Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21372 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan perut bagian bawah terasa kencang-kencang sejak satu minggu terakhir. Keluhan muncul hilang timbul, terutama saat pasien berjalan, dengan skala nyeri 3 (nyeri tumpul). Pasien merasa sedikit cemas karena ini adalah kehamilan pertamanya dan persalinan direncanakan melalui operasi sectio caesarea. Ia mengaku khawatir terhadap kondisi bayinya, namun tetap menunjukkan rasa antusias dan harapan besar agar bayi lahir sehat. Hasil pengkajian menunjukkan kondisi umum pasien cukup baik dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah 113/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,6°C. Berat badan sebelum hamil 60 kg, saat ini 82 kg dengan LILA 32 cm dan tinggi badan 158 cm. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12,7 g/dl (normal), leukosit 12.700/mm³ (sedikit meningkat), trombosit 287.000/mm³ (normal), dan PCV 37,4% (sedikit di bawah normal). Pada pemeriksaan obstetri, tinggi fundus uteri 29 cm dengan presentasi kepala yang sudah masuk PAP. Denyut jantung janin 150x/menit dengan taksiran berat janin ±2600 gram. Terdapat kontraksi uterus yang konsisten dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien tidak melaporkan adanya perdarahan, cairan ketuban, atau tanda-tanda bahaya kehamilan lainnya. Riwayat kesehatan pasien cukup baik. Tidak ada riwayat penyakit kronis, operasi, alergi, maupun infeksi TORCH. Riwayat obstetri sebelumnya normal, dengan menarche pada usia 12 tahun, siklus menstruasi teratur, tanpa keluhan dismenore. Riwayat ANC baik dengan kunjungan rutin sebanyak 15 kali, imunisasi TT lengkap 3 kali. Pasien tidak memiliki kebiasaan berisiko seperti merokok, konsumsi alkohol, atau penggunaan obat-obatan terlarang. Secara psikososial, pasien tampak mendapat dukungan positif dari keluarga, terutama dari suami. Ia mengaku bahagia dengan kehamilannya, namun juga cemas menjelang proses persalinan. Pasien sering bertanya mengenai prosedur SC yang akan dijalani, namun ia percaya diri dan berharap proses persalinannya berjalan lancar. Ia telah menyiapkan perlengkapan bayi, memahami pentingnya nutrisi selama hamil, serta merencanakan untuk memberikan ASI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik: Keluhan pasien mengenai perut bagian bawah yang terasa kencang-kencang, skala nyeri 3 (nyeri tumpul).
2. Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, baik internal maupun eksternal.
- Karakteristik: Pasien merasa cemas karena ini adalah kehamilan pertamanya dan akan menjalani persalinan melalui operasi sectio caesarea.
3. Ketakutan
- Definisi: Respon emosional yang disebabkan oleh ancaman yang teridentifikasi.
- Karakteristik: Pasien khawatir terhadap kondisi bayinya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Tujuan: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri selama proses kehamilan dan persalinan.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menyebutkan faktor penyebab nyeri.
b. Pasien dapat menerapkan manajemen nyeri non-farmakologis.
c. Pasien melaporkan penurunan skala nyeri.
2. Kecemasan
- Tujuan: Pasien dapat mengatasi kecemasan terkait proses persalinan.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
c. Pasien melaporkan penurunan tingkat kecemasan.
3. Ketakutan
- Tujuan: Pasien dapat mengatasi ketakutan terhadap kondisi bayi.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi sumber ketakutan.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran.
c. Pasien menunjukkan peningkatan harapan terhadap kesehatan bayi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, massage, kompres hangat/dingin.
- Pendidikan Kesehatan
- Berikan pendidikan tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi nyeri selama kehamilan dan persalinan.
- Ajarkan pasien untuk melaporkan nyeri secara dini.
2. Kecemasan
- Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien mengungkapkan perasaannya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi kecemasan.
- Dukungan Psikologis
- Fasilitasi pasien untuk mendiskusikan rencana persalinan dan prosedur SC.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan harapan dan kekhawatirannya.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan positif.
3. Ketakutan
- Manajemen Ketakutan
- Identifikasi sumber dan tingkat ketakutan pasien.
- Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi bayi dan proses persalinan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan visualisasi untuk mengurangi ketakutan.
- Dukungan Psikologis
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya.
- Fasilitasi diskusi dengan tenaga kesehatan untuk menjawab pertanyaan pasien.
- Berikan reinforcement positif dan harapan terhadap kesehatan bayi.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan kesejahteraan pasien selama kehamilan dan persalinan. -
Article No. 21373 | 02 Sep 2025
Klinis : Ny. E adalah seorang wanita berusia 22 tahun, ibu rumah tangga, dengan pendidikan terakhir SMA. Ia datang ke poli kandungan R. Edelweis pada tanggal 8 November 2022 pukul 20.00 WIB untuk pemeriksaan kehamilan. Pasien merupakan G1P0A0 dengan usia kehamilan 39 minggu, hasil dari pernikahannya dengan Tn. D (24 tahun, TNI AD). Pasangan ini tinggal di Asrama Yon Bekang 2 Kostrad, dan kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan serta sangat dinanti oleh keluarga. Pasien mengeluhkan perut bagian bawah terasa kencang-kencang sejak satu minggu terakhir. Keluhan muncul hilang timbul, terutama saat pasien berjalan, dengan skala nyeri 3 (nyeri tumpul). Pasien merasa sedikit cemas karena ini adalah kehamilan pertamanya dan persalinan direncanakan melalui operasi sectio caesarea. Ia mengaku khawatir terhadap kondisi bayinya, namun tetap menunjukkan rasa antusias dan harapan besar agar bayi lahir sehat. Hasil pengkajian menunjukkan kondisi umum pasien cukup baik dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah 113/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,6°C. Berat badan sebelum hamil 60 kg, saat ini 82 kg dengan LILA 32 cm dan tinggi badan 158 cm. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12,7 g/dl (normal), leukosit 12.700/mm³ (sedikit meningkat), trombosit 287.000/mm³ (normal), dan PCV 37,4% (sedikit di bawah normal). Pada pemeriksaan obstetri, tinggi fundus uteri 29 cm dengan presentasi kepala yang sudah masuk PAP. Denyut jantung janin 150x/menit dengan taksiran berat janin ±2600 gram. Terdapat kontraksi uterus yang konsisten dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien tidak melaporkan adanya perdarahan, cairan ketuban, atau tanda-tanda bahaya kehamilan lainnya. Riwayat kesehatan pasien cukup baik. Tidak ada riwayat penyakit kronis, operasi, alergi, maupun infeksi TORCH. Riwayat obstetri sebelumnya normal, dengan menarche pada usia 12 tahun, siklus menstruasi teratur, tanpa keluhan dismenore. Riwayat ANC baik dengan kunjungan rutin sebanyak 15 kali, imunisasi TT lengkap 3 kali. Pasien tidak memiliki kebiasaan berisiko seperti merokok, konsumsi alkohol, atau penggunaan obat-obatan terlarang. Secara psikososial, pasien tampak mendapat dukungan positif dari keluarga, terutama dari suami. Ia mengaku bahagia dengan kehamilannya, namun juga cemas menjelang proses persalinan. Pasien sering bertanya mengenai prosedur SC yang akan dijalani, namun ia percaya diri dan berharap proses persalinannya berjalan lancar. Ia telah menyiapkan perlengkapan bayi, memahami pentingnya nutrisi selama hamil, serta merencanakan untuk memberikan ASI eksklusif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, dapat ditetapkan beberapa Diagnosa Keperawatan untuk Ny. E, beserta penjelasan singkat dan kode sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Nyeri akut (00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
- SLKI: Kontrol Nyeri (00800)
- SIKI: Manajemen Nyeri (06402)
2. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan (00146)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Tingkat Kecemasan (01402)
- SIKI: Manajemen Kecemasan (06108)
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Status Infeksi (01004)
- SIKI: Pencegahan Infeksi (06508)
4. Diagnosa Keperawatan: Peningkatan Nutrisi
- SDKI: Peningkatan Nutrisi (00001)
- Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Status Nutrisi (01018)
- SIKI: Manajemen Nutrisi (06318)
Masing-masing diagnosa keperawatan tersebut memiliki kode dan definisi yang telah ditetapkan dalam SDKI, SLKI, dan SIKI. Diagnosa-diagnosa ini mencakup aspek fisik, psikologis, dan risiko yang dihadapi oleh Ny. E selama kehamilannya, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 21374 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien masuk IGD dengan diagnosa medis Hipertensi, muntah-muntah, dehidrasi sedang. Kesadaran compos mentis, TD 190/87, RR 24x/menit, Nadi 58x/menit, pasien mengeluh mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Hipovolemia: Kondisi pasien dengan hipertensi, muntah-muntah, dan dehidrasi sedang menunjukkan tanda-tanda hipovolemia atau penurunan volume cairan dalam tubuh. Hipovolemia dapat mengakibatkan gangguan hemodinamik dan perubahan tanda-tanda vital.
2. Mual: Pasien mengeluh mual, yang merupakan salah satu gejala yang muncul akibat hipovolemia dan dapat menghambat intake cairan dan nutrisi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake cairan dan nutrisi akibat mual dan muntah-muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipovolemia teratasi: Tanda-tanda vital pasien kembali dalam batas normal (TD 120-130/70-80 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit), turgor kulit baik, mukosa lembab, dan produksi urin adekuat.
2. Mual teratasi: Pasien tidak lagi mengeluh mual dan dapat menerima intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
3. Keseimbangan nutrisi kembali: Pasien dapat mempertahankan berat badan dan tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen hipovolemia:
a. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
c. Pantau intake dan output cairan.
d. Anjurkan pasien untuk berbaring dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
2. Manajemen mual:
a. Kaji penyebab mual dan faktor pencetus.
b. Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter.
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mudah dicerna.
d. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
3. Manajemen nutrisi:
a. Kaji status nutrisi pasien.
b. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
d. Pantau asupan dan output cairan serta berat badan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi hipovolemia, mual, dan mencapai keseimbangan nutrisi, sehingga mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 21375 | 02 Sep 2025
Klinis : batuk berdahak, sesek nafas, dada terasa panas,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter/perekam medik, saya dapat memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J41.0
- Deskripsi: Bronkitis kronis sederhana
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lainnya
Penjelasan:
Kondisi batuk berdahak, sesak napas, dan dada terasa panas dapat mengarah pada diagnosis bronkitis kronis sederhana, yang diwakili oleh kode ICD-10 J41.0. Bronkitis kronis sederhana adalah peradangan kronis pada saluran pernapasan yang menyebabkan batuk berdahak dan sesak napas.
Dalam kasus ini, salah satu tindakan medis yang mungkin diberikan adalah pemberian oksigen, yang memiliki kode ICD-9-CM 93.08. Pemberian oksigen dapat membantu mengatasi masalah sesak napas yang dialami pasien.
Perlu dicatat bahwa kode-kode ini digunakan untuk tujuan klasifikasi dan pencatatan medis, dan penentuan diagnosis serta tindakan medis yang tepat harus dilakukan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi klinis yang menyeluruh. -
Article No. 21376 | 02 Sep 2025
Klinis : batuk berdahak, sesek nafas, dada terasa panas,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00032
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
3. Hipertermia
Kode SDKI: 00007
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Setiap diagnosis keperawatan dalam SDKI memiliki kode dan definisi yang jelas, sehingga dapat digunakan oleh perawat dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SLKI berisi berbagai indikator hasil yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI berisi berbagai tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien. -
Article No. 21377 | 02 Sep 2025
Klinis : batuk berdahak, sesek nafas, dada terasa panas,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis yang disampaikan, yaitu batuk berdahak, sesak napas, dan dada terasa panas, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\ul \cf2\ulnone Kode SDKI: 00032\cf1\ulnone - \b Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif\b0\par
\b Definisi:\b0 Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.\par
\b Faktor yang Berhubungan:\b0 Peningkatan produksi sputum (dahak), ketidakefektifan batuk, dan iritasi saluran napas (dimanifestasikan dengan dada terasa panas).\par
\b STANDAR LUARAN KEPERAWATAN (SLKI):\b0\par
\cf2\ul \cf2\ulnone Kode SLKI: 0402\cf1\ulnone - \b Status Pernapasan: Ventilasi\b0\par
\b Tujuan:\b0 Mencapai perbaikan dalam pertukaran gas dan kelancaran aliran udara.\par
\b Indikator yang Relevan:\b0\par
- \i Frekuensi pernapasan dalam rentang normal\i0\par
- \i Tidak ada suara napas adventisius (mengi, ronki)\i0\par
- \i Batuk efektif dengan pengeluaran sekret\i0\par
- \i Tidak mengeluh sesak napas atau nyeri dada\i0\par
\b STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\b0\par
\cf2\ul \cf2\ulnone Kode SIKI: 0410\cf1\ulnone - \b Manajemen Jalan Napas\b0\par
\b Definisi:\b0 Memfasilitasi patensi jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat.\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0\par
- \i Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam\i0\par
- \i Lakukan fisioterapi dada (jika indikasi)\i0\par
- \i Berikan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret\i0\par
- \i Monitor status pernapasan dan karakteristik sputum\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian terapi nebulizer atau obat ekspektoran sesuai resep\i0\par
- \i Ajarkan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi ventilasi (misalnya, semi-Fowler)\i0\par
\b Catatan:\b0 Kondisi "dada terasa panas" dapat mengindikasikan iritasi saluran napas atau refluks gastroesofageal yang memperberat gejala pernapasan. Asesmen lebih lanjut diperlukan untuk menyingkirkan atau mengonfirmasi faktor penyerta.\par
} -
Article No. 21378 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko penurunan perfusi jaringan serebral (SDKI: 00205)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah dan oksigen ke otak yang dapat menimbulkan kerusakan sel otak.
2. Sistem Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
a. Kode: 00205
b. Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah dan oksigen ke otak yang dapat menimbulkan kerusakan sel otak.
c. Karakteristik Utama:
- Gangguan pada fungsi neurologis
- Perubahan status mental
- Perubahan pada tanda-tanda vital
3. Sistem Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Kode: 10007
b. Judul: Perfusi Jaringan Serebral
c. Definisi: Kemampuan jaringan otak untuk menerima suplai oksigen dan nutrien yang adekuat.
d. Kriteria Hasil:
- Tidak ada perubahan status mental
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada gangguan neurologis
4. Sistem Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Kode: I0052
b. Judul: Pemantauan Tanda-Tanda Vital
c. Definisi: Tindakan pengukuran, pencatatan, dan pemantauan status fisiologis tubuh secara berkala.
d. Aktivitas Keperawatan:
- Mengkaji tanda-tanda vital secara berkala
- Mencatat tanda-tanda vital secara akurat
- Mengevaluasi perubahan tanda-tanda vital
Dalam kondisi ini, pasien datang dengan keluhan pusing, sehingga diagnosa keperawatan yang tepat adalah risiko penurunan perfusi jaringan serebral. Pemantauan tanda-tanda vital merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi status perfusi jaringan serebral. -
Article No. 21379 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan gatal-gatal, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, seperti yang dirasakan oleh individu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10001
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, seperti yang dirasakan individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10101
- Definisi: Individu mampu melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan sesuai dengan kemampuannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10201
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu individu meningkatkan atau mempertahankan kemampuan melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
2. Gatal (00245)
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
SDKI:
- Kode: 10002
- Definisi: Sensasi tidak nyaman yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI:
- Kode: 10102
- Definisi: Individu bebas dari sensasi tidak nyaman yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
SIKI:
- Kode: 10202
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu individu mengatasi sensasi tidak nyaman yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Harap perhatikan bahwa ini adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan gatal-gatal, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 21380 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun-rabun jauh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Penglihatan". Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang membatasi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Karakteristik definisi dari Gangguan Penglihatan meliputi:
- Adanya perubahan pada fungsi penglihatan
- Perubahan tersebut membatasi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
- Kondisi ini dapat bersifat sementara atau menetap
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh antara lain:
- Penglihatan kabur atau tidak jelas untuk jarak jauh
- Kesulitan membaca atau melihat benda-benda kecil
- Sensasi silau saat terkena cahaya terang
- Sakit kepala atau kelelahan saat menggunakan penglihatan
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Fungsi Penglihatan
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan visual untuk jarak jauh
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik
2. Penurunan Gejala Gangguan Penglihatan
- Pasien melaporkan penurunan keluhan rabun-rabun jauh
- Pasien melaporkan penurunan sensasi silau saat terkena cahaya terang
- Pasien melaporkan penurunan sakit kepala atau kelelahan saat menggunakan penglihatan
3. Peningkatan Pengetahuan dan Pemahaman
- Pasien dapat menjelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan penglihatan
- Pasien dapat menjelaskan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan penglihatan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Penglihatan
- Kaji fungsi penglihatan pasien secara komprehensif
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan penglihatan
- Berikan edukasi dan konseling tentang gangguan penglihatan dan manajemennya
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, optometris, dll.) untuk tindakan lanjutan
2. Manajemen Gejala
- Kaji gejala-gejala yang dialami pasien terkait gangguan penglihatan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala, seperti:
- Pengaturan cahaya dan pencahayaan
- Penggunaan kacamata atau lensa korektif
- Latihan otot mata
- Berikan dukungan emosional dan psikologis untuk membantu pasien beradaptasi dengan gangguan penglihatan
3. Edukasi dan Promosi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang anatomi dan fisiologi sistem penglihatan
- Ajarkan teknik-teknik untuk mencegah atau meminimalkan gangguan penglihatan
- Dorong pasien untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan fungsi penglihatan, penurunan gejala, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai gangguan penglihatan yang dialaminya. -
Article No. 21381 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun-rabun jauh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan rabun-rabun jauh:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H52.0
- Deskripsi: Miopik (rabun jauh)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.02
- Deskripsi: Pemeriksaan refraksi oleh spesialis mata, termasuk pengukuran ketajaman penglihatan dan koreksi optik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 H52.0 (Miopik/rabun jauh):
- Kondisi ini menggambarkan kondisi dimana pasien memiliki kesulitan melihat objek yang jauh, namun mampu melihat objek yang dekat dengan baik.
- Miopik adalah salah satu kelainan refraksi mata yang disebabkan oleh bola mata yang terlalu panjang atau kekuatan lensa mata yang terlalu besar.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, usia, atau kondisi mata lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 95.02 (Pemeriksaan refraksi oleh spesialis mata):
- Prosedur ini melibatkan pemeriksaan mata yang dilakukan oleh spesialis mata (oftalmolog) untuk mengetahui kondisi refraksi mata pasien.
- Pemeriksaan ini mencakup pengukuran ketajaman penglihatan dan penentuan koreksi optik yang sesuai, seperti kacamata atau lensa kontak.
- Hasil pemeriksaan ini akan digunakan untuk menentukan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat bagi pasien.
Kode-kode tersebut dapat digunakan untuk melakukan dokumentasi dan penagihan yang akurat terkait kondisi dan penanganan pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh.