:\b0 Pencegahan Cedera\par
\b - Definisi:\b0 Tindakan keperawatan untuk meminimalkan risiko cedera pada klien melalui pengkajian, edukasi, dan modifikasi lingkungan. Pada ibu, intervensi dapat mencakup pemantauan tanda vital, edukasi tentang keselamatan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan.\par
\b - Aktivitas (Contoh):\b0 Mengkaji faktor risiko cedera, memberikan edukasi tentang pencegahan jatuh, memastikan lingkungan aman (misalnya, lantai tidak licin), dan memantau kepatuhan terhadap pengobatan.\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosis dan intervensi harus disesuaikan dengan kondisi spesifik ibu melalui pengkajian menyeluruh, mengacu pada pedoman PPNI dan evidence-based practice.\par
} -
Article No. 21325 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, serta kodenya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
b. Nyeri Akut (00132)
c. Gangguan Menelan (00103)
d. Risiko Infeksi (00004)
e. Gangguan Citra Tubuh (00118)
f. Gangguan Tidur (00198)
g. Defisit Perawatan Diri (00108)
h. Kecemasan (00146)
2. Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
- SDKI: Kerusakan struktur dan fungsi kulit
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Luka
- Kode: 10015
b. Nyeri Akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
- Kode: 10020
c. Gangguan Menelan (00103)
- SDKI: Kesulitan dalam memindahkan makanan atau cairan dari mulut ke dalam lambung
- SLKI: Manajemen Disfagia
- SIKI: Manajemen Disfagia
- Kode: 10008
d. Risiko Infeksi (00004)
- SDKI: Peningkatan risiko terpapar oleh agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
- Kode: 10003
e. Gangguan Citra Tubuh (00118)
- SDKI: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik
- SLKI: Peningkatan Citra Tubuh
- SIKI: Konseling Citra Tubuh
- Kode: 10013
f. Gangguan Tidur (00198)
- SDKI: Pengalaman terganggunya kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi normal
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
- Kode: 10022
g. Defisit Perawatan Diri (00108)
- SDKI: Ketidakmampuan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
- SLKI: Peningkatan Perawatan Diri
- SIKI: Perawatan Diri
- Kode: 10011
h. Kecemasan (00146)
- SDKI: Respon terhadap ancaman yang diyakini atau dinilai akan menimbulkan bahaya
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
- Kode: 10018
Tone: Akademis, Persona: Pakar perawat -
Article No. 21326 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
2. Nyeri Akut (00132)
3. Gangguan Makan (00002)
4. Gangguan Tidur (00198)
5. Ansietas (00146)
6. Risiko Infeksi (00004)
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046):
- Luaran: Pemulihan Integritas Kulit
- Kriteria Hasil: Kulit pulih, tidak ada lesi, nyeri berkurang, tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Nyeri Akut (00132):
- Luaran: Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, mampu menggunakan strategi manajemen nyeri, tidak ada tanda-tanda distres fisik akibat nyeri
3. Gangguan Makan (00002):
- Luaran: Intake Nutrisi
- Kriteria Hasil: Asupan nutrisi adekuat, tidak ada penurunan berat badan yang signifikan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Gangguan Tidur (00198):
- Luaran: Kualitas Tidur
- Kriteria Hasil: Pasien tidur dengan nyenyak, tidak terbangun oleh nyeri, bangun merasa segar
5. Ansietas (00146):
- Luaran: Kontrol Ansietas
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan cemas berkurang, mampu menggunakan strategi koping yang efektif, perilaku terkendali
6. Risiko Infeksi (00004):
- Luaran: Kontrol Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu, hasil pemeriksaan laboratorium normal
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247):
- Luaran: Integritas Selaput Mukosa
- Kriteria Hasil: Mukosa mulut dan mata pulih, tidak ada nyeri, tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046):
- Perawatan Luka
- Manajemen Kulit
- Peningkatan Perfusi Jaringan
2. Nyeri Akut (00132):
- Manajemen Nyeri
- Pemberian Analgesik
- Distraksi
3. Gangguan Makan (00002):
- Dukungan Nutrisi
- Konsultasi Gizi
- Peningkatan Intake Cairan
4. Gangguan Tidur (00198):
- Manajemen Tidur
- Terapi Relaksasi
- Pengaturan Lingkungan Tidur
5. Ansietas (00146):
- Manajemen Ansietas
- Terapi Kognitif
- Dukungan Emosional
6. Risiko Infeksi (00004):
- Pencegahan Infeksi
- Perawatan Luka
- Pemantauan Tanda-tanda Infeksi
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247):
- Perawatan Mukosa
- Manajemen Nyeri Mulut
- Peningkatan Intake Cairan
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046): Kerusakan struktur dan fungsi kulit sebagai akibat dari reaksi alergi obat. Ditandai dengan adanya ruam, lepuhan, dan erosi pada kulit yang luas.
2. Nyeri Akut (00132): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan kulit dan mukosa yang sangat luas dan menyeluruh.
3. Gangguan Makan (00002): Ketidakmampuan pasien untuk makan atau minum yang cukup akibat adanya lesi di mulut dan tenggorokan, serta penurunan nafsu makan.
4. Gangguan Tidur (00198): Ketidakmampuan pasien untuk tidur atau mempertahankan tidur yang adekuat akibat nyeri kulit dan mukosa yang hebat.
5. Ansietas (00146): Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami pasien terkait perubahan penampilan dan citra diri akibat kerusakan kulit yang luas.
6. Risiko Infeksi (00004): Adanya potensi masuknya agen patogen ke dalam tubuh pasien melalui luka kulit dan mukosa yang terbuka.
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247): Adanya potensi kerusakan pada mukosa mata, mulut, dan genital akibat reaksi alergi obat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Diharapkan kulit pasien dapat pulih, tidak ada lesi, nyeri berkurang, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Kontrol Nyeri: Diharapkan pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, mampu menggunakan strategi manajemen nyeri, dan tidak ada tanda-tanda distres fisik akibat nyeri.
3. Intake Nutrisi: Diharapkan asupan nutrisi pasien adekuat, tidak ada penurunan berat badan yang signifikan, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
4. Kualitas Tidur: Diharapkan pasien dapat tidur dengan nyenyak, tidak terbangun oleh nyeri, dan bangun merasa segar.
5. Kontrol Ansietas: Diharapkan pasien melaporkan cemas berkurang, mampu menggunakan strategi koping yang efektif, dan perilaku terkendali.
6. Kontrol Infeksi: Diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu, dan hasil pemeriksaan laboratorium normal.
7. Integritas Selaput Mukosa: Diharapkan mukosa mulut dan mata pulih, tidak ada nyeri, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046):
- Perawatan Luka: Membersihkan, menutup, dan memfasilitasi penyembuhan luka.
- Manajemen Kulit: Menjaga kelembapan kulit, mencegah kerusakan, dan memperbaiki integritas kulit.
- Peningkatan Perfusi Jaringan: Memastikan perfusi jaringan yang adekuat untuk mempercepat penyembuhan.
2. Nyeri Akut (00132):
- Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memantau respon terhadap analgesik, dan mengajarkan strategi manajemen nyeri.
- Pemb -
Article No. 21327 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dan kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit (SDKI: 13017)
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
- Kode SDKI: 13017
- Kode SLKI: LS005
- Kode SIKI: K0053
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (SDKI: 13047)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Kode SDKI: 13047
- Kode SLKI: LK001
- Kode SIKI: N0131
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (SDKI: 13052)
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- Kode SDKI: 13052
- Kode SLKI: LK005
- Kode SIKI: K0057
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh (SDKI: 13009)
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang penampilan dan fungsi fisik.
- Kode SDKI: 13009
- Kode SLKI: LK007
- Kode SIKI: P0023
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas (SDKI: 13004)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang disadari, ditandai dengan ketegangan, kekhawatiran, dan gejala fisik.
- Kode SDKI: 13004
- Kode SLKI: LK002
- Kode SIKI: P0010
Catatan:
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia -
Article No. 21328 | 01 Sep 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan bab cair lebih dari 6x dalam 24jam, mual dan muntah dengan nyeri perut menjalar ke ulu hati
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Diare Akut. Diare akut didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses menjadi cair dan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Pasien mengalami diare cair lebih dari 6 kali dalam 24 jam, disertai dengan mual, muntah, dan nyeri perut menjalar ke ulu hati, yang merupakan tanda-tanda dan gejala dari diare akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan dan elektrolit yang membaik, seperti turgor kulit yang baik, mukosa lembab, dan tidak mengalami dehidrasi.
2. Kontrol gejala: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi diare, tidak lagi mengalami mual dan muntah, serta berkurangnya nyeri perut.
3. Pengetahuan tentang diare: Pasien dan keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan diare akut.
4. Kemampuan untuk merawat diri: Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan perawatan diri terkait diare, seperti menjaga kebersihan, mengonsumsi makanan dan minuman yang tepat, dan mengenali tanda-tanda komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Memantau intake dan output cairan pasien
- Menghitung kebutuhan cairan berdasarkan status hidrasi pasien
- Memberikan cairan intravena atau oral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
- Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi dan electrolyte imbalance
2. Manajemen Gejala
- Memberikan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah
- Memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri perut
- Menganjurkan diet rendah serat dan mudah dicerna
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan diare akut
- Mengajarkan teknik mencuci tangan yang benar
- Memberikan informasi tentang tanda-tanda komplikasi yang memerlukan konsultasi medis
4. Dukungan Psikologis
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga
- Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
- Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab mengenai kondisi pasien
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan kondisi, kontrol gejala, peningkatan pengetahuan, dan kemampuan untuk merawat diri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 21329 | 01 Sep 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan bab cair lebih dari 6x dalam 24jam, mual dan muntah dengan nyeri perut menjalar ke ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut (00013)
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak terkendali, dengan peningkatan frekuensi, volume, dan konsistensi cair.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Diare akut (00013)
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak terkendali, dengan peningkatan frekuensi, volume, dan konsistensi cair.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan (00011)
Definisi: Keadaan di mana jumlah cairan yang masuk dan keluar dari tubuh dalam keadaan seimbang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen diare (6730)
Definisi: Pemberian perawatan untuk mengurangi frekuensi, volume, dan konsistensi cair dari pengeluaran feses.
2. Manajemen cairan (6680)
Definisi: Pengaturan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan diare akut, yaitu pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak terkendali, dengan peningkatan frekuensi, volume, dan konsistensi cair. Ini merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam SDKI, diare akut (00013) didefinisikan sebagai kondisi tersebut. Dalam SLKI, luaran keperawatan yang terkait adalah keseimbangan cairan (00011), yaitu menjaga jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh dalam keadaan seimbang. Sedangkan dalam SIKI, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen diare (6730) untuk mengurangi frekuensi, volume, dan konsistensi cair dari pengeluaran feses, serta manajemen cairan (6680) untuk mengatur asupan dan pengeluaran cairan agar tetap seimbang. -
Article No. 21330 | 01 Sep 2025
Klinis : bab cair lebih dari 6x dalam 24jam, mual dan muntah, nyeri perut menjalar ke ulu hati
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan adalah Diare Akut. Diare akut didefinisikan sebagai perubahan konsistensi dan frekuensi BAB menjadi cair lebih dari 3 kali per hari, disertai dengan gejala-gejala seperti mual, muntah, dan nyeri perut. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit di saluran pencernaan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti turgor kulit yang baik, mukosa lembab, dan produksi urin yang cukup.
2. Kontrol Gejala: Pasien melaporkan penurunan frekuensi diare, mual, muntah, dan nyeri perut.
3. Pengetahuan Perawatan Diri: Pasien dan keluarga memahami manajemen diare akut, seperti pentingnya rehidrasi, diet yang tepat, dan kapan harus mencari bantuan medis.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
a. Pantau tanda-tanda dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan.
b. Berikan cairan rehidrasi oral atau intravena sesuai kebutuhan.
c. Pantau asupan dan output cairan.
2. Manajemen Gejala:
a. Berikan antiemetik (obat anti-mual) untuk mengurangi mual dan muntah.
b. Berikan analgesik (obat penghilang nyeri) untuk mengatasi nyeri perut.
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi gejala.
3. Edukasi Perawatan Diri:
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare akut, termasuk pentingnya rehidrasi, diet, dan tanda-tanda komplikasi.
b. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat frekuensi, konsistensi, dan volume diare.
c. Beri informasi tentang kapan harus mencari bantuan medis.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan Diare Akut dipilih karena kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu BAB cair lebih dari 6 kali dalam 24 jam, disertai dengan mual, muntah, dan nyeri perut menjalar ke ulu hati, sesuai dengan kriteria diagnostik diare akut.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup tiga area utama: keseimbangan cairan, kontrol gejala, dan pengetahuan perawatan diri. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien terhidrasi dengan baik, mengurangi gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan, serta meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi diare akut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen cairan, manajemen gejala, dan edukasi perawatan diri. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan, mengurangi gejala yang mengganggu, dan membekali pasien serta keluarga dengan pengetahuan yang diperlukan untuk merawat kondisi diare akut dengan baik.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dengan cepat, mencegah terjadinya komplikasi, dan mampu mengelola kondisinya secara mandiri di kemudian hari. -
Article No. 21331 | 01 Sep 2025
Klinis : bab cair lebih dari 6x dalam 24jam, mual dan muntah, nyeri perut menjalar ke ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu:
- Bab cair lebih dari 6x dalam 24 jam
- Mual dan muntah
- Nyeri perut menjalar ke ulu hati
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diare
Kode: 00013
Definisi: Pengeluaran feses yang encer dan lebih sering dari biasanya.
2. Mual
Kode: 00134
Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang mengarah ke keinginan untuk muntah.
3. Nyeri akut
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Selanjutnya, berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosis keperawatan:
1. Diare
SLKI:
- Pemulihan pola defekasi
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Kontrol tanda-tanda vital
SIKI:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen diare
- Perawatan kulit perianal
2. Mual
SLKI:
- Kontrol mual dan muntah
- Pemulihan fungsi gastrointestinal
- Kenyamanan
SIKI:
- Manajemen mual dan muntah
- Manajemen nutrisi
- Terapi komplementer: aromaterapi, akupresur
3. Nyeri akut
SLKI:
- Kontrol nyeri
- Pemulihan fungsi
- Kenyamanan
SIKI:
- Manajemen nyeri
- Terapi komplementer: terapi musik, relaksasi
- Terapi farmakologi
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 21332 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien mengatakan sesak napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan keluhan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan sesak napas adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang nyaman dan efektif". Indikator utamanya adalah pasien mengeluhkan sesak napas, yang merupakan keluhan subjektif pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif" (SLKI, 2019). Luaran ini didefinisikan sebagai "Kemampuan untuk mempertahankan pernapasan yang nyaman dan efektif". Indikator-indikator pencapaian luaran ini antara lain:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Kedalaman napas yang adekuat
3. Irama napas yang teratur
4. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan
5. Tidak ada keluhan sesak napas
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran "Pola Napas Efektif", beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas pasien secara berkala
- Memantau tanda-tanda vital lainnya seperti suhu, nadi, dan tekanan darah
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi pernapasan yang efektif
- Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien
- Melakukan suction jika perlu untuk mempertahankan jalan napas
3. Edukasi Manajemen Napas
- Mengajarkan teknik pernapasan yang benar kepada pasien
- Mendorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang tepat
4. Manajemen Gejala
- Memberikan obat-obatan sesuai dengan resep untuk mengatasi sesak napas
- Memantau efektivitas dan efek samping obat-obatan yang diberikan
Dengan diagnosa keperawatan yang tepat, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai pola napas yang efektif dan mengatasi keluhan sesak napas yang dialami. -
Article No. 21333 | 01 Sep 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan otak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Perfusi Jaringan Otak":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Perfusi Jaringan Otak" adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan atau disfungsi pada jaringan otak.
Definisi dari "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral" menurut SDKI adalah: "Penurunan sirkulasi darah yang menyebabkan ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengancam kelangsungan hidup jaringan otak."
Karakteristik definisi ini mencakup gejala-gejala seperti perubahan kesadaran, perubahan fungsi motorik, sensorik, dan kognitif, serta tanda-tanda lain yang mengindikasikan gangguan perfusi otak.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral" adalah:
a. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
b. Fungsi Neurologis Membaik
c. Tidak Terjadi Komplikasi
a. Perfusi Jaringan Serebral Membaik:
Kriteria hasil ini menunjukkan bahwa suplai oksigen dan nutrisi ke otak telah membaik, sehingga dapat mempertahankan fungsi normal jaringan otak. Indikator yang dapat diukur meliputi peningkatan kesadaran, fungsi motorik, sensorik, dan kognitif.
b. Fungsi Neurologis Membaik:
Kriteria hasil ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi saraf, seperti kesadaran, pergerakan, sensasi, dan kognitif, telah membaik sesuai dengan kondisi pasien. Indikator yang dapat diukur meliputi peningkatan skor Glasgow Coma Scale (GCS), fungsi motorik, sensorik, dan fungsi kognitif.
c. Tidak Terjadi Komplikasi:
Kriteria hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada komplikasi yang timbul akibat gangguan perfusi jaringan otak, seperti kerusakan permanen pada otak, kegagalan organ, atau kematian. Indikator yang dapat diukur meliputi tidak adanya tanda-tanda kerusakan otak, gangguan vital sign, dan komplikasi lainnya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral" meliputi:
a. Pemantauan Perfusi Jaringan Serebral
b. Manajemen Perfusi Jaringan Serebral
c. Manajemen Neurologi
d. Pencegahan Komplikasi
a. Pemantauan Perfusi Jaringan Serebral:
Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memantau status perfusi jaringan otak secara komprehensif. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan neurologis, pemantauan kadar oksigen dalam darah, dan pemantauan hasil tes diagnostik lainnya.
b. Manajemen Perfusi Jaringan Serebral:
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan otak. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengaturan posisi pasien, pemberian oksigen, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan aliran darah dan oksigenasi otak.
c. Manajemen Neurologi:
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi neurologis pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemantauan status mental, fungsi motorik, sensorik, dan kognitif, serta pemberian stimulasi yang sesuai untuk meningkatkan fungsi tersebut.
d. Pencegahan Komplikasi:
Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan otak. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan cedera kepala, pencegahan infeksi, pencegahan komplikasi pernapasan, serta pemantauan dan penanganan tanda-tanda komplikasi lainnya.
Penerapan intervensi-intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan berkelanjutan diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memulihkan perfusi jaringan otak, meningkatkan fungsi neurologis, dan mencegah terjadinya komplikasi.