Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12075 | 10 Feb 2025
Klinis : merasa kehilangan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "merasa kehilangan" sesuai dengan standar Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "merasa kehilangan":
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "merasa kehilangan" adalah Duka Cita. Duka Cita didefinisikan sebagai respons normal terhadap kehilangan nyata atau diharapkan dari seseorang, objek, atau keadaan yang dianggap penting. Karakteristik utama dari diagnosa ini adalah perasaan sedih, kecewa, dan rindu terhadap sesuatu yang hilang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Ekspresi Duka Cita Membaik
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan sedih, kecewa, dan rindu dengan cara yang sehat.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan menerima perasaan duka cita yang dialami.
- Pasien dapat mengelola emosi negatif terkait duka cita dengan baik.
2. Koping Duka Cita Efektif
- Pasien dapat mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi duka cita.
- Pasien dapat menerima dukungan sosial dari orang-orang terdekat.
- Pasien dapat mengembangkan harapan dan makna hidup baru setelah mengalami kehilangan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, perawat dapat melakukan intervensi-intervensi berikut:
1. Terapi Duka Cita
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan duka cita secara verbal maupun nonverbal.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengakui perasaan duka cita yang dialami.
- Ajarkan teknik-teknik pengelolaan emosi, seperti relaksasi, visualisasi, dan teknik kognitif-perilaku.
2. Dukungan Emosional
- Beri dukungan emosional dengan mendengarkan dan menerima perasaan pasien.
- Dorong pasien untuk tetap terhubung dengan orang-orang terdekat dan mengaktifkan jaringan dukungan sosial.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengembangkan harapan serta makna hidup baru setelah kehilangan.
3. Edukasi dan Konseling
- Berikan edukasi tentang proses duka cita dan strategi koping yang efektif.
- Lakukan konseling untuk membantu pasien memahami dan menerima perasaan duka cita.
- Beri informasi tentang sumber-sumber dukungan dan layanan yang tersedia.
Dengan melakukan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengekspresikan duka cita dengan cara yang sehat, mengembangkan koping yang efektif, dan mencapai penerimaan serta harapan baru setelah mengalami kehilangan. -
Article No. 12076 | 10 Feb 2025
Klinis : isolasi sosial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi isolasi sosial.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi isolasi sosial adalah "Gangguan Interaksi Sosial" (SDKI, 2017). Gangguan Interaksi Sosial didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan psikologis, keterbatasan fisik, atau lingkungan yang kurang mendukung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Interaksi Sosial: Pasien mampu terlibat dalam interaksi sosial yang sesuai dengan norma dan harapan sosial yang berlaku.
2. Peningkatan Keterampilan Komunikasi: Pasien mampu mengekspresikan diri dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
3. Peningkatan Partisipasi Sosial: Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan komunitas secara aktif.
4. Peningkatan Dukungan Sosial: Pasien dapat memperoleh dukungan sosial yang memadai dari lingkungan sekitarnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Aktivitas Kelompok: Melibatkan pasien dalam kegiatan kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi sosial.
2. Terapi Reminiscence: Mendorong pasien untuk berbagi cerita dan pengalaman masa lalu, serta menghubungkannya dengan orang lain.
3. Konseling Individu: Memberikan dukungan emosional dan bantuan dalam mengatasi masalah terkait isolasi sosial.
4. Edukasi Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya dukungan sosial dan cara-cara untuk memfasilitasi interaksi pasien dengan orang lain.
5. Pengaturan Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi sosial, seperti menyediakan ruang pertemuan atau aktivitas bersama.
6. Pelatihan Keterampilan Sosial: Membantu pasien untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien dengan kondisi isolasi sosial untuk meningkatkan kemampuan interaksi, komunikasi, dan partisipasi sosial, serta memperoleh dukungan sosial yang memadai. -
Article No. 12077 | 10 Feb 2025
Klinis : Disuria sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi disuria:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urin (Disuria)
Definisi (SDKI):
Gangguan eliminasi urin yang ditandai dengan rasa sakit, ketidaknyamanan, atau kesulitan saat berkemih.
Faktor Terkait (SDKI):
1. Infeksi saluran kemih
2. Penyakit kandung kemih
3. Penyakit prostat
4. Batu saluran kemih
5. Penyakit ginjal
Gejala dan Tanda (SDKI):
1. Nyeri saat berkemih
2. Rasa tidak nyaman saat berkemih
3. Kesulitan memulai dan menyelesaikan berkemih
4. Peningkatan frekuensi berkemih
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Eliminasi Urin
2. Kontrol Nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Disuria
- Identifikasi penyebab disuria
- Ajarkan teknik berkemih yang benar
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan disuria
2. Manajemen Nyeri
- Kaji intensitas, lokasi, dan karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan komprehensif untuk menangani kondisi disuria pada pasien. -
Article No. 12078 | 10 Feb 2025
Klinis : Disuria sdki, kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam konteks standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi disuria memiliki diagnosis keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu:
Diagnosis Keperawatan: Inkontinensia Urin (00046)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin, yang mengakibatkan pengeluaran urin yang tidak disengaja.
Penjelasan Singkat:
- Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Pasien akan mampu mempertahankan kontinensia urin selama periode waktu tertentu.
- Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen inkontinensia urin, pelatihan otot dasar panggul, dan edukasi terkait manajemen inkontinensia urin.
Sebagai perawat, saya memahami bahwa penanganan kondisi disuria memerlukan pendekatan holistik dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti kondisi medis, gaya hidup, dan aspek psikologis. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk dokter, sangat penting untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif bagi pasien. -
Article No. 12079 | 10 Feb 2025
Klinis : pasien post operasi hemiarthoplasty. perdarahan aktif pada drain 25cc pasien tampak pucat lemas dan kesakitan pasien mengatakan nyeri pada area yang dioperasi dengan skala 6 nyeri hilang timbul hb 12.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien post operasi hemiarthoplasty dengan perdarahan aktif pada drain, tampak pucat lemas, dan nyeri.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Aktif
Pasien mengalami perdarahan aktif pada drain sebanyak 25cc, hal ini menunjukkan adanya komplikasi pasca operasi yang perlu ditangani segera. Perdarahan aktif dapat mengancam keselamatan pasien dan memerlukan intervensi keperawatan yang cepat dan tepat.
2. Nyeri Akut
Pasien mengeluhkan nyeri dengan skala 6 pada area yang dioperasi, serta nyeri hilang timbul. Nyeri akut pasca operasi merupakan kondisi yang umum terjadi dan harus segera diatasi untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
3. Intoleransi Aktivitas
Pasien tampak pucat dan lemas, menandakan adanya intoleransi aktivitas yang dapat disebabkan oleh perdarahan dan nyeri yang dirasakan. Kondisi ini perlu diatasi agar pasien dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali
Setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan perdarahan aktif pada drain dapat terkendali dan tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
2. Nyeri Terkontrol
Melalui manajemen nyeri yang efektif, diharapkan nyeri pasien dapat terkontrol dengan baik, sehingga meningkatkan kenyamanan dan memfasilitasi proses pemulihan.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
Dengan penanganan perdarahan dan nyeri yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya secara bertahap, sehingga dapat bergerak dengan aman dan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengendalian Perdarahan
a. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
b. Observasi perdarahan pada drain dan luka operasi
c. Pemberian terapi antikoagulan sesuai resep dokter
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan perdarahan yang efektif
2. Manajemen Nyeri
a. Pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Pemberian analgesik sesuai resep dokter
c. Teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi nyeri
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
a. Mobilisasi dini secara bertahap sesuai toleransi pasien
b. Latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien
c. Pemberian dukungan emosional dan motivasi untuk aktivitas
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan kondisi pasien post operasi hemiarthoplasty dapat membaik, perdarahan terkendali, nyeri terkontrol, dan toleransi aktivitas meningkat, sehingga mempercepat proses pemulihan. -
Article No. 12080 | 10 Feb 2025
Klinis : pasien post operasi hemiarthoplasty. perdarahan aktif pada drain 25cc pasien tampak pucat lemas dan kesakitan pasien mengatakan nyeri pada area yang dioperasi dengan skala 6 nyeri hilang timbul hb 12.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien post operasi hemiarthoplasty yang mengalami perdarahan aktif pada drain, tampak pucat, lemah, nyeri pada area operasi dengan skala 6 dan nyeri yang hilang timbul, dengan Hb 12, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Risiko Perdarahan Aktif
b. Nyeri Akut
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Perdarahan Aktif:
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang melebihi normal.
- Faktor Risiko: Tindakan pembedahan, antikoagulan, trombositopenia.
- Tanda dan Gejala: Perdarahan yang terus menerus, warna kulit pucat, nadi cepat, tekanan darah rendah.
b. Nyeri Akut:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Terkait: Agen cedera fisik, prosedur pembedahan.
- Karakteristik: Nyeri yang dirasakan pada area yang dioperasi, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul.
3. Standar Diagnosis, Intervensi, dan Hasil Keperawatan (SDKI-SLKI-SIKI):
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengeluarkan standar-standar tersebut.
Tone: Akademis, Persona: Pakar Perawat
Mohon maaf, apakah ada pertanyaan lain yang dapat saya bantu? -
Article No. 12081 | 10 Feb 2025
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Tone saya akan akademis dan persona saya sebagai perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pola napas tidak efektif:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pola napas tidak efektif adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan ketidakcukupan ventilasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan otot pernapasan, gangguan neuromuskular, atau obstruksi jalan napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan untuk kondisi pola napas tidak efektif, luaran yang diharapkan adalah:
a. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan indikator:
- Frekuensi napas berada dalam rentang normal (12-20 kali per menit)
- Kedalaman napas adekuat
- Irama napas teratur
b. Pasien tidak mengalami tanda-tanda gagal napas, seperti sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, atau perubahan status mental.
c. Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) yang adekuat (≥ 95%).
d. Pasien melaporkan tidak ada gejala napas yang tidak nyaman, seperti sesak napas atau ortopnea.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran dalam mengatasi pola napas tidak efektif adalah:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien secara berkala, termasuk frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
b. Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
d. Berikan latihan pernapasan yang tepat, seperti pernapasan diafragma atau pursed-lip breathing, untuk memperkuat otot pernapasan.
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya teknik pernapasan yang efektif dan upaya untuk menjaga agar jalan napas tetap terbuka.
f. Kolaborasi dengan tim medis lain, seperti dokter atau terapis fisik, untuk menentukan intervensi lebih lanjut yang diperlukan, seperti pemberian bronkodilator atau terapi fisik.
g. Pantau respon pasien terhadap intervensi yang diberikan dan lakukan modifikasi jika diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk mengatasi kondisi pola napas tidak efektif. Sebagai perawat, saya selalu berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 12032 | 09 Feb 2025
Klinis : DIAGNOSA PASIEN MENINGITIS BERHUBUNGAN DENGAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF , BERSIHAN JALAN NAPAS TDK EFEKTIF, HIPERTERMIA. NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien meningitis dengan pola nafas tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermia, dan nyeri akut. Saya akan menjawab dengan nada akademis, sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial pada kondisi meningitis.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi berlebih dan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada meningitis.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar acuan dalam menetapkan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosis keperawatan tersebut akan menjadi dasar dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai luaran atau outcome yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan sebagai panduan dalam menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan pasien.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berkualitas bagi pasien meningitis. -
Article No. 12033 | 09 Feb 2025
Klinis : 1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial pada kondisi meningitis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial pada kondisi meningitis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif adalah suatu keadaan dimana individu mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi pernapasan dalam rentang normal, kedalaman pernapasan yang adekuat, serta tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi untuk memfasilitasi pernapasan, pemberian oksigen, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga pola napas yang efektif.
Sebagai perawat, saya akan bekerja dengan tim kesehatan lain untuk mengelola kondisi pasien dengan meningitis, memantau tanda-tanda vital, dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan pola napas yang efektif. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan oksigenasi yang adekuat bagi pasien. -
Article No. 12034 | 09 Feb 2025
Klinis : Klien mengatakan nyeri di dada dan ada rasa sesak nafas, nyeri dada timbul ketika klien bersendawa sehabis makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Dada berhubungan dengan Gangguan Pencernaan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri dada berhubungan dengan gangguan pencernaan, ditandai dengan klien mengeluhkan nyeri di dada yang timbul setelah makan dan disertai rasa sesak napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melaporkan penurunan nyeri dada, dapat bernapas dengan nyaman, dan dapat mengidentifikasi faktor pencetus nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, edukasi tentang diet yang tepat, serta latihan napas dalam untuk mengurangi rasa sesak.
Penjelasan lebih lanjut:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Dada berhubungan dengan Gangguan Pencernaan" didasarkan pada keluhan klien yang mengatakan nyeri di dada yang timbul saat bersendawa setelah makan. Hal ini dapat menunjukkan adanya gangguan pencernaan, seperti refluks asam lambung atau gastroesofageal reflux disease (GERD), yang dapat menyebabkan nyeri dada dan rasa sesak napas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, misalnya dengan pemberian analgesik sesuai indikasi, serta edukasi tentang diet yang tepat untuk mengurangi gejala refluks, seperti menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu gejala. Latihan napas dalam juga dapat membantu mengurangi rasa sesak napas.
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melaporkan penurunan nyeri dada, dapat bernapas dengan nyaman, dan dapat mengidentifikasi faktor pencetus nyeri sehingga dapat mencegah atau mengelola gejala dengan lebih baik.