Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21294 | 01 Sep 2025
Klinis : kencing batu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi "kencing batu" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N20.0
- Deskripsi: Batu ginjal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 55.03
- Deskripsi: Lithotripsi ginjal, tanpa pemecahan batu, menggunakan gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N20.0 untuk "Batu ginjal" adalah kode yang tepat untuk menggambarkan kondisi "kencing batu". Hal ini karena kencing batu, atau urolithiasis, umumnya terjadi ketika kristal-kristal mineral terbentuk di dalam ginjal, membentuk batu-batu kecil.
2. Untuk tindakan medis yang sering dilakukan dalam menangani kasus kencing batu, kode ICD-9-CM 55.03 untuk "Lithotripsi ginjal, tanpa pemecahan batu, menggunakan gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL)" adalah yang paling sesuai. ESWL merupakan salah satu prosedur non-invasif yang umum digunakan untuk memecahkan batu ginjal tanpa perlu operasi.
Kode-kode tersebut digunakan oleh tenaga medis dan perekam medis untuk mengklasifikasikan dan mendokumentasikan diagnosis serta prosedur medis yang dilakukan dalam penatalaksanaan kondisi "kencing batu" secara terstandar. -
Article No. 21295 | 01 Sep 2025
Klinis : sariawan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis sariawan, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K12.0
- Deskripsi: Stomatitis aftosa, sariawan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.01
- Deskripsi: Aplikasi lokal agen terapeutik ke rongga mulut dan faring
Penjelasan:
Sariawan, yang secara medis dikenal sebagai stomatitis aftosa, adalah kondisi yang ditandai dengan adanya luka atau lepuhan kecil di dalam rongga mulut. Sariawan umumnya tidak berbahaya dan biasanya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari hingga seminggu.
Kode ICD-10 K12.0 mengacu spesifik pada kondisi sariawan atau stomatitis aftosa. Sementara itu, kode ICD-9-CM 98.01 menunjukkan prosedur aplikasi lokal agen terapeutik, seperti obat-obatan topikal, ke rongga mulut dan faring, yang mungkin dilakukan untuk mengatasi sariawan dan mempercepat penyembuhannya.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk mencatat kode diagnosis dan prosedur yang sesuai dalam rekam medis pasien untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan memfasilitasi proses penagihan serta penelusuran data epidemiologi. -
Article No. 21296 | 01 Sep 2025
Klinis : gondongen
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi gondongen:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N41.0
- Deskripsi: Gondongen (Prostatitis akut)
Gondongen atau prostatitis akut merupakan kondisi peradangan pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau nonbakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri panggul, rasa tidak nyaman saat berkemih, dan demam.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 60.81
- Deskripsi: Aspirasi atau biopsi prostat
Jika diperlukan, prosedur aspirasi atau biopsi prostat dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan penyebab gondongen. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum untuk mengambil sampel cairan atau jaringan dari kelenjar prostat untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. -
Article No. 21297 | 01 Sep 2025
Klinis : parotitis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis parotitis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K11.0
- Deskripsi: Parotitis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 42.23
- Deskripsi: Eksisi atau obstruksi glandula parotis
Parotitis adalah peradangan kelenjar parotis, yang merupakan salah satu dari tiga pasang kelenjar ludah utama. Kode ICD-10 K11.0 digunakan untuk mengkodekan kondisi ini. Dalam kasus tertentu, pasien dengan parotitis mungkin memerlukan tindakan eksisi atau obstruksi kelenjar parotis, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 42.23. Dokter atau perekam medis akan memilih kode yang sesuai berdasarkan dokumentasi klinis dan prosedur yang dilakukan. -
Article No. 21298 | 01 Sep 2025
Klinis : berat anggota gerak kanan sejak 4 hari smrs, Bicara pelo (+), Bibir mencong (-) Nyeri kepala (-). Mual (-). Muntah (-) Kejang (-) demam (-), Reflek menelan (+). Pingsan (-). BAB dan BAK normal. os sudah ct scan dari RSUD gunung tua dan disarankan MRi, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sesak RPD: Riw. Hipertensi (-), Riw. DM T2 (-), Riw. stroke (-), riw. dislipidemia (-), riw. sakit jantung (-) RPO:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan analisis yang rinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu berat anggota gerak kanan sejak 4 hari, bicara pelo, reflek menelan positif, namun tidak ada sumbatan jalan nafas dan tidak ada sesak, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan hemiparese (penurunan kekuatan otot di satu sisi tubuh).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
2. Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan fungsional.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara bertahap dan terukur sesuai kemampuannya, seperti latihan rentang gerak, latihan kekuatan otot, dan latihan koordinasi.
2. Terapi Latihan: Memberikan latihan fisik yang terstruktur dan terjadwal untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan kemampuan fungsional pasien.
3. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin timbul selama aktivitas fisik dengan pemberian analgetik, kompres, atau modalitas lain sesuai indikasi.
4. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan fisik, manajemen nyeri, dan perawatan anggota gerak yang terkena.
5. Kolaborasi dengan Fisioterapis: Berkolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Mobilitas Fisik" dipilih karena pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan yang merupakan gejala utama dari hemiparese. Hemiparese adalah penurunan kekuatan otot di satu sisi tubuh, yang sering terjadi akibat gangguan neurologis seperti stroke.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri, menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional, dan peningkatan kekuatan otot. Hal ini bertujuan untuk memulihkan mobilitas dan kemampuan fungsional pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, terapi latihan, manajemen nyeri, edukasi pasien, dan kolaborasi dengan fisioterapis. Tujuannya adalah untuk membantu pasien meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan kemampuan fungsional secara bertahap, serta mengelola nyeri yang mungkin timbul selama aktivitas.
Peran perawat dalam asuhan ini adalah sebagai fasilitator dalam proses pemulihan, edukator untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga, serta kolaborator dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 21299 | 01 Sep 2025
Klinis : berat anggota gerak kanan sejak 4 hari smrs, Bicara pelo (+), Bibir mencong (-) Nyeri kepala (-). Mual (-). Muntah (-) Kejang (-) demam (-), Reflek menelan (+). Pingsan (-). BAB dan BAK normal. os sudah ct scan dari RSUD gunung tua dan disarankan MRi, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sesak RPD: Riw. Hipertensi (-), Riw. DM T2 (-), Riw. stroke (-), riw. dislipidemia (-), riw. sakit jantung (-) RPO:
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G81.1
- Deskripsi: Hemiplegia spastik, yang mempengaruhi lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh.
Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dijelaskan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang dapat diberikan.
Penjelasan:
- Gejala utama yang dilaporkan adalah berat anggota gerak kanan sejak 4 hari, yang mengarah pada diagnosis hemiplegia spastik (kelumpuhan setengah badan sebelah kanan).
- Gejala lain yang dilaporkan, seperti bicara pelo, reflek menelan positif, dan tidak ada gangguan sadar, juga mendukung diagnosis hemiplegia spastik.
- Pemeriksaan CT Scan yang dilakukan di RSUD Gunung Tua dan saran untuk melakukan pemeriksaan MRI selanjutnya menunjukkan bahwa belum ditemukan penyebab yang jelas, sehingga diperlukan investigasi lebih lanjut.
- Riwayat penyakit lain (hipertensi, DM, stroke, dislipidemia, penyakit jantung) tidak dilaporkan, sehingga tidak ada riwayat penyakit yang terkait.
Kesimpulannya, diagnosis yang sesuai adalah hemiplegia spastik (G81.1) berdasarkan gejala yang dilaporkan. -
Article No. 21300 | 01 Sep 2025
Klinis : alergi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis alergi beserta penjelasannya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.4
- Deskripsi: Alergi, tidak tergolongkan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode T78.4 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan kondisi alergi yang tidak dapat diklasifikasikan ke kategori yang lebih spesifik.
- Alergi adalah reaksi hipersensitivitas dari sistem imun tubuh terhadap paparan bahan atau zat tertentu, yang dapat menyebabkan gejala seperti ruam kulit, gatal, pembengkakan, sesak napas, dan bahkan reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa.
- Diagnosis alergi biasanya didasarkan pada anamnesis riwayat paparan, gejala klinis, dan jika perlu didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti uji alergi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk alergi.
Penjelasan:
- Pada ICD-9-CM, tidak ada kode prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk menangani kondisi alergi.
- Manajemen alergi biasanya meliputi pemberian obat-obatan antihistamin, kortikosteroid, atau epinefrin, serta tindakan pencegahan terhadap pemicu alergi.
- Jika diperlukan, dapat dilakukan prosedur diagnostik seperti uji alergi kulit atau tes provokasi, namun tidak ada kode ICD-9-CM yang secara khusus mewakili tindakan ini. -
Article No. 21301 | 01 Sep 2025
Klinis : tinggal kapas dalam telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi \b tinggal kapas dalam telinga\b0 , berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran\cf0\ulnone (Kode: 00122)\par
\b Definisi:\b0 Perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang masuk disertai dengan respons yang kurang, berlebihan, atau terganggu terhadap stimulus tersebut (pada kasus ini, akibat obstruksi kanalis auditorius eksternus).\par
\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul Status Sensori: Pendengaran\cf0\ulnone (Kode: 0902)\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk mendengar dan memahami suara.\par
\b Indikator Luaran:\b0\par
1. Klien melaporkan pendengaran membaik.\par
2. Klien dapat berkomunikasi secara verbal dengan jelas.\par
3. Tidak terdapat tanda iritasi atau infeksi pada telinga.\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul Manajemen Impaksi Serumen\cf0\ulnone (Kode: 3580)\par
\b Definisi:\b0 Penggunaan teknik dan tindakan untuk mengeluarkan atau melunakkan serumen atau benda asing dari liang telinga.\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0\par
1. Lakukan pengkajian status pendengaran dan integritas membran timpani.\par
2. Lakukan irigasi telinga dengan larutan steril hangat (jika tidak terdapat kontraindikasi).\par
3. Keluarkan kapas secara hati-hati menggunakan forsep atau alat yang sesuai.\par
4. Anjurkan klien untuk menghindari penggunaan cotton bud atau benda asing untuk membersihkan telinga.\par
5. Monitor tanda-tanda infeksi atau iritasi pasca-prosedur.\par
\par
Demikian penjelasan singkat sesuai standar PPNI. Tindakan harus dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan kenyamanan klien.\par
} -
Article No. 21302 | 01 Sep 2025
Klinis : belpalsy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G51.0
- Deskripsi: Facial paralysis (Bell's)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 04.42
- Deskripsi: Facial nerve decompression
Penjelasan detail:
Kondisi belpalsy atau Facial paralysis (Bell's) merupakan gangguan saraf wajah yang menyebabkan kelumpuhan satu sisi wajah. Ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau trauma pada saraf wajah. Kode ICD-10 untuk kondisi ini adalah G51.0, yang menggambarkan paralisis wajah (Bell's).
Jika ada tindakan medis yang dilakukan, seperti dekompresi saraf wajah, maka kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 04.42. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf wajah dan membantu pemulihan fungsi wajah.
Sebagai dokter atau perekam medis, kami perlu memastikan kode diagnosis dan prosedur yang tepat untuk mencatat kondisi dan tindakan medis yang dilakukan dengan akurat. Hal ini penting untuk memastikan dokumentasi medis yang lengkap dan dapat digunakan untuk tujuan perawatan pasien, penagihan, dan penelitian. -
Article No. 21303 | 01 Sep 2025
Klinis : Keluarga Tn. A (35 tahun) tinggal bersama istrinya Ny. R (27 tahun) yang sedang hamil anak pertama usia kehamilan 32 minggu. Mereka tinggal di rumah kontrakan sederhana di daerah Bekasi. Tn. A bekerja sebagai sopir angkot dengan penghasilan rata-rata Rp3.500.000/bulan, sedangkan Ny. R adalah ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA. Keluarga ini baru menikah 2 tahun lalu dan belum memiliki anak. Pada kunjungan antenatal care (ANC) di puskesmas, Ny. R mengeluh pusing, cepat lelah, dan bengkak pada tungkai. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 150/95 mmHg dengan proteinuria (+1). Setelah istirahat 20 menit tekanan darah tetap tinggi, dan saat pemeriksaan ulang keesokan harinya hasilnya 155/95 mmHg dengan keluhan yang sama. Berdasarkan temuan ini, Ny. R ditegakkan diagnosis preeklampsia ringan. Keluarga belum mengetahui secara jelas apa itu preeklampsia, penyebab, tanda dan gejalanya, serta risiko yang dapat terjadi pada ibu dan bayi. Ny. R masih sering mengeluh pusing, bengkak pada kaki, dan cepat lelah. Tn. A tidak tahu cara membantu istrinya selain membawanya ke puskesmas bila kondisinya memburuk. Hal ini menunjukkan keterbatasan pengetahuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan ibu hamil. Rumah keluarga cukup bersih, tetapi ventilasi kurang baik karena jarang dibuka akibat berdekatan dengan jalan raya yang berdebu. Keluarga jarang berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat karena keterbatasan waktu dan ekonomi. Sistem pendukung keluarga berasal dari ibu kandung Ny. R yang sesekali datang membantu. Selain itu, pola makan keluarga sederhana, lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji atau instan karena keterbatasan waktu dan biaya. Asupan protein dan sayuran masih kurang. Aktivitas fisik Ny. R terbatas karena cepat lelah, sedangkan Tn. A bekerja hampir seharian di jalan. Aktivitas spiritual keluarga cukup baik, mereka beragama Islam dan menjalankan ibadah salat, namun belum pernah mengikuti penyuluhan kesehatan dari puskesmas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko: Preeklampsia ringan dengan tekanan darah 150/95 mmHg dan proteinuria (+1).
2. Kurang Pengetahuan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Faktor Terkait: Keterbatasan pengetahuan keluarga tentang preeklampsia, penyebab, tanda-gejala, dan risiko pada ibu dan bayi.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Ketidakmampuan mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau memperoleh layanan kesehatan yang diperlukan.
Faktor Terkait: Keterbatasan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan ibu hamil, seperti mengatasi keluhan pusing, bengkak, dan kelelahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Tidak ada tanda-gejala penurunan perfusi otak (tidak pusing, tidak lelah)
2. Pengetahuan Meningkat
Kriteria Hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan definisi, penyebab, tanda-gejala, dan risiko preeklampsia
- Keluarga dapat menjelaskan cara penanganan preeklampsia
3. Manajemen Kesehatan Efektif
Kriteria Hasil:
- Keluarga dapat mengidentifikasi tanda-gejala preeklampsia dan segera meminta pertolongan
- Keluarga dapat melakukan tindakan untuk mengatasi keluhan Ny. R (seperti istirahat, mengurangi aktivitas)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
- Monitor tekanan darah secara rutin
- Atur istirahat dan aktivitas Ny. R
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat antihipertensi
2. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang preeklampsia (definisi, penyebab, tanda-gejala, risiko)
- Ajarkan keluarga cara mengenali tanda-gejala preeklampsia dan tindakan segera yang harus dilakukan
- Libatkan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan
3. Dukungan Keluarga
- Diskusikan peran dan tanggung jawab anggota keluarga dalam merawat Ny. R
- Dorong keluarga untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan masyarakat
- Fasilitasi akses keluarga ke sumber daya kesehatan dan dukungan sosial
Catatan: Intervensi keperawatan yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan sumber daya keluarga. Pendekatan yang berpusat pada keluarga dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.